Chereads / Tiba-tiba cinta / Chapter 29 - Bab 29

Chapter 29 - Bab 29

"Kita berdua terlalu keras kepala untuk meminta maaf, bukan?" Papa tersenyum

"Jangan salahkan aku " canda Bara "Aku mendapatkan sifat itu dari Papa."

Papa menarik napas perlahan.

"Papa bangga padamu." Hati Bara diliputi perasaan gembira "Terima kasih, Pa."

Beberapa saat kemudian ketika mereka sedang berbicara handphone Bara berbunyi. Pihak penyelenggara kontes mengatakan George Finley telah mengundurkan diri dari kontes dan menyerahkan tempat pertamannya pada Bara.

"Selamat Bara" kata Papa setelah mendengar kabar tersebut Bara memeluk Papa sambil tersenyum kegirangan.

Akhirnya dia bisa berbagi kebahagiaan dengan Papa.

Bara memeluk Mike dengan erat, ini adalah hari terakhirnya bekerja dikedai Mike besok dia akan memulai masa magangnya di Tiffany .

"Semoga berhasil Bara" Mike melepaskan pelukannya dan memandang Bara dengan serih .

"Thanks, Mike aku akan selalu mampir ke kedai mu kapanpun aku berada di New York"

"Aku akan selalu menang kedatanganmu."

Air mata mulai menggenangi mata Mike selama dua tahun terakhir Bara sudah seperti putranya sendirinya.

Mike membuka kotak yang berwarna hitam yang diberikan Bara di dalamnya berisi kalung perak berbentuk hati di belakang hati tersebut terukir nama Mike dan istrinya.

"Kau bisa memberikannya untuk Carrie. Untuk ulang tahun perkawinanmu yang kedua puluh lima bulan depan."

Air mata Mike membasahi pipi.

"Terima kasih, Bara kalung ini indah sekali Carrie pasti menyukainya."

Setelah itu Bara mengucapkan selamat tinggal dengan teman-teman sekerjanya di kedai Mike. Ketika menaiki taksi yang akan mengantarnya menuju bandara, Bara tahu kenangnya dikedai Mike akan menjadi salah satu bagian dari hidupnya.

Selama bulan-bulan berikutnya Bara benar-benar sibuk dengan rancangan perhiasaannya untuk Tiffany. Di akhir masa magangnya, Tiffany menawari Bara untuk menjadi pengawai tetap, tapi dengan berat hati Bara menolak .

Dia sudah berjanji pada Julien untuk bekerja padanya selama dua tahun. Langit kota Paris berwarna biru cerah. Bara memandang menara Eiffel dari jendela apartemennya. Sudah mau memasuki musim panas Bara sibuk merancang koleksi musim panas untuk Julien dia sudah diparis selama enam bulan.

Bara tidak pernah menyangka enam bulan berlalu dengan cepat. Bara memandang cincin bintang dimeja kerjanya kini sudah empat bintang yang terisi, sekarang tinggal satu bintang lagi.

Bara menyantap roti prancis dengan selai strowberi sebagai sarapan serta secangkir kopi.

Di kepalanya penuh ide baru untuk koleksi musim panas. Tapi dia memutuskan untuk beristirahat sejenak setelah sarapan. Dia memutar lagu klasik mozart sebagai untuk menenangkan pikirannya. Tiba-tiba handphone nya menyala. Bara mengambilnya ada pesan masuk dapat nomor ini dari tante.

"Ada pesta reunian sekolah minggu depan datang ya aku tunggu.."

"Jihan" Bara tersenyum sudah empat tahun dia tidak bertemu dengan Jihan.

Bara mendesah dia tidak bisa datang karena pameran koleksi perhiasan Julien untuk musim panas tinggal sebulan lagi. Sebagai asisten Julien di Bardeux Jewelry, tuntutan tugasnya tidak pernah berhenti setiap hari.

Bara membalas chat Jihan "Maaf tidak bisa datang sibuk mempersiapakan koleksi musim panas mungkin lain kali"

Mata Bara tertuju dengan tumpukan buku dilemari kerjannya, kebanyakkan buku tersebut adalah buku tentang perhiasan kakinya berjalan mendekat di paling ujung deretan buku tersebut terdapat buku tahunan sekolahnya.

Bara mengambilnya dan membuka halaman demi halaman kenangannya kembali ke masa sekolah. Ketika sampai pada halaman yang menampilkan foto-foto teman sekelasnya, Bara menatap wajah Dinda dengan lembut. Di bawah foto tersebut terdapat pesan dan kesan yang ditulis tangan oleh siswa-siswi sendiri. Bara menyentuh foto Dinda perlahan.

Satu-satunya foto Dinda yang dimilikinya.

[''Apakah Dinda akan akan datang?''] tanyanya dalam hati. [''Mungkin sebaiknya aku pergi ke pesta reunian sekolah, siapa tahu aku bisa bertemu dengan Dinda lagi di sana''].

Tanpa sengaja buku tahunannya jatuh ke lantai. Ketika Bara hendak memungutnya kembali, buku tahunan tersebut terbuka pada halaman terakhir Bara melihat sebuah kalimat di sana

''Aku Menyukaimu'' Bara mengambil buku tahunan itu dan mendekatkan jarak pandanganya.

[''Apakah Jihan yang menulis ini?] tanyanya

["Tapi ini tidak seperti tulisan tangan Jihan ''].

Tangan Bara dengan cepat membalikkan halaman ke foto-foto siswa 3 IPA 1 .Napasnya terhenti tulisan tangan dibelakang buku sama persis dengan tulisan Dinda.

["Aku benar -benar bodoh "] jantung Bara berdetak kencang ["Aku tidak pernah menyadarinya"] Selama ini dia menyangka Dinda hanya menganggapnya teman baik Ketika wisuda, Bara baru menyadari dirinya menyukai Dinda, tapi dia tidak tahu bagaimana juga dengan perasaan nya Dinda padanya.

Bara berlari ke meja tamunya dan menelepon nomor Jihan.

"Jihan," katanya cepat "Aku akan datang ke acara pesta reunian."

Jihan terdengar senang kabar tersebut selanjutnya, Bara mengetuk pintu apartemen Julien dilantai bawah.

"Aku harus pulang ," kata Bara ketika Julien bingung.

"Beri aku waktu tiga hari aku harus pulang minggu depan"

Bara memohon pada Julien. "Apakah ada yang sakit? Orang tuamu ?"

Julien tidak pernah melihat Bara sepanik ini,

Bahkan pada saat tertekan karena tuntutan pekerjaan sekalipun.

"Bukan itu aku harus menemui seseorang, aku harus menemuinya Julien." Bara menatap Julien dengan serius.

Julien menarik napas "Seseorang yang istimewa, bukan?"

Bara mengganguk sambil tersenyum "Seseorang yang membantuku selama ini untuk mewujudkan mimpiku".

"Ah...gadis itu" Julien mengangguk-anggukan kepala

"Gadis yang memberikan karyamu beberapa tahun yang lalu aku mengerti, pergilah"

Bara memeluk Julien singkat. "Merci (terima kasih) Julien."

Bara mulai menelepon bagian tiket penerbangan dan langsung membeli tiket pulang untuk minggu depan.

****

Bara memasuki area sekolahnya. Dia tersenyum sekolahnya tidak berubah ruang kelas masih mengelilingi lingkungan sekolah. Di tengah-tengah terdapat taman sekolah lalu ada lapangan basket, Bara berjalan menuju aula sekolah tempat pesta reuni diadakan.

"Bara!" Teriak Jihan sambil memeluknya ."Aku senang sekali kau bisa datang."

Bara tertawa dan balas memeluknya ."Lama tidak bertemu Jihan" di belakang mereka seseorang berdehem.

Jihan langsung melepaskan pelukannya.

"Maaf," katanya pada Bara "Kenalkan ini Ari, pacarku."

Bara menjabat tangan Ari. "Halo Ari, aku Bara.

Ari mengangguk "Aku tahu." Jihan merangkul tangan Ari sambil tersenyum. "Ari seorang dokter."

Bara tertawa lebar "Kau benar-benar menginginkan seorang dokter untuk jadi pacarmu ya."

Jihan memukul pelan tangan Bara."Hei..Aku juga dokter tahu! Ehm, maksudku sekitar satu atau dua tahun lagi."

"Aku tidak pernah menyangka kau masuk kedokteran." Bara terkejut.

"Salah sendiri tidak pernah memberiku kabar. Aku harus menyambut peserta lain," kata Jihan sambil tersenyum."Silahkan berkeliling sendiri, oke?"

Bara mengangguk "Baiklah." pandangan Bara menyapu seluruh ruang aula dia mengenal teman-teman sekolahnya dulu dan tersenyum lalu mulai menyapa mereka. Kebanyakan dari mereka sudah bekerja atau ada yang masih kuliah.

Setelah menyapa hampir semua orang yang dia kenal Bara duduk disebuah meja yang menghadap pintu masuk. Setiap ada orang masuk, Bara berharap itu Dinda. Ketika wajah yang diharapkannya tak kunjung muncul, hati Bara sedikit kecewa.