Chereads / A LOVER (FRIENDZONE) / Chapter 27 - Chapter 27

Chapter 27 - Chapter 27

Setelah insiden penculikan itu, hari ini Mary kembali masuk kuliah. Meski Matteo melarangnya, tapi hal itu tidak bisa menghentikan Mary untuk tetap berkuliah dan juga bertemu teman-temannya.

Karena dari insiden itu Mary juga belajar, jika hidup dengan bebas di luar sana adalah sebuah berkah. Namun Mary juga belajar, jika ia harus waspada setiap kapanpun.

"Jika sudah pulang segera hubungi aku," ucap Matteo mengingatkan Mary. Dan entah sudah berapa kali pria itu berkata begitu.

"Iya, bawel," jawab Mary sambil berlari masuk ke dalam gedung kampus.

Tujuan Mary saat ini adalah menuju ke kelas dan juga mencari keberadaan Noe. Ada yang ia ingin bicarakan pada wanita itu, namun tiba-tiba seorang wanita yang terasa tidak asing menghadang jalannya.

"Oh, lihatlah. Sudah bisa beraktivitas seperti biasa, huh?" katanya tanpa merasa malu sedikitpun.

Mary yang melihat kedatangan wanita itu mendengus keras. "Nona Miru yang terhormat, lama tidak berjumpa," sapanya.

"Perasaan kita baru bertemu dua hari yang lalu." Miru nampak acuh tak acuh pada Mary, seakan penculikan itu bukanlah apa-apa.

"Bagaimana mungkin ada manusia seperti dirimu," ucap Mary tidak percaya. "Sepertinya Noe begitu tertekan memiliki adik seperti dirimu!"

Kali ini situasi berbalik, Miru nampak tidak terima dengan perkataan Mary barusan. Wanita itu maju sembari melayangkan tangannya untuk memberikan tamparan pada Mary.

"Beraninya kau!"

Hal itu tidak sempat terjadi, karena tiba-tiba tangan Miru ditahan seseorang.

"Siapa yang berani--"

Miru terdiam di tempatnya setelah mengetahui siapa yang menghentikannya. Begitupun dengan Mary, wanita itu terlihat dua kali lebih terkejut.

"Jangan pernah ganggu Mary lagi, atau kau akan menyesal untuk selamanya!"

Mary masih terpaku di tempatnya. Ia seakan tidak percaya dengan pemandangan yang dilihatnya saat ini. Bagaimana bisa dia ada disini?

"Justin?"

Ya, orang itu adalah Justin. Pria itu menoleh ke arah Mary dan tersenyum.

"Lama tidak berjumpa, Mary," katanya.

Sementara itu, Miru langsung menarik tangannya dari Justin. Wanita itu terlihat begitu marah dengan kedatangan Justin.

"Siapa kau? Beraninya ikut campur urusanku!"

Kini Justin beralih memandang ke arah Miru sepenuhnya. Ekspresinya nampak berubah, tidak ada keramahan disana.

"Aku sudah cukup bersabar denganmu, nona. Tindakanmu dengan Yuri kemarin bahkan masih aku biarkan, tapi jika kau bersikukuh mengganggu Mary, aku akan maju paling depan untuk menghentikanmu!" Justin memberikan ultimatum ancaman pada Miru.

Namun sepertinya hal itu tidak membuat Miru takut, justru wanita itu malah kelihatan sama sekali tidak takut dan menantang balik.

"Ah, jadi kau pria itu? Jangan main-main denganku, Tuan. Aku tidak sama dengan si bodoh itu, dan aku tidak akan pernah menyerah sampai disini untuk mengganggu Mary!"

Justin menggelengkan kepalanya. "Si wanita manja ini, aku benar-benar merasa kasihan padamu."

"Apa maksudmu?!"

"Bagaimana mungkin kau tidak bisa mendapatkan seseorang yang kau sukai, lalu dengan seenaknya melimpahkan kekesalanmu pada orang yang tidak bersalah!"

"Diamlah, kau tidak tahu apapun!" Miru membentak Justin dengan keras. Wajahnya kini berubah merah, sarat penuh emosi.

"Tentu saja aku tahu semuanya, nona. Dihari itu, disaat kau menerobos masuk ke dalam ruang kerja papamu dan memakai kekuasaannya untuk mencelakai Mary."

Miru terdiam di tempatnya, ia bertanya-tanya bagaimana Justin tahu. Dan seketika ia teringat lagi jika waktu itu papanya sedang bertemu dengan kliennya.

"Kau?!"

"Ya, aku ada di ruangan itu dan aku tahu semuanya," tegas Justin.

"Itu bukan urusanmu, lagipula aku juga tidak peduli. Aku memakai kekuasaanku chichi juga bukan urusanmu!"

Miru melipat tangannya di depan dada, entah bagaimana caranya wanita itu bisa menghandel semua situasi yang dihadapinya. Padahal jika orang biasa, dia akan benar-benar terpojok jika kartunya dibuka.

"Sepertinya urat malumu sudah putus!" Justin tidak berhenti disana menghadapi Miru. Dan Mary yang sedari tadi menyimak pun tidak tahan.

Ia masih begitu terkejut dengan kedatangan pria itu. Dan kini dia bersikap seolah tahu semua permasalahannya.

"Cukup Justin! Kau tidak berhak ikut campur dengan urusanku!" Mary menyela Justin. "Aku bisa menjaga diriku sendiri!"

"Mary, dengarkan aku," ujar Justin memfokuskan pandangannya ke arah wanita itu. "Aku begini karena aku peduli denganmu."

"Aku tidak membutuhkan itu, lebih baik sekarang kau pulang dan urus istrimu itu!"

Mary pada awalnya ingin menyelamatkan Justin agar tidak terus terjebak dengan wanita ular itu, namun saat ini ia malah berkata sebaliknya.

Kenapa disaat lisan dan hati berbeda, kalimat itu mengalir begitu saja?

"Aku akan bercerai dengannya!" katanya menerangkan pada Mary tentang situasinya saat ini.

Mary tentu saja terkejut. Ia sama sekali tidak menyangka jika Justin akan bercerai dengan Yuri. Ia sempat mendengar kabar jika Yuri sedang hamil, bagaimana bisa sekarang mereka akan bercerai?

Tiba-tiba Mary merasakan tangannya digenggam seseorang. Tentu saja pelakunya adalah Justin. Pria itu menggenggam tangannya sambil memandangnya sendu.

Setelah sekian lama, ini kali pertama pria itu begitu serius. Mary merutuk dirinya sendiri karena tidak bergeming ketika Justin memperlakukannya seperti itu. Seharusnya ia menolak, Mary tidak tahu kenapa kinerja otak dan tubuhnya hari ini tidak bekerja dengan baik.

"Mari mulai dari awal, aku akan jujur padamu, Mary. Aku juga mencintaimu, kesalahpahaman kita waktu itu anggaplah angin lalu, aku akan memperbaiki semuanya," ujar Justin begitu serius.

Deg!

Bukankah ini terlalu cepat? Mary sama sekali tidak menduga akan mendapatkan pernyataan cinta dari Justin. Tidak, hatinya tidak siap. Tapi Mary tidak tahu bagaimana menyikapi ini.

"Mary?" Panggilan Justin membuat Mary berkedip berkali-kali.

Rasanya masih sama, Mary akui hatinya tidak pernah berubah. Pemiliknya tetap dimenangkan oleh Justin. Mary tahu ia bodoh, namun ia juga tidak bisa berbohong dengan apa yang ia rasakan sampai sekarang.

"Justin, bukankah ini terlalu cepat? Kau belum bercerai kan dengan Yuri? Wanita itu tidak akan menyerah, apalagi saat ini dia juga sedang mengandung anakmu."

Justin menggeleng. "Aku sudah urus wanita itu, dan kupastikan dia tidak akan menolak perceraian itu," jelasnya.

"Kenapa? Apa yang sudah kau lakukan pada wanita itu?"

"Karena aku memiliki banyak bukti, jika selama ini anak yang dia kandung bukan darah dagingku!"

Entah harus merasa lega atau tidak, Mary tidak kuasa setelah mendengar jika anak yang dikandung Mary bukanlah darah daging Justin.

"Mari mulai dari awal, aku dan kau. Aku tidak akan melepaskanmu, Mary. Dan aku akan menunjukkan besarnya cintaku padamu."

Mary tidak bisa dibuat berkata-kata, ia kenal Justin dengan baik. Pria itu nampak serius dengan kalimatnya, Mary bisa merasakan itu.

Sementara itu, Miru yang sejak tadi menyimak drama di antara Mary dan Justin hanya memutar bola matanya jengah.

Sebenarnya ada untungnya jika mereka kembali bersatu, karena tidak akan ada yang mengganggu Yuta nya.

Ketika Miru mengalihkan pandangannya, ia terpaku pada satu titik. Tangannya mengepal kuat.

Aku benci ane. Batinnya.