Chapter 5 - Syarat

Mina berdiri di balik sebuah pintu yang memiliki dua daun. Di samping kanan dan kiri kedua pintu itu, seorang wanita tengah berdiri dengan mengenakan seragam bernuansa hitam putih dengan rambut yang disanggul dengan rapi.

"Selamat menikmati jamuan Anda, Nona!" ucap seorang pelayan, membungkukkan badannya dan membukakan pintu untuk Mina.

Clek ...

Dua wanita dan dua pria paruh baya, seorang lelaki berusia 25 tahun, dan seorang wanita berusia 3 tahun lebih muda dari dirinya.

Orang-orang itu menoleh saat daun pintu di buka. Menatap sosok Mina yang tampil dengan cantik dan menawan.

Mina mengenakan sebuah dress hitam dengan panjang sepaha tanpa lengan. Mengenakan kalung berlian yang menjadi bandul berbentuk air mata. Rambutnya di gerai dengan cantik tanpa poni dan ia hanya mengenakan sepatu biasa tanpa high heel.

"Selamat malam, Om, Tante!" ucap Mina, memasuki ruangan dengan berjalan sopan nan anggun.

Di belakangnya, Zhair mengikutinya dengan mengulas senyuman bangga. Seakan-akan ia tengah menunjukkan jika wanita cantik ini adalah miliknya yang akan segera menjadi pendamping hidupnya.

Sementara di sisi lain, seorang wanita yang berusia 2 tahun lebih muda dari dirinya, hanya bisa menatap wajah Mina dengan tatapan geram dan dingin.

Ia adalah adik kelas Mina satu tingkat. Namanya adalah Marta. Ia adalah adik Zhair yang memiliki sikap angkuh dan manja.

Marta tidak senang dengan kehadiran Mina di malam membahagiakan ini. Padahal dia sudah tahu jika Mina adalah pemeran utama wanita di malam spesial ini.

Mendenguskan napas kasar, Marta bangkit dari tempat duduknya dan berpindah. Ia mendekati Kakak lelakinya dan membisikkan sesuatu.

Tama pun menaikkan sebelah alisnya dan menatap wajah Marta yang terlihat sudah tidak mood untuk beradu argumen dengan dirinya. Tama pun mengabulkan permintaannya tanpa membantah.

Tama berdiri dari tempatnya dan membiarkan Marta duduk di tempatnya, sementara Tama akan duduk di tempat Marta.

Meja makan mereka berbentuk lingkaran. Wajar saja jika yang duduk di sebelah Marta, adalah Mina. Namun setelah berpindah, Tama dan Mina menjadi duduk berjajar dengan Zhair yang duduk di sisi seberang Mina.

Kedua orang tua Zhair memandang Mina yang duduk di di antara kedua putranya dengan tenang tanpa adanya rasa gugup.

Gadis itu terlihat sangat elegan walaupun ia dicap bodoh oleh rekan-rekan bisnis Ady, Ayah Zhair.

Eva mendekatkan bibirnya ke telinga suaminya, Ady! Dan mulai membisikkan sesuatu.

"Apakah kamu yakin jika gadis ini terkenal bodoh? Dia sama sekali tidak terlihat seperti itu, sayang. Apa jangan-jangan kamu tidak pernah melihatnya secara langsung dan hanya mendengarkan celotehan admin lambe turah?" celetuk Eva, membuat Ady menatapnya dengan tatapan aneh.

"Duh, Ma! Papa juga kurang tahu. Padahal dia sudah pernah menjadi kekasih Zhair selama satu tahun. Tapi bisa-bisanya kita tidak tahu siapa, apa, dan berasal dari mana gadis ini! Huff ... siapa sangka dia adalah anak konglomerat dan akan menjadi menantu kita di masa depan," ucap Ady, menyudahi acara bisik-bisik dengan istrinya.

Ehem ...

Ady berdehem dan menatap kedua orang tua Mina, yaitu Azran dan Hera. Kedua pasangan suami dan istri itu terlihat senang melihat putrinya yang pandai menjaga sikap. Bahkan keduanya terlihat sangat menyayangi anak perempuan yang di cap bodoh banyak orang itu.

"Kamu tidak bertemu dengan Kakakmu? Sepertinya dia terlambat, sayang." Hera berbisik ke dekat Mina dan membuat Zhair mendengarnya dengan jelas.

"Sepertinya sebentar lagi–"

"Maaf Tante, Anda menghalangi pandangan saya," ucap Zhair, tiba-tiba membuat Hera menarik dirinya dan kembali duduk tegap.

Berbeda dengan Ady dan Eva yang langsung membulatkan matanya melihat perlakuan tidak sopan dari putra bungsunya kepada calon ibu mertuanya itu.

"Zhair, apa yang sudah kamu lakukan. Tindakan tidak sopan apa itu? Bahkan kamu memotong pembicaraan Mina dan Ibunya!" marah Eva, menegurnya dengan sedikit keras.

Zhair yang mendengarnya hanya bisa mengedikkan bahunya dan mengacuhkan omelan sang ibunda.

Sementara di sisi lain, Tama hanya bisa menatap wajah adik lelakinya dengan tatapan tajam dan tidak senang.

Baru di sanalah Zhair menjaga sikap dan meminta maaf kepada Hera beberapa kali sampai Hera merasa sungkan dengan kelakuan Zhair kepadanya.

"Baiklah, mari kita bahas masalah yang paling serius." Ady mulai membuka mulutnya dan mengawali pertemuan mereka dengan baik.

Namun di sana Mina hanya diam dan menatap gelas anggurnya tanpa memperhatikan Ady ataupun Azran yang tengah membicarakan soal pertunangannya.

"Baik. Itu akan lebih baik jika semua persiapannya sudah matang. Jadi minggu depan acara resepsi pernikahan keduanya bisa segera di langsungkan, hahaha ...," tawa Ady, tampak senang.

"Ya, istri saya sudah menyiapkan gaun pengantin yang sangat cantik. Lalu–"

"Ayah. Tidakkah Ayah harus bertanya dulu sebelum membuat keputusan seperti ini? Itu tidak sopan jika Ayah melakukannya semua sesuai keinginan para orang tua. Sementara aku yang hidupnya di korbankan di sini, tidak mendapatkan hak untuk berpendapat," sergah Mina, membuat kedua lelaki itu terdiam.

Semua orang menjadi menatapnya dengan tatapan intens. Namun tidak dengan kedua orang tua Mina yang langsung menatapnya dengan sorot mata sedih.

"Owh, maafkan Mama sayang. Apakah kamu tidak setuju dengan ini? Mama tahu hubungan kamu dan Zhair sedang tidak baik. Apakah mau di batalkan saja pertunangan ini?" tanya Hera, mendekati Mina dan memeluknya.

Keluarga Zhair dan Zhair sendiri langsung terkejut mendengar apa yang di katakan oleh Hera barusan. Bahkan Azran pun terlihat menyetujui perkataan istrinya dan membuat Ady membulatkan matanya lebar.

"Ah ... Tu-tuan, memangnya apa yang sudah di lakukan oleh putra saya? Saya yakin jika Zhair tidak akan menyakiti perempuan walaupun sikapnya memang sedikit kasar," ucap Ady, berusaha membela anaknya.

Azran langsung menatap wajah Ady dengan tatapan dingin. Sementara Ady langsung menelan ludahnya susah saat mendapati tatapan tajam itu.

"Anda lihat sudut bibir putri saya? Itu pecah. Dan Zhair yang melakukannya. Jika Anda tidak percaya, saya punya rekaman CCTV-nya dan ada pula saksi mata. Huff ... anak Anda sangat kasar dalam memperlakukan Mina! Jadi, jika Mina tidak ingin melakukan perjodohan ini, kami pun tidak akan melakukannya!" tegas Azran, membuat Ady terdiam.

"Maafkan adik saya Tuan Azran. Dia memang sangat kasar karena belum dewasa. Lalu, dari pada menyerah atas perjodohan ini. Bagaimana jika saya menawarkan diri? Saya sudah dewasa dan mapan untuk segalanya. Jadi Anda tidak perlu khawatir tentang kekerasan fisik karena itu tidak mungkin saya lakukan. Bagaimana? Sepertinya ini tawaran yang bagus," ucapTama, tiba-tiba angkat bicara.

Mina pun menoleh ke arahnya dan berpikir sejenak.

"Tidak ada ruginya. Baik, saya mau jika itu putra sulung Adytama Grup. Usia kami hanya terpaut 5 tahun dan itu tidak akan menjadi masalah bagi saya!" ucap Mina, menghela napasnya panjang.

Azran dan Hera langsung tersenyum.

"Baiklah, jika itu keinginanmu, Nak! Sekarang bagaimana dengan Anda, Tuan Ady? Apakah Anda menyetujui permintaan anak bungsu saya ini?"

"A-hahaha ... tidak masalah Tuan Azran. Toh, anak saya belum pernah memiliki pasangan. Jadi Mina adalah wanita pertama di kehidupannya," ucap Ady, tersenyum lebar.

"Tapi saya memiliki satu syarat!" ucap Tama, membuat semua orang menatapnya.

"Apa itu?"

"Lakukan pernikahannya besok atau tidak sama sekali!"

"APA?!!!!"