Chereads / The Kingdom Of Zen William / Chapter 14 - 14.Menemukan Suami Yang Lama Hilang

Chapter 14 - 14.Menemukan Suami Yang Lama Hilang

Hari ini Syehrazat bertekad, ia ingin melihat dengan jelas wajah Pangeran Mahkota. Semoga saja apa yang ia takutkan tidaklah terjadi.

"Kita duduk di sini saja? Mereka sudah pasti lewat jalan ini, kan?" tanya Sofia.

Syehrazat mengangguk, sejujurnya wanita itu masih sedikit tidak fokus. Ia terlalu memikirkan kemungkinan yang terjadi beberapa jam ke depan.

"Kenapa kau gelisah sekali? Ada sesuatu yang kau pikirkan?"

Syehrazat menggeleng dengan cepat, "Tidak Sofia. Saya hanya sedikit kelelahan, maaf ya jika membuatmu merasa tidak nyaman."

Sofia menatap sahabatnya lekat, ia tidak tahu apa yang sedang Syehrazat pikirkan. Namun, ia merasa jika itu masih ada sangkut pautnya dengan dirinya.

"Maaf ya, saya jadi banyak menyusahkanmu. Nanti, jika sudah waktunya pulang, saya akan pulang sendiri saja. Kau bisa kembali ke istana untuk melanjutkan pekerjaanmu, hmm."

Syehrazat menyetujuinya, ia sangat lelah. Tidak seperti biasanya. Mungkin karena terlalu banyak pikiran.

"Wah, itu para pengawal sudah mulai menampakkan diri. Sebentar lagi pasti mereka akan lewat!" pekik Syehrazat.

Sofia langsung tersenyum bahagia saya mendengar ucapan sang sahabat. Sebentar lagi, ia akan mendapatkan sedekah lalu segera pulang untuk membayar biaya pengobatan ayahnya.

Sofia menunduk, menyatukan kedua telapak tangannya. Wanita itu berdoa kepada Yang Maha Kuasa, meminta agar dilancarkan semuanya hingga perjalanan pulang kembali ke rumahnya.

"Sofia, kau terlihat bahagia sekali." Syehrazat ikut senang saat melihat raut wajah bahagia sahabatnya. Karena hampir beberapa bulan lamanya ia tidak pernah melihatnya lagi.

"Iya, saya tidak sabar. Setelah mendapat apa yang menjadi tujuan saya, saya akan segera pulang dan melihat keadaan ayah saya."

Entah mengapa, hati Syehrazat terasa teriris mendengarnya. Ia tidak lagi mengenal Sofia yang dulu selalu tertawa riang bersamanya.

Syehrazat tak lagi mengenal Sofia yang selalu ribut karena tali pakaiannya sering terlepas tanpa ia sadari.

Yang ia lihat, Sofia hanya akan tersenyum saat merasa senang.

Sofia yang hidup dalam kewaspadaan, beberapa kali wanita itu menengok ke belakang. Beberapa kali wanita itu memeriksa tali pakaiannya. Berkali-kali wanita itu memastikan apakah bayi di dalam perutnya masih merespons saat mendapatkan sentuhan dari jari jemari lentiknya.

"Sofia, kau baik-baik saja bukan?"

Sofia mengusap bahu Syehrazat dengan gerakan pelan, ia ingin memberitahukan jika dirinya baik-baik saja. Sofia tidak ingin membagi kesedihannya, ia masih kuat menghadapi sendirian.

"Kau tidak perlu khawatir. Saya baik-baik saja."

Itu adalah kata terakhir yang keluar dari mulut Sofia sebelum rombongan pengawal Pangeran Mahkota saling beriringan datang.

Mereka mulai membagikan satu kantung yang dapat Syehrazat pastikan berisi koin emas yang lumayan beratnya.

"Sofia, ayo sedikit maju. Namun tetap hati-hati dan lindungi perutmu."

Hawa panas bercampur dengan desak-desakan ribuan orang sangat terasa menguras tenaga. Sofia sedikit mengerjapkan mata saat keringat yang mengalir dari dahi menuju ke arah mata.

Berkali-kali wanita itu mengusap perutnya yang terus bercucuran. Sungguh ini panas sekali.

"Hati-hati, kalian semua pasti mendapatkan bagian. Tidak perlu saling berebut, Pangeran tidak ingin ada yang terluka di sini!" seru salah satu pengawal dengan pakaian yang terlihat sedikit aneh.

"Pelan-pelan saja. Yang sudah mendapatkan jatah silakan mundur sedikit, berikan jalan untuk yang lain."

Syehrazat bersorak gembira, ia sudah mendapatkan bagiannya. "Yeay, Sofia! Saya sudah mendapatkannya. Kau bisa sedikit maju agar segera mendapatkannya."

Sofia menuruti saran dari sang sahabat. "Ia mulai maju dan mendapatkan perhatian dari Thruv yang tak sengaja bertatapan dengannya dari kejauhan."

Pria berambut silver itu tampak terkejut, ia sama sekali tidak mengharapkan ini.

"Bagi siapa pun yang ingin melihat bagaimana rupa Pangeran Mahkota, silakan tatap dia sepuasnya hari ini."

"Kalian boleh melihatnya, namun jangan berikan tatapan jahat kalian kepada beliau. Sebentar lagi Pangeran akan lewat tepat di depan mata kalian semua bersama dengan permaisurinya."

Begitu mendengar arahan dari Thruv Niramon, Syehrazat langsung menarik Sofia saat melihat wanita itu sudah mendapatkan bagiannya.

"Tatap wajah Pangeran, siapa tahu anakmu nanti akan setampan dia!" seru Syehrazat sembari mengusap antusias perut Sofia.

Sofia menurut saja walaupun sebenarnya ia merasa tidak berminat untuk melihat. Namun, ia tidak ingin mengecewakan sang sahabat saat melihat bagaimana antusiasnya wanita itu.

Sofia mengernyitkan keningnya saat melihat Thruv mengirimkan beberapa pasukan yang ia bawa ke arahnya.

"Apa kita membuat kesalahan?" tanya Sofia panik.

Syehrazat menatap ke beberapa arah, ia juga sama bingungnya dengan Sofia.

Beberapa pasukan berusaha  menghalangi arah pandang Sofia. Sangat terlihat jika sasaran mereka adalah wanita hamil itu, bukannya Syehrazat.

"Bersiap semuanya, Pangeran Mahkota dan juga Permaisuri akan melintasi jalan di hadapan kalian. Berikan doa terbaik yang sudah kalian persiapkan!"

Suara sorak-sorai benar-benar memekakkan telinga, Sofia merasa tidak nyaman berada di sana.

Dengan gerakan pelan, wanita itu bergeser mendekati Syehrazat tanpa para prajurit kiriman Thruv tahu.

"Sofia, itu dia! Pasti itu!" Syehrazat berbisik heboh, suara riuh mulai terdengar. Kuda hitam jantan dengan rambut indah mulai terlihat ujung kepalanya.

Sofia mengerjapkan mata beberapa kali, kepalanya terasa sangat pening. "Tidak mungkin, kuda seperti itu banyak sekali yang memilikinya."

"Waow Sofia, Pangeran Mahkota benar-benar sangat tampan!"

Sofia segera mendongak saat mendengar teriakan Syehrazat.

Deg!

Sofia terpaku saat melihat wajah Pangeran dari sisi samping. Tanpa ia sadar tubuhnya gemetar, apakah karena terlalu rindu membuatnya berhalusinasi seperti ini.

Pria gagah nan tampan yang tengah menunggang kuda itu terlihat seperti suaminya. Sepertinya Sofia perlu beristirahat setelah ini.

Pandangan Sofia terpaku pada sang Pangeran, hatinya mencelus begitu mata keduanya saling bertubrukan.

Pria dengan rahang tegas yang khas itu tampak terkejut. Pandangannya terkunci pada wajah Sofia yang tampak sangat kusut dan pucat.

Mereka sama terkejutnya, inikah yang dinamakan takdir bagi mereka?

"Zeno," lirih Sofia. Wanita itu menekan dadanya perlahan, sesak sekali rasanya.

Syehrazat segera menoleh, ia tidak menyangka jika apa yang dia pikirkan adalah kenyataannya.

"Zeno." Air mata Sofia mulai mengalir tanpa permisi, netranya masih betah bertatapan dengan mata Pangeran Zen William yang tampak memerah.

Pandangan Sofia beralih pada kuda putih yang menyusul di belakang Pangeran. Di sana ada wanita cantik kan anggun dengan pakaian mewah yang sedang tersenyum dan melambaikan tangannya.

Dia pasti permaisuri Pangeran Zen William. Pandangan Sofia kembali pada lelaki yang ia kenal sebagai suaminya, menatap lekat dengan sendu.

Zeno berhasil menghancurkan hatinya hingga tak ada bentuknya lagi. Zeno sudah berhasil membuatnya seakan mati.

Berhari-hari ia meratapi, berbulan-bulan ia menangisi. Inilah balasan yang ia dapatkan. Selama ini ia mencintai sendirian, mencintai seseorang yang haram untuk ia titipkan hatinya. Kini Sofia tahu, ke mana ia akan melangkahkan kaki selanjutnya.