***
Pedang Evan kembali bersinar, terang biru laut menyinari seisi goa hingga membuat keempat remaja terkagum-kagum. Bella dan Julius terpaku memandang keindahan sihir yang ditunjukan Evan, berbeda dengan Hiro dan Mira yang fokus mencari titik lemah musuh.
"Apa aku bisa sepertinya?" tanya Julius, kagum.
"Jika kau pantang menyerah, kau pasti bisa sepertinya." Bella menjulurkan kedua tangannya dan merapalkan mantra penyembuh untuk mengembalikan kondisi Julius, kemampuan remaja itu dibutuhkan untuk melindungi Hiro dan Mira.
Langkah besar ia ambil untuk melawan Cerberus di depannya, Evan langsung mengayunkan pedang dan menangkis setiap serangan yang tertuju padanya. Gerak monster itu terbaca dengan mudah oleh Evan, sehingga ia tidak perlu khawatir terbunuh olehnya.
Berbeda dengan Hiro dan Mira. Keduanya tampak kesulitan mencari titik lemah hingga harus berlari memutar beberapa kali untuk mengecoh mata lawan. Mira melepas beberapa panah ke udara untuk menyerah mata ketiga kepala Cerberus tersebut, tetapi tangan-tangan monster itu berhasil menangkisnya.
"Mira! Gunakan sihir anginmu," balas Hiro, terus berlari mengecoh lawan.
Remaja itu menarik busur panah dengan kencang diiringi sudut mata yang tajam, "Angin pembelah."
Ia melepas ujung panah dan melesatlah panah kayu dengan diiringi cahaya abu samar yang ikut mengelilinginya. Seketika panah itu menancap di kaki kanan Cerberus, menancap lebih dalam dari sebelumnya.
Monster itu terjatuh dengan satu kaki yang tak mampu digerakkan olehnya. Raungan monster tersebut mulai memenuhi seisi goa, membuat suara nyaring tidak mengenakkan terdengar di seisi goa tersebut.
"Potong kaki dan tangannya terlebih dahulu."
Julius bangkit dan mulai memegang pedang miliknya. Bella yakin keadaan Julius sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia mungkin bisa mengayunkan pedang dengan hati-hati kali ini, tentu dengan bantuan sihir yang ia miliki.
"Aku datang!" Julius berlari di samping kanan monster, sedangkan Hiro berlari di samping kiri. Keduanya langsung menyerang dengan cepat kaki dan satu tangan monster tersebut hingga membuatnya jatuh terkulai tak berdaya.
"Kini giliranku."
Bella langsung menjulurkan tangan kanannya, merapalkan mantra khusus untuk menjerat kaki dan tangan monster tersebut.
"Ars Nexus:Arbor Manibus!"
Batang pohon berukuran sedang mulai merambat dari bawah kaki Bella, berjalan kencang menyasar kaki dan tangan kedua monster tersebut untuk menjatuhkan mereka. Evan merasa terbantu dan langsung memegang pedang miliknya dengan kedua tangan.
"Split Terra!"
Evan meletakkan satu tangan kirinya di atas tanah, tiba-tiba sebuah lubang besar muncul menjatuhkan salah satu Cerberus yang berada di depannya. Getaran tanah terasa jelas membuat keempat remaja tersebut terkaget-kaget.
"Aku sepertinya tidak akan bisa menyamai kemampuannya."
Evan mulai menyarungkan pedang miliknya, melirik ke arah monster yang tengah dihadapi murid-muridnya. Evan merasa senang, sepertinya mereka bisa mengatasi monster tersebut dengan baik.
"Selesaikanlah," ucap singkat Evan.
Segera Hiro dan Julius berada di depan monster tersebut, mengencangkan pegangannya dengan erat hingga siap dengan sihir pamungkas yang mereka punya.
"Ignis Vulnus!" ucap Julius.
"Aqua Cutter!" balas Hiro.
Mereka mengayunkan pedang dari atas ke arah bawah dan seketika sihir keduanya bergabung menjadi satu elemen langka, elemen lahar. Tubuh, kulit, dan tulang mereka seketika meleleh akibat panas lahar tersebut hingga terbukalah jalan darah di antara tubuh monster tersebut.
Hiro dan Julius terjatuh lemas, napasnya terengah karena mereka menggunakan kekuatan sihir yang melampaui batasan tubuh mereka sendiri. Bella segera berjalan menghampiri keduanya dan memberikan sihir pemulihan kepada mereka.
"Kalian berdua mengagumkan," puji Mira, Hiro dan Julius tersenyum, mereka bangga dengan kemampuan yang mereka tunjukan.
Evan berjalan menghampiri keduanya dan memuji mereka dengan baik. Kemampuan mereka sudah jauh lebih meningkat dari yang ia duga, setidaknya pergi misi ke dalam goa adalah hal yang tepat untuk mereka.
"Apa kita akan lanjut sampai ke dasar?" tanya Evan, memastikan.
"Entahlah, aku pikir kita cukup selesai di—"
"Kita akan lanjut!" tegas Julius, menyela ucapan Bella.
Evan tersenyum lebar, ia segera mengeluarkan peta goa pahlawan tersebut dan memetakan lokasi mereka saat ini. Mereka baru menginjak di lantai enam dari atas, artinya sembilan lantai lagi sampai di dasar.
Mira datang menghampiri Evan, menanyakan kemampuan apa yang tadi ditunjukan oleh Evan. Ia tertawa kecil, itu hanyalah kekuatan kecil yang ia miliki.
Jurang itu, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi petualang lagi jika mereka mengikuti jalan ini. Evan menyadari kalau itu sesuatu yang baru bagi mereka, kemampuan petualang dengan sihir tanah adalah hal yang jarang terlihat.
"Kalian berempat memiliki elemen sihir yang berbeda-beda. Dengan menggunakan itu, kalian bisa menggunakan atau menciptakan kombo unik gabungan dari kedua sihir tersebut," jelas Evan, memperkirakan apa yang terjadi.
"Aku belum memikirkan hal tersebut," ungkap Mira.
Evan mengusap rambut Mira dengan lembut seraya tersenyum, "Cobalah, tidak ada salahnya mencoba, kan?"
Mira mengangguk dan kembali berjalan menghampiri Julius dan Hiro. Lama menunggu sekitar lima belas menit, akhirnya kedua orang itu siap. Mereka berniat melanjutkan perjalanan hingga ke titik yang tak lagi mampu mereka hadapi.
Satu hal yang pasti, energi sihir yang dimiliki Bella mulai menipis. Tubuh wanita itu mulai melemah dan wajahnya terlihat pucat. Evan mengakui kalau Bella menjadi pilar penting dalam hal pemulihan, jika keadaan Bella menurun, maka akan berbahaya bagi nyawa ketiga temannya.
Benar saja. Bella terjatuh ketika mereka tengah berjalan menuruni jalan untuk sampai di lantai ketujuh. Suara nyaring terdengar hingga membuat Evan dan ketiga temannya kaget hingga berlari menolong perempuan tersebut.
"Apa yang terjadi?" tanya Julius, cemas.
Evan memegang tangan Bella dan terasa tubuhnya mulai dingin, napasnya terengah-engah dan matanya terpejam. Ia tidur di atas pangkuan Mira dan terlihat semakin lama tubuhnya mulai melemah.
"Dia kehabisan energi sihir, apa yang harus kita lakukan?" tanya Mira, cemas.
Evan datang menghampiri, ia tidak tahu sebenarnya kemampuan pemulihan itu seperti apa, sehingga ia cukup kebingungan melihat keadaan Bella saat ini.
"Apa kau bisa melakukan sesuatu padanya?" tanya Julius, khawatir.
"Aku tidak bisa. Aku hanya tahu sihir penyerangan dan pertahanan, tidak pernah tahu tentang hal ini."
"A-Aku baik-baik saja ... kalian tidak perlu mengkhawatirkanku," pinta Bella, lirih.
Awalnya, Evan berencana untuk terus melaju hingga ke dasar goa pahlawan. Namun, melihat situasi yang dialami Bella membuatnya berpikir ulang untuk melanjutkan.
"Jangan seperti itu, kami membutuhkan kemampuanmu di sini," balas Evan, membuat Bella tak kuasa menahan air matanya.
Mereka kembali beristirahat untuk menemani Bella. Wanita itu merasa bersalah atas terhambatnya petualangan teman-temannya, tetapi Evan berusaha mencari cara lain untuk menemukan solusi atas permasalahan yang dialami olehnya.
Evan segera berdiri tegap, tangan kanan dan kirinya terbentang lebar mencoba mendeteksi tempat yang memiliki tanaman herbal yang mampu meningkatkan pemulihan energi sihir.
"Trace Anima!"
Getaran suara itu mulai menyebar masuk ke kedalam goa mencari tanaman herbal yang bisa ia gunakan, dua lantai terbawah ia tidak menemukannya, malahan ia hanya menemukan segerombolan monster yang tengah beristirahat.
Hingga ke lantai 10, ia akhirnya menemukan lapang stepa yang cukup luas. Di sana, ia melihat sebuah pohon berukuran besar dengan rindangnya dedaunan yang lebat. Ia merasakan tempat tersebut menghasilkan energi sihir yang cukup untuk pemulihan Bella.
"Apa kalian akan tetap melanjutkan?" tanya Evan, memastikan.
Julius, Hiro, dan Mira saling pandang satu sama lain. Mereka sebenarnya ingin melanjutkan perjalanan, tetapi melihat kondisi Bella, keduanya segan untuk mengatakan yang sebenarnya.
Mereka tetap terdiam membisu tidak menjawab pertanyaan dari Evan.
"Baiklah. Kita akan kembali melanjutkan perjalanan, ada sebuah stepa luas yang mampu memulihkan energi sihir seseorang. Kita akan pergi ke sana."