Chereads / Tiba-tiba cinta / Chapter 25 - Bab 25

Chapter 25 - Bab 25

Mama melihat keseriusan dimata putranya dan akhirnya mengangguk.

"Baiklah mama mendukung keinginanmu."

"Thanks ,ma" seru Bara sambil tersenyum lebar.

"Ada sebagian hati mama yang masih ingin agar kau meneruskan jejak mama dan papa."

Mama menatap Bara lembut.

"Tapi, mama sadar kau harus menemukan jalan hidupmu sendiri." Bara menarik napas panjang.

"Aku berharap papa juga bisa berpikiran seperti mama ."Mama tersenyum papamu sama sepertimu, kalian berdua sama-sama keras kepala. Mama akan mencoba berbicara dengan papa."

"Ma, aku masih tetap akan melanjutkan pelajaranku, walaupun sampai akhir papa tetap tidak menerima pilihanku," kata Bara sungguh-sungguh.

"Aku tidak bisa melepaskan impianku ."

"Mama mengerti ." Mama mengambil tas belanjanya dia mengeluarkan sebuah mantel tebal hitam yang dibelinya siang tadi. "Untukmu ," katanya "Mama lihat mantelmu tidak cukup tebal untuk menahan hawa dingin kota ini jadi mama memutuskan untuk membeli mantel ini untukmu."

Bara mengambil mantel pemberian mama."Terima kasih ma, aku akan mengenakannya selama musim dingin ini"

Mama mendekati putranya dan memeluknya." Jaga kesehatanmu, dan sering-sering telepon mama."

"Aku akan melakukannya ," kata Bara balas memeluk maama.mama melepaskan pelukannya.

"Sekarag ceritakan tentang kuliah gemologimu di GIA."

Bara tersenyum kemudian menceritakan semuanya sejak awal sampai sekarang, mama melihat mata Bara bersinar-sinar ketika bercerita tentang pelajaran gemologinya. Mama ikut bahagia melihat putranya bahagia.

Dua jam kemudian, mama memutuskan untuk pulang dan bara mengantarnya sampai pintu depan apartemen.

"Terima Kasih karena sudah mendegarkanku, ma" Bara mengambil mantel mama dari tangannya dan membantu mama mengenakannya. "Jangan lupa, telepon mama," kata mama

"Mengingatkan dan semoga berhasil Bara."

"Aku akan menelepon mama sering-sering ." Bara menghentikan sebuah taksi kuning di depan jalanan apartemennya, membukakan pintu untuk mama dan melihat mama masuk ke taksi.

Bara melihat mama melambaikan tangan dari dalam taksi Bara pun balas melambaikan tangannya ke mama. Hatinya terasa lebih ringan, setidaknya salah satu orang tuanya menerima keputusannya itu. Sudah bisa menerima keputusannya.

Bara kembali ke apartemennya dia duduk disofa kemudian melihat lihat buku sketsa yang tergeletak di meja. Halaman demi halaman dibukanya saat waktu senggang, dia selalu menyempatkan diri untuk menggambar rancangan perhiasan yang ada dibenaknya. Kini buku sketsa tersebut sudah terisi berpuluh-puluh rancangannya.

Bara kembali pada haalaman pertama. Sketsa cincin bintangnya tangannya mengelus gambar itu perlahan-lahan. Gambar tersebut telah membuatnya berkenalan dengan Dinda.

Pada kuliah seni perhiasan nanti, dia bertekad untuk membuat cincin tersebut sebagai karya pertamanya. Tujuh buah bintang dengan lima sudut dengan dua lingkaran yang menghubungkan satu sudut atas dan dua sudut bawah. Bintang-bintang dia bisa membeli berlian pertamanya dan memasangkannya pada cincin tersebut.

Dua bulan berikutnya, saat ujian akhir kelas gemologi usai, Bara tertegun melihat pengumuman dikelasnya namanya tertulis sebagai penerima beasiswa GIA. Bara tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya

Dia memang berharap bisa mendapatkannya,tapi juga tahu bahwa dia harus bersaing dengan siswa lain yang tidak kalah berbakat darinya. Dia benar-benar tidak menyangka beasiswa tersebut bisa jatuh ketangannya.

Bara tertawa lepas, teman-teman sekelasnya memberi selamat atas prestasinya kecuali George Finley. Dia melihat Bara seakan-akan Bara sudah merebut hal yang paling berharga darinya.

"Kau harus selalu menang dariku bukan, Fareli?" Kecamnya.

Bara memandang George dengan kesal."Kenapa kau selalu membenciku, Finley?"

"Kau mengambil segalanya dariku," kata George Finley sambil menatap Bara dengan benci.

Bara beranggapan perkataan George tidak masuk akal. Bara tidak merebut beasiswa tersebut dari siapapun. Dewan fakultas GIA sudah menentukan pilihannya dan seharusnya George menghormati keputusan mereka.

"Ucapanmu tidak masuk akal," keluh Bara dia tahu george tidak pernah menyukai pelajaran kelasnya, rancangan gambar perhiasaan nya tidak bagus, masih kalah jauh dengan teman-temanya yang lain .

"jadi menurutmu kau lebih berbakat dari pada aku?"George menantangnya.

Bara menatap George dengan tajam dia memutuskan untuk mengakhiri pertikaian nya dengan George .

"Aku mendapatkan beasiswa ini bukan karena aku lebih berbakat darimu, Finley."

"Kalau begitu karena apa?" tanya George penasaran dan setengah kesal.

"Karena kau sama sekali tidak berbakat di bidang perhiasan ," jawab Bara jujur."

"Maaf kalau aku berkata terus terang mungkin seharusnya kau mengakuinya juga pada dirimu sendiri."

Muka George Finley merah padam disekelilingnya, para siswa lain terdiam mendengar pertikaian itu.

"Berani-beraninya kau berkata seperti itu, apa kau tidak tahu bahwa ayahku ahli perhiasan ternama ?"

"Aku tau ," kata Bara perlahan "Ayahmu salah seorang ahli perhiasan yang kuhormati, tapi maaf aku tidak bisa menghormati sikap putranya.Apalagi tingkahnya ."

George terdiam lalu Bara pergi meninggalkannya. Didalam kereta yang membawanya menuju tempat kerja, handphone bara berbunyi. "Selamat ," kata suara seseorang dari teleponnya.

Aku dengar kau mendapatkan beasiswa dari.GIA." Bara tersenyum."Thanks, Julien."

"Aku tidak pernah meragukanmu Bara" kata Julien dari seberang telepon.

"Minggu depan kau akan mendapatkan diploma gemologimu, bukan?"

"Ya, aku berencana untuk menggunakan uang beasiswa itu untuk mengikuti paket kuliah berikutnya ."

"Aku sudah tidak sabar menerima kehadiranmu diparis" Bara mendengar suara tawa Julien dari teleponnya.

"Ya, aku juga tapi masih banyak yang harus ku pelajari disini."

"Aku tahu," kata Julien perlahan

"Semoga berhasil dengan Kuliahmu."

"Thanks, Julien ," kata Bara lalu menutup teleponnya. Seminggu kemudian, Bara mendapatkan diplomanya di situ tertulis Bara, G.G (Graduate Gemologist /lulusan gemologi ). Dia menatap diplomanya dengan bangga. Malam itu Bara menelepon mama untuk memberitahukan hal tersebut, dan mama ikut bahagia. Bara tidak tahu apakah hati papa sudah merasa lebih lembut. Tetapi dia memutuskan untuk tidak merusak momen bahagianya bersama mama dengan tidak menanyakan pendapat papa.

Kuliah intensif berikutnya dimulai bulan Juni sampai Desember untuk mengisi kekosongan waktu, Bara mengambil kursus komprehensif merancang perhiasan menggunakan teknologi komputer terbaru yang memakan waktu tujuh Minggu. Cukup waktu sebelum memulai kuliah berikutnya.

Bara , 20 tahun.

"Anda sudah siap memesan ?" Bara memandang seorang pelanggan wanita di depannya. Si pelanggan wanita tersenyum, kemudian memberikan pesanannya pada Bara.

Bara mengantar pesanan tersebut kedapur jam menunjukkan pukul tiga sore kedai makan tidak terlalu di penuh pengunjung. Di luar jendela, daun-daun mulai berguguran sesekali angin musim gugur menerbangkan daun-daun tersebut. Bara sudah satu tahun ini di New York .

karena memang suka merancang Bara merasa kuliahnya kali ini tidak sesulit sebelumnya. Dia selalu mendapatkan nilai tertinggi pada setiap tes.

Bara membeli berlian pertamanya beberapa bulan yang lalu dan mulai mempraktikan. Kuliah intensif berikutnya dimulai bulan Juni sampai Desember untuk mengisi kekosongan waktu, Bara mengambil kursus komprehensif merancang perhiasan menggunakan teknologi komputer terbaru. yang memakan waktu tujuh minggu cukup waktu sebelum memulai kuliah berikutnya.