Chereads / SKENARIO CINTA SI BRONDONG / Chapter 15 - 17. Syaqi dan Bian.

Chapter 15 - 17. Syaqi dan Bian.

Syaqi sedang membereskan barang-barang di meja kerjanya, saat ini adalah waktu jam kerja Syaqi berakhir, tepatnya pukul 4 sore, Syaqi sangat khusyu pada kegiatannya sampai tak menyadari ada Adita yang sedang berdiri di depannya.

"Bener-bener ini anak ya," gumam Adit menatap Syaqi.

"Sya… ?" Syaqi menatap Adit dengan sedikit mendongak.

"Diluar ada orang yang nyariin lo," ucap Adit.

"Siapa?" tanya Syaqi sambil menyerngit kaget.

"Cowoknya Bika kalau nggak salah," ucap Adit membuat Syaqi melotot kaget.

"Sama siapa?" tanya Syaqi was-was.

"Sendirian sih," ucap Adit membuat Syaqi diam berpikir dengan sedikit resah.

"Duh, Manda sama Bika nggak masuk lagi, masa gue ngadepin dia sendirian?" gumam Syaqi.

"Lo mau gue temenin?" tanya Adit khawatir.

"Eung… Nggak usah, gue sendirian aja, gue duluan ya," ucap Syaqi berdiri, sebelum melangkah dia menghela nafasnya dulu guna menenangkan kegugupannya, kemudian Syaqi berjalan menuju parkiran menghampiri Lendra yang sedang duduk di kap mobilnya.

"Nyari gue, Lend?" Tanya Syaqi to the point membuat Lendra menatap Syaqi dan berdiri.

"Eh, iya, gue ada perlu sama lo," ucap Lendra.

"Oh, ada apa?" tanya Syaqi berusaha kalem.

"Gue…mau minta tolong jagain Bika, gue mau balik dulu ke Jakarta malam ini, kemungkinan gue balik besok, jadi gue mau minta tolong sama lo, buat temenin Bika malam ini," ucap Lendra membuat Syaqi menyerngit tak mengerti.

"Temenin Bika? memang Bika dimana? bukannya dia lagi keluar kota sama keluarganya? hari ini saja dia nggak masuk kerja, Manda juga," ucap Syaqi.

"Bika bohong, dia semalam sama gue, di rumah gue, di Dago," ucap Lendra membuat Syaqi melotot kaget.

Apa?"

"Iya, ini telepon aja kalau nggak percaya." ucap Lendra memberikan ponselnya pada Syaqi.

"Halo?"

"Iya, Sya, gue di Dago, temenin gue ya? nanti gue jelasin, ajak Manda juga," ucap Bika di seberang sana to the point.

"Kok lo bohongin gue?" tanya Syaqi mara.

"Maaf, nanti gue jelasin, kesini ya," ucap Bika.

"Manda nggak ada, nggak masuk nggak tau kemana?" ucap Syaqi ketus.

"Loh, kok aneh, kemana dia?" tanya Bika.

"Nggak tahu, ya udah gue kesana sekarang," ucap Syaqi langsung mematikan teleponnya dan langsung memberikannya pada Lendra.

"Yaudah, ayo," ucap Syaqi masih dengan nada agak sewot nan kesal sambil masuk kedalam mobil Lendra.

Di dalam perjalanan Syaqi dan Lendra hanya diam tanpa percakapan diantara mereka, Lendra agak segan karena sepertinya Syaqi sedang dalam keadaan badmood.

Syaqi melotot kaget saat melihat ada motor Abian terparkir di sana.

"Ada Bian?" tanya Syaqi.

"Kayaknya baru datang, tadi gue pergi nggak ada," ucap Lendra.

"Ayo, turun," ucap Lendra lagi menatap Syaqi yang hanya diam.

"Gue.. balik dulu aja deh, nanti kalau dia udah nggak ada, gue kesini," ucap Syaqi sambil menunjuk motor Bian, membuat Lendra menatapnya heran.

"Tapi menurut gue, kayaknya lo harus ketemu dia, supaya lo dapet penjelasan dari dia," ucap Lendra dengan wajah datar membuat Syaqi menatapnya datar juga.

" 3 cewek kemarin itu, sepupu gue, bukan siapa-siapa Bian," ucap Lendra membuat Syaqi terkekeh sinis.

"Gue nggak mau tahu kok," ucap Syaqi kalem.

"Tapi lo cemburu?" tembak Lendra pada Syaqi.

"Nggak," ucap Syaqi dengan mata yang sendu.

"Bohong,"

"Gue balik aja," ucap Syaqi keluar dari mobil Lendra dan melangkah menuju gerbang keluar, namun dihalangi Lendra.

"jangan gini, Sya, kasihan anak lo," ucap Lendra membuat Syaqi melotot kaget.

"Ayahnya berhak tahu," ucap Lendra menatap Syaqi datar .

"Lo…?"

"Tau, Dr Jennie kan?" ucap Lendra membuat jantung Syaqi melengos lemas.

Lendra bersedekap dada menunggu reaksi Syaqi berikutnya, saat ini Syaqi sedang memijat pelipisnya terlihat sangat frustasi.

"Please, Lend, lo…?"

"Lo jangan kasih tau siapapun tentang itu, termasuk Bika," ucap Syaqi pada Lendra.

"Kenapa?" tanya Lendra bingung.

"Karena gue nggak mau mereka tahu," ucap Syaqi dengan mata yang mulai berkaca-kaca, dia shock Lendra tahu tentang kehamilan yang dia sembunyikan itu.

"Dan sekarang…biarin gue pulang sekarang, awas, jangan halangi gue," ucap Syaqi sambil mendorong Lendra agar menyingkir dari jalannya, namun Syaqi ditahan tangannya oleh Bian membuat langkah Syaqi mundur lagi lalu menoleh ke belakangnya.

"Kenapa gue nggak boleh tau?" tanya Bian menatap Syaqi yang menatapnya kaget.

"Lepasin gue," amuk Syaqi menghempaskan cekalan Bian di tangannya dan menatap Bian marah..

"Selesaikan masalahnya, gue kedalam dulu," ucap Lendra.

Syaqi berbalik dan berjalan cepat menuju keluar gerbang yang agak jauh dari jaraknya sekarang,

"Lo ada rencana apa sampai berani sembunyiin kehadiran dia dari gue, lo punya rencana untuk membunuhnya kan?" ucap Bian lantang sambil berjalan pelan menyusul Syaqi yang saat ini sedang mematung mendengar ucapan Bian, namun kemudian Syaqi memilih tak peduli dan meneruskan jalan menuju gerbang, air matanya tiba-tiba terjatuh tak bisa tertahan lagi.

Grap…

Bian meraih tangan Syaqi dan menariknya mendekat, membuat Syaqi melotot kaget dan langsung memberontak marah, tak mau disentuh.

"Lepasin gue, brengsek," amuk Syaqi sambil berusaha mendorong Bian yang sedang menatapnya datar.

"Nggak, gue nggak akan lepasin lo, dan ngebiarin lo lakuin hal bodoh itu," ucap Bian .

"Hal bodoh apa? lo beneran berpikir kalau gue bakal bunuh dia? hah?" tanya Syaqi dengan nafas memburu karena emosi.

"NO, gue nggak akan setega itu buat ambil hak kehidupannya, walau gue nggak mengharapkannya, terlebih dia hasil dari kelakuan bejad lo," ucap Syaqi menunjuk Bian tepat di depan mukanya.

"Nggak akan sanggup gue lakuin itu, Bian, jadi please lepas, gue muak lihat lo," ucap Syaqi bohong, sejujurnya ada perasaan rindu di hatinya pada lelaki bejad di depannya.

"Terus kenapa lo nggak bilang sama gue, kalau lo hamil?" tanya Bian mulai menampakan emosinya.

"Dia kan anak gue juga, dan gue mau tanggung jawab," ucap Bian lagi.

Amarah Syaqi mulai mereda, wajahnya menunduk lesu.

"Tanggung jawab apa? nggak perlu, Bian, biar gue yang tanggung ini sendirian, lo… lanjutin kuliah lo, masa depan lo masih panjang dan masih bisa diperbaiki, bairin hidup gue aja yang rusak, lo jangan, masa muda lo masih panjang, lo masih perlu pergaulan bebas kan, Bian, nikmati semuanya tanpa beban, lo berhak atas itu, Bian," ucap Syaqi lirih menatap Bian .

"Gue, lepasin lo dari masalah ini, gue janji, gue nggak akan menuntut apapun dari lo, lo bener kok, kalau gue nggak jahat sama lo, mungkin lo juga nggak akan jahat sama gue kan, jadi semua kesalahan lo ini, awalnya dari kesalahan gue, jadi gue mutusin, gue nggak akan nuntut tanggung jawab apapun dari lo, gue janji," ucap Syaqi menatap Bian yang diam mematung.

"Please, Sya, jangan gini," ucap Bian memohon pada Syaqi.

"Biarin gue tanggung jawab, jangan berpikir untuk menanggung semuanya sendirian,"

"Gue mau tanggung jawab, gue mau nikahin lo, dan gue mau kita sama-sama berjuang, Sya," ucap Bian memohon.

"Gue sudah menjelaskan semua sama kedua orang tua gue, dan mereka saat ini sedang dalam perjalanan ke Bandung," ucap Bian membuat Syaqi melotot kaget.

"Apa?"

"Iya, gue udah bilang sama kedua orang tua gue, kalau gue udah ngehamilin lo, dan mereka pengen ketemu sama orang tua lo juga, mereka nyuruh gue secepatnya nikahin lo," ucap Bian membuat Syaqi menggeleng-geleng tak percaya.

"Nggak, Bian, nggak usah, gue nggak mau," ucap Syaqi menggeleng frustasi, tak terbayang oleh Syaqi, kecewanya kedua orang tuanya saat tahu dirinya hamil diluar nikah seperti ini.

"Gue maksa Sya, lo mau setuju atau nggak setuju, gue bakal tetep nikahin lo," ucap Bian tegas.

Syaqi mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya, lalu dia setengah menundukan badannya dan memegang kedua lututnya yang terasa lemas, Bian memegang kedua bahu Syaqi.

"Gue…mau pulang," ucap Syaqi dengan wajah pucatnya. dia memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Tunggu disini saja kita…?"

"Gue pulang Bian, gue mau pulang, gue nggak mau disini," ucap Syaqi keukeuh dengan suara yang bergetar menahan tangisnya.

"Oke, oke, gue panggil taksi dulu, kita pulang pakai taksi, gue temenin," ucap Bian.

"Bian, pake mobil gue aja, biar nanti motor lo gue yang bawa," ucap Lendra sedikit berteriak, yang sedari tadi memperhatikan perdebatan Bian dan Syaqi dari balkon lantai 2 rumahnya bersama Bika yang menatap Syaqi sendu.

"Lo kan mau ke Jakarta?' tanya Bian.

"Nggak jadi, mereka yang kesini," ucap Lendra membuat Bian mengangguk paham.

"Ayo kita ke mobil, Lendra," ucap Bian, namun Syaqi menggeleng.

"Gue pusing, gue nggak sanggup jalan," ucap Syaqi lirih sambil memegang kepalanya yang terasa berat, ucapan Bian mengenai kedua orang tuanya itu membuat Syaqi semakin shock dan tertekan, Syaqi pun ketakutan akan reaksi kedua orang tua Bian dan kedua orang tuanya nanti.

Bian inisiatif dan sigap menggendong Syaqi menuju mobil Lendra membuat Bika menyerngit khawatir.

"Kok Syaqi di gendong gitu, kenapa?" tanya Bika khawatir.

"Shock mungkin, denger kedua orang tua Bian mau datang menemuinya," ucap Lendra sambil memperhatikan Bian dibawah sana.

"Duh, Syaqi," ucap Bika hendak berbalik ingin turun, namun ditahan Lendra.

"Jangan turun, disini saja, kita juga lagi nunggu orang tua ku kan?" ucap Lendra membuat Bika menghela nafas lesu.

"Biarin mereka urus masalah mereka sendiri," ucap Lendra.