Chereads / SKENARIO CINTA SI BRONDONG / Chapter 14 - 16.Bertanggung jawab.

Chapter 14 - 16.Bertanggung jawab.

Bika termangu saat Lendra berkata 'Pregnant 5 weeks, Bika langsung terisak hebat masih dengan posisi membelakangi Lendra yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan menyerngit.

"Haruskah menangis seperti itu?" gumam Lendra tanpa rasa bersalah.

Lendra berdiri menghampiri Bika yang sedang tertidur di ranjang, Lendra duduk disana, disamping tubuh Bika.

"Kenapa nangis? hm?" jangan menangis, aku kan sudah katakan, bahwa aku akan tanggung jawab." ucap Lendra lembut, membuat Bika menatap Lendra dengan mata sembabnya.

"Kamu pikir….?" ucap Bika menjeda karena mengatur nafasnya yang memburu akibat menangis.

"Kamu pikir semudah itu masalahnya beres?" tanya Bika kesal dan frustasi.

"Orang tua kita gimana? mereka akan menanggung malu gara-gara adanya anak ini, hiks," ucap Bika menangis lagi Lendra menatap tak suka dengan ucapan Bika.

Bika bangun dan dari posisi terbaringnya dan berdiri menghapus air matanya.

"Gugurin aja, ini bakal jadi masalah rumit, aku nggak mau… ah sakiiiit, lepas," ucap Bika kesakitan karena Lendra menariknya kasar dan mencengkram tangan Bika kuat.

"Berani kamu gugurin, aku bikin hidup kamu menderita, waras, Bika, dia anak kamu, darah daging kamu," amuk Lendra menatap marah pada Bika, namun Bika malah terkekeh.

"Apa kabar sama perbuatan aku, yang memeperk*sa aku berkali-kali sampai adanya anak haram ini?" tanya Bika menatap Lendra menantang.

Ingin rasanya Lendra menampar Bika saat Bika mengatakan haram pada anaknya, namun tak Lendra lakukan, dia tak mau menyakiti Bika, hanya pria pengecut yang ,main fisik pada perempuan.

"Iya, aku salah, salah banget, tapi biar aku aja yang kamu sebut harap, jangan dia.," ucap Lendra datar sambil menunjuk perut Bika dengan matanya.

"Dia, nggak mungkin tercipta kalau nggak tuhan izinkan, jadi tolong, jangan bilang anak haram, aku yang haram, bukan dia," ucap Lendra membuat Bika diam mematung, ada sedikit penyesalan karena bicara seperti itu.

"Aku bakal nikahin kamu secepatnya dan aku jamin anak AKU, nggak akan buat orang tua kamu malu," ucap Lendra menekan membuat hati Bika sedikit bergetar.

"Ta..tapi aku nggak mau, aku takut, hiks," ucap Bika terduduk di ranjang sambil kembali terisak.

Bika membayangkan bagaimana papa dan mama nya akan sangat kecewa padanya yang sudah gagal menjaga kehormatannya, Lendra menarik nafas untuk menenangkan emosinya.

"Kamu jangan takut, aku yang bakal bilang sendirian sama kedua orangtua kamu bersama kedua orang tuaku," ucap Lendra.

"Kamu beri aku alamat kedua orang tua kamu dan nomor ponsel mereka dan kamu tunggu disini, tunggu aku membereskan masalah ini," ucap Lendra sambil berjongkok di depan Bika yang sedang duduk di ranjang.

"Lend, kamu harus pikirkan baik-baik, gimana masa depan kita nanti, nikah nggak seenak yang kamu pikirin," ucap Bika.

"Aku sudah bulat sama pilihan aku, aku memang harus tanggung jawab," ucap Lendra tegas.

"Aku jamin, masa depan kita tetap akan berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan, anak ini nggak akan ngancurin apa-apa," ucap Lendra membuat Bika menatap nya.

"Kamu masih 19 tahun loh," ucap Bika sendu.

"Kenapa? aku bisa kok jadi ayah," ucap Lendra yakin membuat Bika menghela nafasnya lelah.

"Masa bebas masa muda kamu, berhenti saat kamu mutusin buat nikah," ucap Bika.

"Tau kok, nggak apa-apa, yang mau aku lakukan sekarang hanya bertanggung jawab, udah," ucap Lendra.

"Terserah lah," ucap Bika lelah.

"Kamu harus bisa percaya sama aku, aku bakal buktiin itu," ucap Lendra.

"Sekarang aku mau ke Jakarta, mau menemui kedua orang tua aku, kamu tunggu disini," ucap Lendra sambil berdiri membuat Bika menatapnya sedikit

"Sekarang kamu makan dulu," ucap Lendra namun Bika menggeleng.

"Nggak selera aku," ucap Bika lesu, kembali berbaring di kasur.

"Selera Nya makan apa?" tanya Lendra.

"Sate padang," ceplos Bika membuat Lendra diam sejenak.

"Oke," ucap Lendra sambil bangkit.

"Sama fire chicken nya richesse ya level 3 aja, sama minumnya pink lava 2," ucap Bika menatap Lendra yang melotot kaget dengan pandangan polos.

"Apa?" tanya Bika.

"Eh, nggak, tunggu ya," ucap Lendra keluar dari kamarnya.

"Dimana ada sate padang jam segini," lirih Lendra

Lendra pun memutuskan untuk mencari di sekitar terdekat saja, dan untung saja tukang kebun di rumahnya itu tahu penjual sate padang yang buka pagi hari, selanjutnya Lendra ke richeese factory membelikan pesanan Bika selain sate padang, namun Lendra memesan fire chicken level 1 saja karena yang dia tahu, wanita hamil harus mengurangi makanan pedas..

Sementara Bika selepas Lendra keluar, ia kembali melamun, air matanya menetes tanpa diminta, dia sangat takut akan reaksi papa dan mama nya nanti saat mengetahui dirinya hamil diluar nikah.

"Maaf, hiks, Bika mengecewakan papa mama," lirih Bika.

Dia memang memiliki perasaan pada Brondong tampan itu, namun bukan cara ini yang Bika inginkan untuk mereka bersatu, jujur saja, Bika takut akan penilaian keluarga Lendra akan jelek terhadapnya.

Bika menyentuh pelan perutnya yang masih datar, ia memejamkan matanya merasakan hatinya berdesir saat menyadari adanya calon manusia yang sedang tumbuh di rahimnya.

"Maaf, aku jahat ya," lirihnya, saat mengingat niatnya tadi yang ingin memusnahkan anaknya sendiri.

Lagian,Bika tidak sampai hati untuk melakukannya, bagaimanapun nalurinya sebagai calon ibu sudah bisa dirasakan dari minggu lalu, dia memutuskan untuk tak memakai high heels saat bekerja, saat dia tak kunjung datang bulan pikirannya langsung tertuju pada kemungkinan dirinya hamil, namun dengan keras logikanya menampik.

"Bik," panggil Lendra membuat Bika tersentak dari lamunannya.

"Ini, makan dulu," ucap Lendra.

"Mau di sini? atau di meja makan?" tanya Lendra.

"Aku mau makan di balkon saja," ucap Bika membuat Lendra terkekeh.

"Ya udah ayo," ucap Lendra.

Lendra hanya menemani Bika makan, tanpa dirinya makan, rasanya melihat Bika makan dengan lahap saja rasanya dia sudah merasa kenyang.

"Kamu mau?" tanya Bika menyodorkan sate padang yang sedang dia makan.

"Nggak," ucap Lendra.

"Bika,"

"Hm,"

"Ke klinik ya?" tanya Lendra membuat Bika menyerngit.

"Hah?"

"Check ke spesialis kandungan, kalau sore takut nggak keburu, jadi kita ke klinik aja, dekat kok," ucap Lendra membuat Bika berhenti mengunyah sejenak.

"Oke,"

Selesai makan, mereka pun bersiap-siap untuk pergi menuju klinik dokter Retta, untuk memeriksakan kandungan Bika, di perjalanan Bika hanya diam melamun, dia masih belum percaya dengan apa yang dia alami sekarang, ini seperti sebuah mimpi, entah indah atau buruk, dia sendiri bimbang menilai.

Sampainya di klinik mereka hanya menunggu 15 menit saja, dan saat ini Bika sedang melakukan pemeriksaan USG, bisa dilihat, di layar usg terdapat satu titik kecil, dan tanpa penjelasan Bika tahu itulah calon anaknya nanti.

"Hm, bisa dilihat ya, janinnya sudah terlihat namun belum terlalu terlihat, tapi sudah dipastikan ibu memang sedang hamil dengan usia 6 minggu, sebaiknya ibu kembali usg dua minggu lagi agar dipastikan perkembangan janinnya, " ucap sang dokter.

Kemudian Bika bangun dari tempat tidur itu, dan kembali duduk di kursi sebelah Lendra.

"Saya resepkan obat untuk menangani rasa mual dan pusingnya, lalu nanti saya beri vitamin penguat dan penambah darah, karena tensi ibu Bika lumayan rendah 95/80, ibu harus banyak istirahat karena trimester awal sangat rentan, Suaminya bisa bantu ingatkan ibu untuk jangan terlalu banyak aktifitas ya, dan jaga makan nya, hindari dulu makanan pedas selama kehamilan," ucap Dokter Retta.

"Baik, Dok, terima kasih," ucap Lendra dan Bika bersamaan kemudian mereka keluar dari ruang pemeriksaan dan menunggu obat di luar.

"Ini nyata ya?" gumam Bika lirih membuat Lendra meliriknya.

"Nyata, sangat nyata, memang nyata," jelas Lendra membuat Bika meliriknya.

"Kenapa?" tanya Lendra lembut.

Saat masih menunggu obat, tiba-tiba Ragita, mantan pacar Abian datang bersama wanita hamil, sepertinya akan melakukan pemeriksaan juga.

"Eh, Salendra? ngapain disini?" tanya Ragita kaget lalu melirik Bika,

Lendra tersemyum tipis.

"Anter periksa dia," ucap Lendra santai sambil merangkul Bika yang menunduk.

"Hah? dia hamil?" tanya Ragita kaget.

"Ja-jadi kalian memang ada pacaran?"

"Suami istri tepatnya," ucap Bika ketus membuat Lendra menatapnya dan terkekeh

"Apa? kalian sudah menikah?" tanya Ragita makin dibuat kaget.

"Sudah ," ucap Lendra tersenyum dingin

"Ta-tapi, Bian sama wanita itu belum nikah kan?" tanya Ragita was-was.

"Sudah, menikah dan sedang hamil juga," ucap Bika tersenyum.

"Nggak, nggak mungkin," ucap Ragita pergi meninggalkan tantenya yangs sedang memeriksakan kandungannya.

"Hm, sepertinya aku harus memberitahu dulu Bian," ucap Lendra.

"Beritahu saja, memang sepatutnya dia tahu, dan tanggung jawab," ucap Bika cuek.

"Maksudnya?" tanya Lendra.

"Syaqi…. ha…hamil juga?" ucap Lendra kaget.

'"Iya, tapi Syaqi nggak tau kalau aku sudah tahu, makanya kemarin dia melihat Bian sama perempuan lain dia yang paling shock," ucap Bika. dan Lendra mengangguk paham.

"Tapi kenapa? kok kamu pura-pura nggak tahu," tanya Lendra.

"Dia lagi di titik stres, kalau dia nggak cerita berarti dia belum siap, lagian aku nggak sengaja tau, soalnya dokter yang memeriksa Syaqi adalah tetangga aku," ucap Bika.

"Dokter Jennie tiba-tiba bilang selamat sama aku, dan bilang mau jadi aunty, aku bingung, dokter Jennie juga kaget pasalnya dia nggak tau aku belum tahu," terang Bika lagi,

"Jadi, ayo kasih tau Bian, suruh dia datang ke rumah kamu, sebelum Syaqi ngilang" ucap Bika.