Chereads / Gadis Bodoh, sang Istri Konglomerat / Chapter 10 - Kasih Sayang

Chapter 10 - Kasih Sayang

Brak ...

Mina membanting pintu mobil dan segera berjalan meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Tama yang baru saja keluar dari mobil dengan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat tingkah aneh calon istrinya ini.

Walaupun begitu Tama tidak akan marah. Ia maklumi sikap anak-anak Mina karena baginya, Mina memang masih remaja bahkan baru saja lulus kemarin.

Tama berjalan mengikuti langkah Mina memasuki ruang rias yang sudah disiapkan oleh para staf gedung pernikahan yang akan mereka pergunakan hari ini.

Clek ...

Mina membuka pintu ruang rias dan membanting pintunya sesaat sebelum Tama berhasil memasuki ruangan tersebut.

Tama menghela napasnya kasar dan masih tetap berusaha bersabar menghadapi tingkahnya yang semakin menjadi-jadi itu.

Tama menatap gaun berbentuk mermaid dengan punggung yang terbuka. Dia sedikit terkejut melihat model gaun Mina yang berbeda dari pada yang mereka sepakati kemarin di chat.

Tama yang kebingungan langsung menatap wajah Mina yang sepertinya juga tidak menyukai gaun pernikahannya yang sekarang ini.

Bahkan para staff ruang rias itu menjadi semakin risau melihat wajah Mina yang seakan tidak bahagia melihat keadaan pakain putih yang menggantung dengan indah di tubuh boneka manekin itu.

"Mina, kenapa gaun kamu jadi seperti itu? Bukankah kemarin aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak memilih gaun yang terbuka? Lalu apa ini? Kamu bisa menjelaskannya kepadaku?" tanya Tama, berjalan mendekat pada Mina.

Mina langsung mendenguskan napasnya kasar dan menatap wajah Tama dengan pandangan enggan.

Tama yang ditatap seperti itu benar-benar tidak mengerti. Apa salahnya? Sekarang ia saja sedang merasa bingung dengan pakaian mempelai wanitanya yang tiba-tiba berubah. Lalu baru saja kebingungannya ditambah dengan perilaku Mina yang terlihat tidak bersahabat.

Tama menghembuskan napas kasar dan memandang wajah para staff yang hanya bisa menundukkan kepalanya dalam dengan keringat dingin dan gelagat resah mereka ketika berhadapan dengan mereka berdua.

"Maaf, Nona. Bolehkah saya bertanya? Anda tidak perlu tegang. Santai saja. Saya tidak akan marah, tapi saya minta sebuah penjelasan mengenai hal ini," ucap Tama, dengan nada sopan walaupun seharusnya ia marah sekarang ini.

"Itu, Tuan–"

"Sudahlah. Ini kelakuan adik perempuanmu. Ia menghasut Ibumu dan Ibuku untuk mengganti gaun pernikahan ini. Entah kamu sadar atau tidak. Tapi Marta itu adik kelasku dan ia tidak suka padaku. Aku bisa memaklumi jika ia hanya usil. Tapi ini sudah kelewatan. Dengan pakaian yang sangat terbuka itu, aku akan berada di luar ruangan selama hampir 24 jam. Jika kamu tidak tahu, Ibumu juga mengganti acara perayaan pernikahan ini menjadi 3 hari berturut-turut," jelas Mina, mendenguskan napasnya kasar.

Tama terdiam beberapa saat. Ia sama sekali tidak tahu dengan hal seperti ini karena kemarin setelah ia mengantarkan Mina sampai ke rumah, ia harus langsung pergi ke kantor untuk menyelesaikan berbagai macam pekerjaannya agar setelah hari ini berlalu, ia bisa sedikit istirahat dengan melakukan pendekatan kepada Mina.

Tapi sekarang semua ini menjadi semakin kacau karena ia tidak turun tangan langsung untuk menyiapkannya.

"Hah ... maafkan aku, Mina. Sepertinya aku terlalu percaya kepada keluargaku tanpa memperkirakan kesulitanmu." Tama menghela napas kasar berulang kali dan menatap wajah Mina dari dekat dengan menggenggam tangannya. "Sungguh, maafkan aku. Aku sangat sibuk kemarin sampai-sampai tidak melihat persiapan pernikahan ini. Maaf ya?"

Mina hanya diam dengan kedua alis yang menukik dalam. Seakan-akan ia tidak ingin mendengarkan apa yang di katakan oleh Tama kepadanya.

"Maaf, aku akan meminta mereka mengambilkan gaun yang kemarin kita sepakati. Biarlah kita datang terlambat. Asal kamu tidak marah kepadaku saja. Aku akan sangat tenang walaupun nanti akan mendapatkan omelan Bunda," ucap Tama, melepaskan tangan Mina dan berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

Mina hanya bisa menghela napasnya kasar dan menatap gaun yang ada di hadapannya itu dengan berpikir keras.

"Apa masih bisa mengambil gaun baru selama waktu yang tersisa? Toko gaun kalian kan, cukup jauh dari sini. Sementara Tama juga butuh di rias walaupun sebentar. Benar kan, Kak?" tanya Mina, pada seorang lelaki yang baru saja masuk.

Bahkan Mina belum menolehkan kepalanya dan melihat siapa itu. Tapi sepertinya Mina sudah tahu dengan jelas siapa yang akan datang pertama kali ke ruang pengantin karena mencemaskannya.

Arci menatap gaun dengan punggung terbuka lebar di dengan belahan dada yang cukup turun ke bawah.

Arci mendekat ke arah adiknya dan memegang pundak wanita itu dengan tersenyum miring.

"Aku tahu para orang tua itu akan membuatmu sedikit kesulitan. Terutama dari pihak mertua. Walaupun sebenarnya tidak ada masalah dengan kedua orang tua, tapi anak-anak mereka pasti akan menjadi kompor para orang tua agar mengacaukan dirimu."

Mina menoleh ke arah Kakak lelakinya yang sudah berdiri di belakang punggungnya dengan tatapan tajam dan senyuman culas yang mengerikan.

"Karenanya aku membawakanmu gaunnya," tungkas Arci, dengan senyuman manis yang mengubah ekspresi wajahnya menjadi 180°.

"Sungguh?" Mina tampak senang dengan apa yang di katakan oleh Kakak lelakinya.

"Sebenarnya Kakak Iparnya yang meminta aku untuk mengambilnya pagi-pagi buta. Padahal aku juga harus melakukan perawatan agar tidak membuatmu malu. Tapi aku malah pergi dengan sebuah mobil pick up untuk menjemput gaunmu," jelas Arci, mendengus kasar.

Mina memiringkan kepalanya seraya tidak mengerti. Tapi disisi lain ia melihat Tama beserta beberapa staff ruang rias tengah memajang gaun baru, dan itulah gaun milik Mina yang sebenarnya.

Tama nampak bersyukur dengan komitmen Arci dalam mengambil peran dalam menjaga adiknya.

"Terima kasih sudah membawa barang ini, Kakak Ipar," ucap Tama, menundukkan kepalanya hormat.

Deg ...

Arci menatap perilaku Tama dengan kaku dan menatap wajah Mina yang terkekeh melihat wajahnya yang tegang.

"Ia memang orang yang seperti itu, Kak," ucap Mina, mengulas senyum mania seraya memberikan penjelasan.

Arci pun menghela napasnya lelah dan mengibas-ngibaskan tangannya untuk meminta Tama bangun dari posisi hormatnya.

"Berterima kasihlah kepada Istriku. Dia yang meminta aku untuk mengambilnya karena ia merasa Mina akan kesulitan di hari-H dengan kondisi keluarga mertua yang seperti itu. Huff ... setelah mendengarkan penjelasan dari Amanda, ia langsung merasa curiga jika hari ini Mina akan mendapatkan malah. Bahkan itu sudah jam 01:00 malam. Ia baru tahu jika gaun yang akan kamu pakai sudah berubah modelnya. Dari sanalah Kakak Iparnya itu memintaku pergi untuk mengambil gaun itu," jelas Arci, menghela napas lelah.

Arci menepuk-nepuk puncak kepala Mina dengan sedikit keras hingga gadis itu menundukkan kepalanya.

"Kamu harus tahu, jika kami memang memintamu menikah untuk kepentingan bisnis. Tapi kami tidak akan membiarkanmu berada di dalam kesulitan saat menghadapi keluarga mertua kamu. Jadi jangan coba-coba berpikir kami menikahkanmu karena ingin membuangmu! Kami hanya meminta sedikit bantuanmu dalam hal ini dan kami juga akan melindungimu. Pahamkan? Kami menyayangi dengan kekurangan dan kelebihanmu. Karena kamu keluarga kami yang berharga!" ucap Arci, mengundak senyum.

"Aku tahu jelas hal itu. Tapi–"