Chereads / SKENARIO CINTA SI BRONDONG / Chapter 12 - 14. Lendra & Bika

Chapter 12 - 14. Lendra & Bika

Bika, Sayqi dan Manda menjalankan aktivitas mereka seperti biasa, aktivitas mereka seperti biasa nya, namun keadaan hati dan keceriaan mereka tak seperti biasanya lagi, mereka terlihat datar seperti orang sedang badmood, membuat Adit dan Ressa keheranan.

"Mereka lagi kenapa ya? sudah hampir dua bulan ini mereka kaya gitu," ucap Ressa sambil memperhatikan Bika dan Syaqi yang sedang fokus pada layar komputer mereka.

"Nggak tahu, tapi kayaknya ada sesuatu yang nggak beres," ucap Adit.

"apa kita tanya aja ya ?" tanya Ressa.

"Jangan, yang ada kita kena amuk mereka," ucap Adit sambil menariknya ke luar kantor untuk makan siang.

Mengenai tiga lelaki yang sudah memperkosa mereka, sudah sebulan juga mereka tak terlihat batang hidungnya, mungkin mereka sedang sibuk kuliah, namun Syaqi, Bika dan Manda merasa lega, karena mereka tak harus menghindar lagi, namun ada titik rasa sedih dan takut di hari mereka.

Pulang kantor, Bika, Syaqi dan Manda memutuskan untuk mampir ke cafe apson, mereka merindukan ramen di sana, namun saat hendak akan masuk kesana, mereka mematung saat melihat Dandi, Bian dan Lendra sedang duduk bercanda mesra dengan tiga gadis muda seusianya.

"Pantes menghilang," gumam Syaqi sedih menatap Bian yang sedang tertawa bersama wanita cantik disana.

"Heu, sudah kuduga, mereka nggak akan bisa memenuhi janji TANGGUNG JAWAB mereka," ucap Bika dengan suara aga keras membuat ketiga pasangan muda itu menoleh padanya.

Bukannya kaget, mereka hanya menatap datar ke arah mereka, membuat Manda tersenyum kecut.

"Bajingan dasar, amuk Bika menatap tajam Lendra yang menatapnya datar.

"Ssst, sudah, kita pulang saja, jangan ganggu balada anak abg yang lagi kasmaran," ucap Manda menyindir sambil menarik Syaqi yang masih mematung diam menatap Bian yang menatapnya….ah, sulit Syaqi artikan.

"Teruskan saja, kalian sungguh luar biasa," sinis Bika, langsung pergi dari sana, masuk kedalam mobilnya dan mengantarkan satu persatu sahabatnya pulang.

Setelah mengantarkan Manda dan Syaqi, Bika bergegas menuju ke rumahnya., namun di baru mau masuk ke gerbang rumahnya, Bika melihat ada Lendra sedang berdiri di samping mobilnya sambil memainkan ponselnya, Bika menatapnya sedih, kecewa dan terluka, ia menyesal mengapa hati dan pikirannya sulit melupakan bocah bajing*n ini.

"Mau apa dia kesini," gumam Bika

Lendra menatap mobil Bika dan langsung menegakkan badannya hendak menghampiri Bika, namun Bika memilih untuk melajukan kembali mobilnya mengurungkan niatnya untuk pulang, Bika tak mau bicara lagi dengan bocah brengs*k itu

"Mau apa lagi dia," gumam Bika kesal.

Yang Bika lakukan hanya berkeliling kota baru saja, dia tak tau harus kemana, jika harus kerumah Syaqi atau Manda, Bika tidak mau, karena Bika tahu, mereka pasti saat ini sedang sedih, tanpa Bika sadar, Lendra menyuruh seseorang untuk mengawasinya, dan sampai dimana Bika berhenti di taman dekat lapangan basket, di sana lah Salendra menemui Habika.

"Ngapain gue kesini," gumam Bika pada dirinya sendiri.

"Kok hidup gue rumit amat ya," gumamnya sedih.

"Karena lo sendiri yang membuatnya rumit," ucap Salendra, membuat Bika berdiri berjengit kaget menatap Lendra.

"Nga-ngapain lo kesini?" tanya Bika emosi namun sekaligus takut karena Lendra menatapnya datar dan itu menyeramkan bagi Bika saat ini.

"Nemuin lo, gue mau jelasin, supaya lo nggak salah paham," ucap Lendra menatapnya.

"Jelasin apa? yang tadi? nggak usah, gue nggak butuh penjelasan lo kok," ucap Bika datar berusaha menekan rasa takutnya.

"Bebas aja, toh kita nggak ada hubungan apapun, jadi ya udahlah, jangan jadiin beban buat lo nge jelasin ke gue segala," sambung Bika.

"Jalani hidup lo, kaya biasa aja, jangan pernah ganggu gue lagi, gue pulang," ucap Bika membalikan badannya dan berjalan menuju mobilnya.

Namun saat akan memasuki mobilnya, Lendra menahanya, dan menariknya paksa menuju mobilnya, sementara bisa Bika lihat, mobil Bika di bawa oleh 1 orang berbaju hitam-hitam membuatnya ketar ketir.

"Hey, mau apa sih lo, lepasin gue, mobil gue di bawa orang bodoh, lepasin gue," teriak Bika sambil meronta.

"Ikut gue, lo harus denger penjelasan gue," ucap Lendra tegas.

"Nggak, gue nggak mau, gue nggak butuh penjelasan lo, lepasin gue," amuk Bika pada Lendra sambil memukul tangan Lendra yang mencekal tangan kirinya.

Tanpa Bika duga, Lendra menggendongnya dan berjalan cepat menuju mobilnya dan disana sudah ada seorang supir juga, Lendra memasukan Bika secara paksa ke dalam mobilnya di susul dia.

"Jalan sekarang," ucap Lendra yang langsung dipatuhi sang supir.

"Lo mau bawa gue kemana? Please Lend, gue mau pulang, please jangan ganggu gue," mohon Bika pada Lendra dan Lendra sama sekali tidak menyahutnya, membuat Bika terisak menangis disana.

Bika menatap jalanan, dia tahu jalur jalan ini akan mengarah kemana, Bika menatap Lendra, namun Lendra sedang menatap datar lurus kedepan, membuatnya takut dan mengurungkan niatnya untuk bertanya, air matanya luruh lagi,

"Gimana kalau nanti dia memperkosa gue lagi?" gumam Bika ketakutan dalam hatinya.

Mobil Lendra berhenti di sebuah Villa mewah bernuansa putih yang berada di dago atas.

"Turun," ucap Lendra membuka kan pintu untuk Bika, namun Bika tetap enggan untuk turun, membuat Bika lagi-lagi digendong Lendra.

"Turunin gue, gue bisa jalan sendiri," amuk Bika sambil meronta di gendongan Lendra, namun Lendra tetap menggendong Bika menuju sebuah kamar megah disana, dan hal itu sukses membuat jantung Bika berdegup kencang, ketakutannya mungkin akan terjadi.

"Ngapain kesini, Sialan, lepasin gue," ucap Bika berontak memukul Lendra.

Lendra sedikit membanting Bika ke ranjang dan dengan cepat Lendra mengunci pintu kamar dengan kode membuat Bika semakin ketakutan saat Lendra mulai fokus pada dirinya lagi.

"Jangan macam-macam ya lo," ancam Bika sambil beringsut menjauh dari Lendra yang hendak duduk di ranjang.

"Gue cuman mau jelasin," ucap Lendra agak lembut.

"Gue udah bilang, gue nggak butuh penjelasan lo," ucap Bika marah.

"Ya pokoknya lo harus dengerin penjelasan gue," paksa Lendra.

"Kok maksa? gue nggak mau," ucap Bika dengan nada meninggi membuat Lendra menatap Bika datar.

Lendra menarik Bika hingga Bika berdiri menempel pada Lendra, membuat jantung Bika berdetak kencang dan ketakutannya semakin menjadi, Lendra hanya menatap Bika tanpa bicara, membuat Bika menundukan kepalanya dalam-dalam.

"Ja-jangan sakitin gue, please, gue mohon," mohon Bika memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Lendra.

Saat ini Lendra menatapnya dengan pandangan lembut, cengkraman nya di tangan Bika terlepas, tangan Lendra terulur untuk mengelus pipi Bika lembut.

"Gue nggak akan nyakitin lo, udah gue terangin kan? gue cuman mau menjelaskna, bukan mau menyakiti lo," ucap Lendra lembut membuat Bika mengerjap sedikit tenang.

"Tapi gue nggak mau denger penjelasan lo," ucap Bika dengan suara pelan.

"Kenapa? hm?" tanya Lendra.

"Kenapa kamu nggak mau mendengar penjelasan saya?" tanya Lendra sambil membelai pipi Bika membuat Bika nervous.

"Karena itu semua pasti kebohongan, seperti yang sudah sudah, cowok emang pinter buat alasan menutup kesalahannya kan?" ucap Bika dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

Dia lelah untuk mempercayai omongan kaum cowok, memang, cowok sangat pandai dalam memberikan alasan untuk menutupi kesalahannya.

Lendra menghela nafasnya, dia tak menjawab ucapan Bika, dia hanya fokus mengelus pipi Bika, matanya tertuju pada bibir merah muda Bika lalu menatap mata Bika yang berkaca-kaca, Lendra sedikit memiringkan kepalanya untuk menjangkau bibir Bika, membuat Bika refleks mundur, namun dengan sigap Lendra menahan kepala Bika mulai mengecup bibir Bika sekilas, tanpa menjauhkan wajahnya yang sangat dekat dengan wajah Bika, Lendra memandang Bika yang menatapnya takut.

"Gue nggak sama kayak mereka yang pintar berbohong, gue nggak ada apa apa sama wanita di cafe, mereka sepupu jauh gue," ucap Lendra kembali meraup bibir Bika.

"Gue cinta sama lo, dan itu kejujuran hati gue, percaya sama gue, gue pernah nyoba deket sama yang lain di jakarta, tapi nihil isi hati dan otak gue, tetep stuck di lo, Habika," bisik Lendra membuat Bika diam mematung mencerna kata-kata Lendra sambil menatap mata Lendra yang menerangkan kejujuran dalam setiap kata yang Lendra ucapkan.

Lendra kembali mencium Bika setelah menyelesaikan kalimatnya, namun kali ini tidak hanya mengecup, melainkan, Lendra mulai melumat Bibir Bika dengan kelembutan dan rasa cintanya, dengan perlahan, Lendra mendesak tubuh Bika hingga terbaring telentang di atas ranjang king size di belakangnya.

Tidak ada rontaan atau penolakan dari Bika, membuat Lendra mulai semakin berani mencium bibir Bika, tangannya dengan perlahan membuka kancing blazer yang Bika kenakan, dan mengubah posisi Bika menjadi terduduk agar memudahkan dirinya membuka baju Bika.

Bika diam hanya memandang Lendra tanpa melawan, entah apa yang ada dipikirannya sekarang, bahkan saat kemejanya terlepas juga, Bika tetap diam, Lendra membuka kemeja yang ia pakai, melemparnya bergabung dengan baju Bika di lantai.

Lendra kembali mendorong Bika agar terbaring lagi sambil tetap mencium bibir Bika, Bika mulai memejamkan matanya, entah mengapa rasanya dia kaku tidak ada gairah untuk melawan Lendra.

Bika menyerngit saat merasakan sesuatu itu menyentuh bagian bawahnya, dia menahan nafasnya, agar tak keluar suara ringisan dari bibirnya, dia menggelinjang kegelian saat bibir Lendra menyentuh lehernya.

"Lend, ahh…"

"Rileks," bisik Lendra dan bodohnya Bika malah menurutinya.

Setelah posisinya sudah sempurna, Lendra mulai bergerak di atas tubuh Bika, membuat Bika menyerngit dengan suara lenguhan lirih, entahlah rasanya sulit dijelaskan, namun Bika sudah merasa nyaman, rasa sakitnya tak dia rasa lagi.

Refleks Bika mengalungkan tangannya pada leher Lendra, dia mulai membalas ciuman bibir Lendra, membuat Lendra semakin buas bergerak disana, diiringi suara merdu dari bibir Bika yang melenguh nikmat.

"I love you, Habika," bisik Lendra lirih di samping telinga Bika.

"I hate you, Salendra," balas Bika

"But I miss you," lanjutnya,

Matanya kembali memejam seraya rasa kenikmatan yang semakin menjadi dia rasakan di tubuhnya, Lendra memandang wajah cantik Bika yang penuh peluh keringat, Bika menggigit bibirnya terlihat sensual di mata Lendra.

"Shit, kau menggoda Bika," geam Lendra, kembali mencium habis-habisan bibir Bika.

Entah bagaimana sikap Bika besok pada Lendra, yang jelas, Lendra rindu melakukan ini dengan Bika, masalah besok, bairlah besok saja, saat ini ia ingin menikmati malam panasnya bersama Bika.