Chapter 11 - 13.

Manda, Syaqi dan Bika menatap benci pada Tiara, yang saat ini sedang duduk di hadapan mereka bersama ketiga lelaki yang sudah memperkosa mereka semalam, Mereka benci Tiara yang sudah tega menjebak mereka sampai akhirnya keperawanan mereka terenggut.

"Maafin gue, gue hanya bantu adik sepupu gue, Lendra, gue tahu gue jahat, gue salah banget, tapi kalian harus tahu, mereka bertiga sangat mencintai kalian, mereka frustasi karena di jauhin kalian," jelas Tiara, namun Manda dkk tetap diam tak bereaksi apapun membuat Tiara mendengus kesal.

"terserah deh, mau marah sama gue juga, nggak masalah, yang jelas gue udah jelasin kejujurannya," ucap Tiara langsung beranjak pergi meninggalkan mereka yang sedang saling tatap dengan pandangan mata berbeda-beda.

"Maafin kita," ucap Bian yang matanya terfokus menatap Syaqi yang menatapnya terluka dan kecewa.

"Terserah," ucap Syaqi pusing kemudian berdiri hendak meninggalkan Villa itu yang diikuti Manda dan Bika, namun saat mereka hendak akan melangkah, Bian, Dandi dan Lendra mencegah mereka pergi.

"Please, jangan pergi, kita omongin dulu semuanya sampai beres," mohon Dandi pada Manda yang saat ini menatapnya kecewa

"Please, Man, biarin gue tanggung jawab ," ucap Dandi memohon, membuat Manda memejamkan matanya pusing, dan kembali menangis bingung harus berbuat apa.

"Gue nggak tau, gue nggak tahu, gue harus apa sekarang? hiks, lo tega, Dan, tega banget," ucap Manda kecewa dan frustasi.

Bika hendak melangkah, namun langkahnya di halangi Lendra.

"Please, gue mau pulang, hiks," ucap Bika memohon pada Lendra

"Gue anter," ucap Lendra .

"Nggak, gue bawa mobil sendiri," ucap Bika hendak melangkah, namun tetap Lendra halangi.

"Kalau lo mau pulang, harus gue anter, kalau nggak mau, nggak usah pulang," ucap Lendra tajam.

Bika menangis frustasi, dia lelah sangat lelah.

"Please," mohon Bika, namun Lendra tetap pada pendiriannya dan mulai menarik Bika menuju mobilnya yang terparkir di depan, Bika melirik Syaqi yang hendak menyusulnya, namun Bian mencegahnya dan memeluk Syaqi paksa sambil menggumamkan permintaan maafnya.

"Maaf, maafin gue Syaqi, maaf," ucap Bian menyesal sambil memeluk Syaqi yang berusaha mendorongnya minta dilepaskan.

"Gu-gue mau pulang, hiks, please, awas," ucap Syaqi menangis.

"Gue yang antar ya, please," ucap Bian memohon pada Syaqi

"Nggak usah," ucap Syaqi sesegukan.

"No, gue nggak mau ditolak lagi, Syaqi," ucap Bian tegas

Bian menuntun Syaqi keluar Villa, ia berniat membawa Syaqi ke suatu tempat terlebih dahulu sebelum pulang, dia harus berhasil meyakinkan Syaqi, Bian takut Syaqi menghindarinya lagi, maka dari itu dia harus berupaya membuat Syaqi luluh.

Tersisa Manda dan Dandi yang sedang menatap Manda yang sedang menangis, Dandi duduk di sebelahnya dan dengan berani, Dandi meraih kedua pipi Manda membuat Manda menatapnya pilu.

Dandi menyatukan kening mereka.

"Maafin gue, gue melakukannya karena gue, cinta sama lo," ucap Dandi sambil mencium kening Manda cukup lama.

"Maafin gue, please, maafin gue," lirih Dandi memohon pada Manda yang masih diam terisak tak mau berbuat apa-apa, saat ini dunianya hancur.

Walau saat ini Dandi memeluknya, Manda tetap tak bereaksi, malah suara isakannya yang semakin kencang terdengar sangat rapuh di telinga Dandi, seketika rasa bersalah sepenuhnya menghantuinya kembali.

"Maaf,"

Keesokan harinya, Bika, Syaqi dan Manda, sudah kembali ke rumah mereka masing-masing, dengan diantar oleh ketiga lelaki yang telah memperkosa mereka, Kemarin Syaqi mendengar semua penjelasan Bian, saat itu Bian membawa dirinya ke sebuah taman yang ada di tengah-tengah kebun teh dan sepertinya itu milik pribadi, pemandangan disana sangat indah dan menyejukan, namun keindahan taman itu, tak membuatnya sama sekali menjadi lebih baik lagi.

"Jahat, lo jahat, Bian, hiks," gumam Syaqi masih terisak menangisi kejadian di villa saat itu.

"Bunda, hiks, Syaqi udah rusak, Bunda, hiks, ayah, maafin Syaqi nggak bisa jaga diri Syaqi sendiri, hiks," lirih Syaqi menggumamkan maaf pada kedua orang tuanya yang jauh disana.

Sementara itu, Bika saat ini sedang di dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, Bika duduk memeluk lututnya di bawah guyuran shower, sesekali dia menggosok kasar kulit tangan nya sampai memerah dan tergores cakaran kuku nya.

Kemarin Lendra tidak langsung membawanya pulang, mungkin awalnya memang pulang, namun Lendra kembali emosi oleh kata-kata penolakan Bika terhadapnya, sehingga Bika dibawa Lendra ke rumahnya, di sana Lendra memperkosanya lagi berkali-kali, membuat Habika benar-benar sangat hancur saat itu.

"Hiks, gue, kotor sekarang, hiks kotor banget, gue jijik sekarang, gue murahan," rancau Bika sambil menangis hebat, sudah sejak tadi pagi Bika seperti itu, ia sangat merasa frustasi di keadaan seperti ini sendirian,

"Lendra, Bajingan….." teriaknya.

Kedua orang Bika sama seperti Syaqi, ayahnya seorang abdi negara yang sedang bertugas di Makassar, dan sang ibu mendampingi sang ayah disana bersama adik Bika, Serina yang berusia 15 tahun, Bika mendiami rumahnya hanya bersama kedua pembantunya dan 2 satpam yang diutus sang ayah untuk menjaga rumahnya.

Sementara Manda, adalah anak kedua dari pasangan dokter, Manda sama seperti Syaqi dan Bika, tinggal hanya dengan pembantunya saja, karena kedua orang tua Manda adalah dokter di salah satu rumah sakit ternama di Jerman, mereka hanya akan mengunjungi Manda saat idul fitri tiba, entah Manda yang ke Jerman, entah orang tuanya yang ke indonesia.

Sementara kakak lelaki Manda sendiri sedang menempuh pendidikan s2 bisnisnya di Amerika, Manda sendiri memang dibiarkan Mandiri oleh kedua orang tuanya, malah hubungan mereka terbilang kurang dekat dan terkesan masing-masing, apalagi Manda dengan Marvel, kakak nya, hubungan mereka seperti orang asing dan terkesan masing-masing, memang keluarga Manda ini 'workaholic'.

"Ngapain gue, nangis-nangis, gue nangis sampai mati pun nggak akan ngembaliin keperawanan gue kan?" gumamnya frustasi dengan mata yang sembab.

"Hamil Pun rasanya keluarga gue nggak akan marahin gue, hiks, mereka kan nggak peduli sama gue," ucap Manda lirih.

Manda membaringkan badannya di kasurnya dengan posisi terlentang menatap lurus langit-langit kamarnya.

"Lo jahat, Dandi," gumamnya sedih

Matanya kembali mengeluarkan air mata saat ingatannya kembali pada saat kejadian malam kelam tersebut, rasa sakitnya masih terasa disana, sangat jelas diingatanku rasa sakit saat milik Dandi menerobos paksa mengambil kesuciannya, jeritan dan rintihan kesakitannya pun tak di hiraukan Dandi yang saat itu sangat terlihat menikmati kelakuan bejatnya itu hingga 2x dirinya di perkosa Dandi.

"Walau Dandi berjanji akan bertanggung jawab, namun rasanya Manda tak yakin itu akan dilakukan, mengingat Dandi adalah pria muda yang masih membutuhkan kebebasan, terlebih lagi, Dandi berasal dari keluarga miliarder yang kebanyakan cerita selalu bisa menutup nama baiknya dengan kekuasaan uang yang mereka punya.

Manda yang hanya anak dari seorang prajurit negara bisa apa? pikir Manda dalam hatinya.

Sementara itu, Dandi, Lendra dan Bian sedang terdiam bersama di rumah Lendra, rumah yang sering dijadikan markas mereka, mereka duduk di balkon kamar Lendra.

"Selanjutnya gimana?" tanya Bian sambil melamun menatap taman yang ada di bawah sana.

"Tanggung jawab lah," ucap Dandi pada Bian.

"Nikah maksud lo?" tanya Bian.

"Iyalah, apa lagi, dari awal kan rencananya gitu," ucap Dandi.

"Tapi Syaqi nggak mau gue nikahin," ucap Bian sedih.

"Paksa lah, lagian kalau bunting mana bisa nolak, anaknya butuh lo, karena lo bapaknya," ucap Dandi membuat Bian menyerngit.

"Hamil?" gumam Bian.

"Kita lihat aja sampai satu bulan kedepan, kalau berbuah, pasti mereka akan mencari kita dengan sendirinya," ucap Lendra sambil bersandar pada tiang penyangga disana dengan posisi menghadap ke dalam kamarnya.

Lendra tersenyum kecil saat menatap ranjang tempat tidurnya, yang kemarin menjadi tempat keduanya menggauli tubuh Bika, sedikitpun dirinya tak merasa menyesal, malah dirinya berharap buah dari perbuatannya segera hadir, agar Bika bisa terikat dengannya.

"Kalau mereka malah kabur, gimana?" ucap Bian khawatir.

"Cari lah, makanya. kita awasi dari jauh, suruh seseorang buat awasin mereka," ucap Lendra

"Hm, oke lah," ucap Bian

"Orang tua kita gimana ya, kalau tahu kelakuan kita yang udah merkosa anak gadis orang?" gumam Bian berpikir mengingat sang ayah yang saat ini sedang berada di Jepang untuk mengurus cabang bisnisnya disana.

"Pasti marah dan kecewa dan menyuruh kita bertanggung jawab," ucap Lendra yang sudah sangat mengenal karakter ayah mereka, kebetulan ayah mereka adalah tiga sahabat sejak mereka masih smp

"Yang dikhawatirkan tuh nyokap kita, pasti kita kena gampar, tahu kan gimana posesifnya mereka sama sesama wanita, mereka nggak akan mikir kita anaknya, kalau kita salah nyakitin wanita se bangsanya, pasti kita di gampar nih," ucap Dandi khawatir membuat Lendra tertawa.

"Hahaha, nggak apa apa lah," ucap Lendra

"Ngomong-ngomong, gimana kabar mereka sekarang ya? lagi apa mereka?" tanya Bian menerawang ke atas awan.

"Gue kangen," gumamnya lagi membuat Dandi meliriknya.

"Kangen apa? Syaqinya atau tubuhnya?" tanya Dandi nakal.

"Ya... dua-duanya," jawab Bian polos membuat Lendra dan Dandi terkekeh sinis.

"Eh, tapi bener ya kata orang, kalau sex itu kaya narko*a, yang kalau sekali coba, langsung terus ketagihan," ucap Bian membuat Dandi dan Lendra saling tatap dan tertawa.

"Hahah, enak ya?" ucap Dandi membuat Bian mengangguk.

"Kalau mereka belum hamil, apa boleh ya gue ulang sampai dia hamil?" tanya Bian membuat Dandi terbahak-bahak tertawa.

"Hahaha, Bian anj*r lo, " ucap Dandi sambil menonjok lengan bian agak keras membuat Bian memberengut.

"Sakit, gobl*k ih," kesel Bian pada Dandi yang masih tertawa.

"Memang lo, ngelakuin berapa kali?" tanya Lendra pada Bian.

"2x " jawab Bian

"Kalau lo?" tanya Lendra pada Dandi.

"Ya sama, dua kali," ucap Dandi membuat Lendra terkekeh pelan.

"Firasat gue bilang, kalau yang bakal duluan hamil itu, Habika," ucap Lendra membuat Dandi dan Bian terkekeh.

"So tokcer lo," ucap Dandi.

"Ya iyalah, kalian 2x lakuin itu, lah gue ada x 6x gituin Bika," ucap Lendra dengan senyum devilnya membuat Bian dan Dandi melotot kaget menatap Lendra.

"Anjr*t, lo gila? apa doyan?" tanya Bian dengan wajah Shocknya.

"Ya abis gue kesel, dia nolak gue tanggung jawab, ya udah gue tidurin lagi aja, biar dia hamil," ucap Lendra enteng.

Padahal hidup berumah tangga dan memiliki anak itu tak semudah yang mereka pikirkan.