Chereads / A LOVER (FRIENDZONE) / Chapter 22 - Chapter 22

Chapter 22 - Chapter 22

"Bukankah sudah saya bilang jika remidinya besok saja?" kesal Mary pada Yuta yang terus mengikutinya, untung saja Noe pulang lebih dulu tadi setelah kelas selesai. Dia tidak jadu mentraktirnya karena ada urusan yang mendadak.

"Mary, kumohon dengarkan aku kali ini. Ini juga demi keselamatanmu," jelasnya.

Mary menatap Yuta kesal, makin lama ia merasa tidak nyaman dengan sikap pria itu. "Maksud sensei apa? Sensei mengancam saya?" katanya menuduh.

Yuta menggeleng. "Bukan begitu, maksudku--"

"Sensei benar-benar keterlaluan. Apa gara-gara saya menolak pernyataan cinta sensei kemarin, sensei harus bersikap begini?"

Yuta meraih tangan Mary. "Mary, dengarkan aku dulu. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Lepas!" Mary melepas paksa genggaman tangan Yuta dari tangannya. "Jangan ganggu saya lagi!"

Mary pun segera berlari pergi setelah mengatakan hal itu. Sepeninggal Mary, Yuta hanya bisa menghela nafas. Setidaknya dirinya sudah berusaha memberitahunya, tapi Mary enggan mendengarkannya.

"Padahal aku hanya ingin melindungimu darinya," katanya lirih.

****

Mary berhenti berlari, ia rasa dirinya sudah berlari terlalu jauh untuk menghindari Yuta. Karena merasa lelah, ia memutuskan beristirahat pada sebuah bangku yang berada di halte.

"Hari ini Osaka panas sekali," katanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Kepalanya mendongak dan langsung di sambut sinar matahari yang silau. Reflek ia langsung menunduk dan memejamkan matanya tak terbiasa karena piasan kesilauan itu.

Tanpa disadarinya, ada dua orang pria berjalan mendekatinya. Disaat situasi sepi, kedua pria itu saling mengangguk dan melaksanakan aksinya masing-masing.

Salah satu pria itu membekap mulut Mary dengan sapu tangan yang sudah diberi obat pingsan, dan hal itu seketika langsung membuat Mary pingsan tanpa melakukan perlawanan.

Dan setelah berhasil, pria tadi mengacungkan jempolnya ke atas dan sebuah mobil hitam melaju ke arah mereka. Nampanya mobil itu juga sudah disiapkan dari awal.

Dua orang itu membopong tubuh Mary masuk ke dalam mobil dan kemudian melaju pergi.

"Mary!!!" Noe yang berniat kembali ke kampus untuk mengambil ponselnya yang ketinggalan di kelas, terlihat tak sengaja melihat insiden penculikan Mary barusan.

Wanita itu panik, lantas ia bergegas melapor ke polisi karena ini. Namun sesampainya disana, Noe harus menelan pil pahit.

"Apa? Mana bisa begitu pak? Sahabat saya jelas-jelas diculik tadi."

"Maaf, nona. Anda harus melapor setelah dua puluh empat jam, karena peraturannya memang begitu."

"Pak, sahabat saya diculik. Jika saya melapor besok, bisa-bisa sahabat saya tidak ditemukan."

"Maaf nona, ini sudah prosedur."

Noe pun tanpa permisi pergi dari sana, melapor ke polisi atau tidak ternyata sama saja. Ia pikir, polisi akan banyak membantunya untuk mengejar Mary. Tapi ternyata ia membuang tenaganya percuma.

"Lantas, apa yang harus aku lakukan sekarang?" katanya kebingungan. Dan Noe pun teringat sesuatu.

"Chichi! Ya, aku harus minta bantuan padanya." Wanita itu pun bergegas pergi untuk menemui ayahnya di kantornya. Semoga saja ayahnya bisa membantunya.

****

"Mr. Yamada, saya sudah meninjau dan mengevaluasi karyawan saya untuk mengerjakan proyek ini. Menurut anda, bagaimana kinerja kami?" tanya Justin meminta pendapat kepada Yamada.

"Aku puas dan aku merasa senang karena tidak salah memilih klien seperti anda, Mr. Martinez."

Justin tersenyum puas. "Terima kasih, untuk dua tahun kedepannya saya dan tim saya akan bekerja dengan keras."

Bruakk!

"Nona, anda tidak boleh masuk--"

Penjaga Yamada kelabakan karena putri sulung bosnya itu terus bersikukuh masuk ke dalam ruangan ayahnya yang sedang melakukan pertemuan dengan Justin, membahas kerja sama mereka.

"Noe? Mengapa kau bisa ada disini?" tanya Yamada bingung.

"Maaf Tuan, Nona Noe susah dikasih tahu," kata penjaga itu meminta maaf.

Yamada menghela nafas. "Kau boleh pergi, Takeuchi," pintanya pada penjaganya itu dan ia melirik Justin sejenak. Ia merasa tidak enak karena kejadian seperti ini terulang lagi. Padahal Noe tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Ada apa Noe? Chichi sibuk."

Jika waktu itu Miru tidak tahu situasi, tentu saja hal itu akan berbeda pada Noe. Wanita itu akan tahu mana salah dan benarnya.

Wanita itu membungkuk meminta maaf pada Justin yang duduk di kursinya. "Sumimasen." Dan Noe kembali memandang ayahnya itu.

"Chichi, maaf. Noe tahu sikap Noe barusan sangat tidak sopan, tapi Noe butuh bantuan Chichi karena ini sangat penting."

Yamada mengernyit. "Ada apa? Apakah Miru berulah lagi?" tanyanya khawatir.

Noe menggeleng. "Tolong bantu sahabat Noe. Dia diculik orang yang tidak dikenal. Noe sudah melapor polisi, namun para polisi itu menyuruh Noe menunggu sampai 24 jam lagi, dan Noe tidak bisa menunggu selama itu karena keselamatan sahabat Noe berada diujung tanduk," jelasnya panjang lebar.

Yamada menatap Justin. "Maaf, Mr. Martinez--"

"Tidak apa-apa Mr. Yamada, saya rasa anda memang harus membantu sahabat putri anda itu," sela Justin.

Noe mengangguk setuju. "Benar, tolong Chichi. Hanya Chichi saat ini yang Noe harapkan."

Yamada nampak menghela nafas. "Baiklah, aku akan menyuruh orang kepercayaanku untuk melacak keberadaannya."

Noe terharu, lantas ia memeluk ayahnya. "Terima kasih, chichi!"

Yamada mengangguk, tak berapa lama ia menatap asistennya yang berada di samping mereka.

"Takada, tolong lacak keberadaan sahabat putriku," katanya memerintah.

Pria bernama Takada itu mengangguk. "Baik Tuan dan ah, siapa nama sahabat nona?" tanyanya pada Noe.

"Mary Anderson," jawabnya.

Sementara itu Justin yang awalnya hanya diam memerhatikan jadi membeku di tempatnya.

Mary? Jadi, sahabat putri Mr. Yamada adalah Mary? Apakah Liam berhasil membawanya? Batinnya.

****

"Siapa kalian??" teriak histeris Mary pada sekumpulan pria di depannya itu.

Para pria itu tertawa. "Kau tidak perlu tahu siapa kami, wanita cantik." jawab salah satu pria itu.

Tak berapa lama, dua orang wanita beserta seorang pria masuk ke ruangan itu. Kedua mata Mary membulat, ia kenal salah satu wanita itu.

"Yuri?"

Wanita itu tersenyum. "Kau masih mengenaliku ya? Ingatanmu ternyata masih baik."

Mary menggertakkan giginya, ia sama sekali tak percaya pelaku dibalik penculikan ini adalah wanita itu.

Tapi kenapa? Ia sudah lama tak berhubungan dengannya bahkan dengan Justin sekalipun. Jadi apa masalah wanita itu sekarang?

"Mengapa kau melakukan ini? Apa salahku?"

Yuri menyedekapkan tangannya di depan dada, lalu menatap wanita di sampingnya yang tiba-tiba muncul.

"Miru, kau bisa menjelaskan apa saja kesalahan wanita pengganggu ini?" katanya pada Miru.

Ya, wanita di samping Yuri itu adalah Miru, dan pria yang ada sebelah satunya adalah Gary, penjaganya.

Tentu saja Yuri tahu jika Justin sudah mengendus keberadaan Mary, dan ia mendapatkan informasi ini dari Gary. Pria itu memang pantas diandalkan.

Dan Miru, bagaimana ia mengenal gadis ini? Karena dia tahu ada orang lain yang membenci Mary selain dirinya. Jadi, Yuri mengajak Miru bersatu untuk memberi Mary pelajaran dengan aksi penculikan ini.

"Hai Mary, kau belum mengenalku kan? Aku Miru Yamoto, aku adalah adik sahabatmu," katanya memperkenalkan dirinya.

Mata Mary sontak membulat mendengar pengakuan dari Miru. "Kau adik Noe?"

Mary tak percaya, ia selama ini tidak tahu jika Noe ternyata punya adik.

Miru mengangguk. "Kau sudah tertipu kakakku ya? Ckck, ada dua hal yang membuatmu bisa berada disini. Pertama, kau sudah membuat Yuta sensei menyukaimu. Kedua--"

Miru menatap Yuri dan wanita itu menatap tajam ke arah Mary. "Kedua, kau membuat suami wanita ini berniat mencarimu kembali!"

1 detik...

2 detik...

3 detik...

Mary membeku di tempatnya. Justin mencarinya? Batinnya tidak percaya.