Chereads / Gadis Bodoh, sang Istri Konglomerat / Chapter 9 - Pertengkaran Pertama

Chapter 9 - Pertengkaran Pertama

"Saya tidak menyukai Anda, Tuan."

Mina menatap tajam pada seorang lelaki yang menyodorkannya sebuah bunga di ambang pintu depan Perusahaan Hacin Grup.

Lelaki bersurai hitam dengan kacamata bulat yang sudah bertengger di depan kedua matanya itu adalah seorang HRD yang sempat membimbingnya selama beberapa hari sebelum hari penerimaan pegawai baru.

Lelaki berusia 23 tahun dengan wajah tampan dan tinggi semampai yang membuat penampilannya di puja-puja sebagai dewa kelas menengah di kantor ini.

Mina sudah mendengar desas-desus mengenai ketertarikan ini mulai dari hari pertama ia menginjakkan kakinya di sini untuk melakukan tes seleksi tim anggota keamanan Hacin Grup.

Awalnya Mina tidak percaya karena tidak ada satu pun temannya yang ada di tim keamanan mendengar berita tentang ini. Bagaimana pun juga, teman-teman Mina yang ada di dalam sana bukan biang gosip seperti para pegawai lain. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan yang diberikan oleh senior mereka saat melakukan magang.

Namun siapa sangka jika lelaki ini benar-benar menyatakan perasaannya di depan ribuan pegawai yang tengah berlalu lalang di sekitar mereka.

Hamzah adalah nama lelaki ini. Pegawai paling muda yang berhasil naik pangkat dengan cepat walau hanya bekerja selama 6 bulan tanpa adanya jalur dalam yang ia lalui. Semua yang ia dapat murni dari usaha kerasnya dan otak cemerlang yang ia miliki.

Namun sekarang salah satu idola kantornya ini malah membuat masalah besar di hari pertama Mina bekerja. Tidak! Lebih tepatnya Mina datang untuk menjemput pengantinnya. Tuan Tama! Si Direktur galak yang selalu dihindari oleh para pegawainya karena terkenal dengan kepribadiannya yang aneh dan pandangan tajam bagai mata Elangnya itu.

Tapi sekarang langkah Mina harus tertahan karena Hamzah menembaknya di depan ribuan karyawan.

Bahkan di belakang sana ada Tama yang baru saja keluar lift dan hendak menghampirinya. Namun langkah lelaki itu terhenti begitu melihat apa yang tengah terjadi kepada Mina di depan sana.

Mina menepuk keningnya ampun dan berjalan melalui Hamzah begitu saja dan langsung berjalan menghampiri Tama yang masih mematung di tempatnya.

"Kamu malah diam saat aku menghadapi masalah seperti itu? Hah ... bagaimana kalau aku menerimanya saja dan kita tidak perlu menikah?" celetuk Mina, menatap wajah Tama yang dingin dengan tatapan enggan.

Namun Tama yang melihat wajah Mina yang sedang kesal malah menatapnya dengan tatapan yang lebih dingin dari sebelumnya.

"Apa yang kamu lakukan di depan kantor? Dengan pakaian ala kadarnya seperti itu? Padahal kita mau pergi ke tempat gaun agar kamu bisa di rias!" ucap Tama, menatap penampilan Mina dengan pandangan intens.

Karena kini Mina hanya mengenakan sweater dan legging sepanjang lutut dengan rambut panjang yang digerai bebas menutupi punggungnya.

"Memangnya kenapa dengan penampilanku? Aku jelek begitu?" celetuk Mina, dengan suara yang sangat percaya diri.

Tama pun menghela napasnya lelah dan menggandeng gadis itu pergi dari tempat itu sesegera mungkin.

Namun saat ia melewati Hamzah yang ada di depan pintu. Tiba-tiba Tama berhenti dan memandangnya dengan tatapan dingin dan tajam.

"Dia adalah istri saya. Semoga Anda tidak mengganggunya lain kali," ucap Tama, membuat semua orang yang mendengarnya langsung membulatkan matanya lebar.

"Pak Tama bukan gay?"

Kamu dengar itu? Pak Tama akan menikah dengan pegawai baru di Devis Keamanan. Bukannya ini hot news?"

"Gila! Jika aku tahu itu. Aku tidak akan melepaskannya."

"Akh ... Pak Tama ...."

Begitulah suara-suara para pegawai wanita yang mulai menjadi cemas saat buruan hari mereka berkurang satu dan lebih parahnya, saingan mereka hanya seorang pegawai baru yang baru saja lulus SMA saat umurnya 20 tahun.

"Bagaimana bisa aku kalah dengan gadis bodoh sepertinya!"

"Huaa ... tidak, Pak. Jangan menikah dengannya. Menikahlah dengan saya saja, Pak."

"Saya saja!!!"

Mendengar suara-suara itu, Mina hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya ampun dan menatap para wanita itu dengan padangan datar.

Padahal saat itu ia sedang di tatapan dengan begitu tajam oleh para wanita rubah itu. Namun semua pandangan mereka sama sekali tidak membuat langkah Mina gentar sama sekali.

"Kamu memang gadis yang cukup berani. Bagaimana bisa kamu yang akan menjadi seorang Nyonya dari direktur Hacin Grup memakai pakaian seperti ini saat datang ke tempatku. Aduh, bisa gila aku. Tidak bisakah kamu menjaga image sedikit? Masa aku harus mengingatkan kamu tentang ini?" ucap Tama, tiba-tiba marah besar saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil, berdua saja.

Mina menatapnya dengan tatapan malas dan menghembuskan napasnya lelah saat mendengar perkataan Tama yang mengatakan jika penampilannya ini sangat tidak pantas sebagai seorang Nyonya Hacin Grup.

"Maaf. Aku kira kamu tidak akan memedulikan penampilan ataupun menjaga image saat di depan para karyawan. Karena selama ini aku melihatmu sangat cuek terhadap penampilan diri. Huff ... lain kali aku tidak akan mengulanginya. Maafkan aku," ucap Mina, mencoba mengerti alasan amarah Tama kepadanya.

Tama yang mendengar itu malah menjadi merasa sedikit bersalah karena Mina langsung diam dengan terus menghela napasnya lelah. Seakan-akan ia memiliki banyak pikiran setelah ia mendengarkan perkataan Tama kepadanya.

Tama yang mendadak menjadi tidak enak hati hanya bisa diam dengan menatap cemas wajah Mina dengan sesekali meliriknya saat ia mulai fokus ke arah jalanan.

"Hey, kamu marah? Tolong jangan marah. Aku hanya kelepasan," ucap Tama, menatap wajah Mina yang enggan menatapnya.

Tama yang melihat perlakuan itu semakin merasa bersalah dan menatap wajah Mina dengan pandangan gusar. Ia bahkan berulang kali mengintip wajah Mina. Tapi gadis itu semakin menghindarinya dan semakin memperlihatkan jika dirinya sedang marah saat ini.

Tama langsung menepikan mobilnya. Membuat Mina menolehkan kepalanya dan menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kenapa menghentikan mobilnya? Nanti kita bisa terlambat sampai di tempat gaunnya. Aku sudah dimarahi Kakak Ipar karena bangun kesiangan dan harus menunggu kamu selesai rapat!" ucap Mina, dengan suara yang menggebu-gebu.

Tama yang melihat itu hanya bisa diam dengan menatap wajah Mina menggunakan sorot mata terluka.

"Kenapa sih? Tidak jelas sekali? Cepat jalankan mobilnya. Nanti kalau kita kena marah, pasti aku yang kena marah berlebihan!" pekik Mina, dengan mendenguskan napasnya kasar.

Namun Tama tidak kunjung bergerak dan malah menatap wajahnya dengan tatapan menyakitkan.

"Bagaimana kita bisa melangsungkan pernikahan jika kedua mempelai sudah bertengkar sebelum mengikrarkan janji suci di depan pendeta? Huff ... jangan marah. Masa kamu mau naik ke atas altar pernikahan dengan wajah di tekuk seperti itu?" ucap Tama, seperti mengomel.

"Duh ... kalau kamu masih mempermasalahkan ini. Aku akan turun dan pergi ke sana dengan taksi!" ancam Mina, dengan suara tidak senang.

Tama langsung menjalankan mobilnya dengan patuh dan menghela napasnya lelah jika harus menghadapi Mina yang mendadak arogan di waktu pagi seperti ini.

"Aku belum sarapan. Jangan bertengkar oke? Aku tidak punya tenaga lebih."

"Terserah!"