Manda terisak menahan sakit hati dan rasa sakit seluruh badannya akibat perbuatan Dandi yang memperkosanya semalam, dan sang tersangka saat ini masih tertidur pulas, sedangkan Manda tak tertidur sama sekali, karena ketakutan, ia ingin keluar dari kamar ini mencari Syaqi dan Bika untuk meminta tolong, namun pintu terkunci dan ntah kuncinya ada dimana, jadilah semalaman Manda lewati dengan menangis .
Tanpa Manda tahu, sejujurnya Dandi pun baru tertidur subuh tadi, semalaman Dandi pun hanya pura-pura tidur diam mematung menatap punggung telanjang Manda yang membelakanginya sambil terisak, sejujurnya Dandi tak percaya ia nekat melakukan perbuatan kotor itu pada Manda, bukan menyesal, hanya tak sangka dirinya sukses melakukan rencananya.
"Manda," panggil Dandi pelan, sontak membuat Manda ketakutan lagi dan beringsut menjauh, membuat Dandi menatapnya dengan tatapan bersalah.
"Ja-jangan deketin gue, gue mohon," cicit Manda dengan airmata yang bersimbah membasahi pipinya.
"Maafin aku, Man," ucap Dandi berusaha meraih tangan Manda, namun Manda menepisnya dan menggeleng tak mau.
"Kenapa lo tega giniin gue, Dan, kenapa? apa salah gue sih?" tanya Manda dengan wajah terluka.
"Maafin gue, gue...?"
"KENAPA? JAWAB KENAPA,? teriak Manda menatap Dandi marah masih dengan tangisannya.
"Maafin gue, Manda,"
"Nggak butuh maaf, gue butuh lo jawab kenapa lo giniin gue, KENAPA" tanya Manda sambil menarik kerah kaos yang dipakai Dandi.
"Lo jahat, Dan, jahat, gue benci sama lo," ucap Manda menatap tajam Dandi.
"Please Man, Nggak, jangan benci gue," ucap Dandi memohon.
""Nggak, nggak, lo patut dan wajib dibenci, Dan, LO COWOK TERBRENGSEK YANG PERNAH GUE KENAL, DENGER ITU,"
"TAPI GUE LAKUIN INI SEMUA KARENA GUE CINTA SAMA LO," Teriak Dandi membuat Manda menatapnya kaget.
"Lo tahu kan? dan lo ngerasain itu, TAPI KENAPA LO MALAH MENGHINDAR DAN NGEJAUHIN GUE? KENAPA" tanya Dandi meluapkan emosinya.
"Karena nggak mungkin, lo lebih muda dari gue, lo masih kuliah, harusnya lo tahu diri," ucap Manda menatap Dandi datar.
"Masalah dengan umur apa? nyokap bokap gue beda 5 tahun dan lebih tua nyokap gue, dan mereka bahagia dan baik baik saja dalam berumah tangga, sedangkan kita hanya beda 3 tahun, dan itu lo jadiin alasan?" ucap Dandi .
"Tapi gue nggak suka dan nggak cinta sama lo," ucap Manda tanpa menatap Dandi dan Dandi tahu perkataan Manda itu bohong.
"Tapi gue bisa buat lo jatuh cinta sama gue, meski lo nggak cinta sama gue," ucap Dandi mengunci Manda dengan tatapannya.
"Dandi, Please, lo salah ngikutin obsesi lo," ucap Manda sedih.
"Nggak Manda, gue tulus, ini bukan obsesi, please percaya gue," ucap Dandi memohon
"Tapi kenapa cara kotor yang lo pilih? kenapa lo nggak nunjukin keseriusan lo dengan cara yang lebih baik?" tanya Manda membuat Dandi menatap Manda datar.
"Nggak akan mempan, lo aja menghindar dan melarikan diri terus dari gue, sampai-sampai lo bikin drama seolah lo udah punya cowok, padahal cowok itu sepupu lo kan?" tanya Dandi membuat Manda tak bisa berkata-kata lagi dan menunduk .
"Lupain aja, Dan, gue nggak bisa," ucap Manda pusing. Dandi hanya tertawa meremehkan pada Manda.
"Mau lo nolak juga, udah nggak bisa, kan kalau udah gini?" ucap Dandi membuat Manda menatap Dandi dengan sorot mata sendunya.
"Udahlah Dan, nggak apa-apa, gue anggap lo khilaf, sekarang buka kuncinya gue mau keluar," ucap Manda berusaha tenang dan menahan air matanya.
Dandi terpaku melihat sikap Manda yang terus menolaknya, namun Dandi sudah komitmen akan bertekad untuk memiliki Manda.
"Bagaimana kalau apa yang gue lakuin ini membuahkan hasil?" tanya Dandi datar membuat Manda menyerngit dengan wajah sebabnya.
"Bagaimana kalau lo hamil," ucap Dandi santai.
Deg, Manda terdiam mematung, tak terpikir sampai kesana olehnya, Manda memejamkan matanya pusing dengan semua masalah rumit yang tiba-tiba datang padanya, Manda menarik nafasnya perlahan dan menatap Dandi.
"Gugurin aja, gampang," ucap Manda membuat tatapan mata Dandi menajam.
"Pikiran lo, lebih jahat dari pikiran gue ternyata," ucap Dandi melirik sinis Manda.
"Terus gimana? minta tanggung jawab sama bocah yang nggak bertanggung jawab kaya lo, gitu?" tanya Manda kesal membuat emosi Dandi naik lagi.
"Terus aja lo anggap gue bocah, terusin aja, tapi gue bakal buktiin, kalau gue bukan bocah seperti yang lo pikirkan," ucap Dandi kemudian berjalan mendekat pada Manda yang berdiri menatapnya datar.
Dengan cepat, Dandi menarik tangan Manda kasar, dan membanting tubuh Manda ke ranjang lagi, membuat Manda beringsut ketakutan lagi, karena Dandi membuka pakaiannya lagi.
"Sialan, lo mau ngapain lagi?" tanya Manda takut.
"Gue mau buktiin kalau gue bukan bocah yang seperti lo pikirin, sekalian, gue tes, apa lo bakal tega membunuh darah daging lo sendiri nanti," ucap Dandi menyeringai memasang wajah devilnya.
"Jangan Dandi...hmmpp" teriak Manda yang langsung dibungkam oleh ciuman bibir Dandi.
Dan sekali lagi, Dandi memperkosa Manda di kamar yang sama juga.
****
Syaqi masih tertidur disamping Bian yang saat ini sedang menatap Syaqi dengan pandangan bahagianya, tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Bian walau telah merenggut kesucian Syaqi.
Tangan Bian terulur untuk membelai pipi mulus Syaqi, membuat Syaqi terusik terganggu sentuhan Bian, namun Bian tertegun saat melihat sudut mata Syaqi yang menyisakan air mata semalam, rasa bersalah sedikit menghantui Bian.
"Maaf," gumam Bian.
Perlahan mata amber Syaqi terbuka, menatap Bian dalam diamnya, Bian tersenyum menyambut kesadaran Syaqi dari tidurnya, Syaqi menyerngit sambil memegang kepalanya yang terasa berat, membuat Bian sedikit khawatir, Syaqi meringis saat merasakan perih dan sakit di seluruh badannya, otomatis ingatannya mengulang kejadian tadi malam.
"Bian," gumam Syaqi lalu melirik Bian dengan kesadaran penuh.
"Apa masih terasa sakit?" tanya Bian pada Syaqi.
"Sakit?" tanya Syaqi balik.
Plak….
Plak…
"Itu sakit nggak?" tanya Syaqi dengan wajah datar setelah menampar kedua pipi Bian.
"SAKIT NGGAK?" tanya Syaqi dengan suara tinggi, membuat Bian menunduk baru merasa bersalah.
"Maaf," lirih Bian.
"Hahaha, Maaf? kamu bilang maaf?" tanya Syaqi
"Maaf kamu nggak bisa balikin semuanya, Bian," ucap Syaqi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maafin aku, aku janji aku bakal tanggung jawab," ucap Bian meraih tangan Syaqi.
"Nggak segampang itu, Bian," Ucap Syaqi lirih
"Kenapa kamu jadi jahat, Bian?" tanya Syaqi sedih.
"Aku nggak jahat, aku hanya….?"
"Cinta aku?" tanya Syaqi memotong.
"Itu bukan cinta, tapi obsesi, Bian, hiks," ucap Syaqi menangis.
"Nggak, ini bukan obsesi, aku tulus Syaqi, aku jujur, aku cinta sama kamu, dan aku nggak mau kehilangan kamu, aku nggak mau kamu hindari aku lagi kaya kemarin," ucap Bian sedih dengan mata memerah, sejenak Syaqi tertegun menatap mata Bian yang berkaca-kaca.
"Aku hanya ingin melakukan apapun yang bisa membuat kamu nggak pergi lagi dari aku, iya aku akui, cara aku salah, tapi jika aku hanya jujur, kamu akan jamin bisa menerima aku?" tanya Bian menatap Syaqi.
"Nggak kan? kamu akan terus menjalankan skenario dua sahabat kamu itu?"
"Kamu tau? aku sedih, hati aku sakit waktu denger kamu seang deket sama seseorang, dan lebih sakit lagi, saat mengetahui kenyataan ucapan itu hanya tipuan agar aku menjaga jarak dari kamu, apa aku se menjijikan itu sampai kamu nggak mau aku dekati?" tanya Bian dengan suara yang membuat Syaqi merasa bersalah dan menunduk tak berani menatap Bian.
"Aku tahu kamu tahu kan aku suka sama kamu, tapi kenapa kamu nggak coba sama aku? kenapa kamu nggak mau ngasih aku kesempatan?" tanya Bian pada Syaqi.
"Tapi seharusnya kamu nggak ngambil cara yang merusak masa depan kamu, Bian, Kamu masih seorang mahasiswa, pelajar," ucap Syaqi
"Aku nggak peduli, Sya, aku nggak peduli, masa depan aku itu kamu," ucap Bian ngotot .
Syaqi memegang kepalanya pusing, sungguh, keadaan saat ini membuatnya frustasi, tak sangka liburan yang dia pikir akan menyenangkan karena bertemu teman kuliahnya, malah berakhir dengan ia yang harus kehilangan kesuciannya.
"Aku nggak tahu, Bian, nggak tahu, aku pusing," ucap Syaqi dengan wajah Frustasi.
"Apapun alasannya aku nggak terima cara kamu giniin aku," ucap Syaqi lirih menatap Bian kecewa.
"Maaf Sya, please, maafin aku, aku janji aku bakal tanggung jawab," ucap Bian.
"Tanggung jawab, menikahi ?" tanya Syaqi.
"Ya," jawab Bian tegas membuat Syaqi tersenyum meremehkan.
"Ya udah, nikahin aku secepatnya, akui semua perbuatan kamu sama keluarga kamu juga keluarga aku," ucap Syaqi menantang Bian .
"Oke," jawab Bian yakin dan senyum.
Syaqi tak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Bian, kenapa bisa semudah itu dia mengiyakan pernikahan, mungkin bagi Bian pernikahan itu mudah.
"Kamu lakukan itu jika dalam sebulan nanti ternyata ada hasil dari perbuatan bejat kamu ini, kamu baru harus bertanggung jawab, sementara jika tidak ada hasil, kamu wajib menjauhi aku, dan anggap kita nggak saling kenal," ucap Syaqi membuat senyum Bian seketika sirna tergantikan oleh muka memerah menahan emosi karena merasa dipermainkan Syaqi.
"Oh, maksud kamu, kamu mau hasil dari perbuatan BEJAT aku ini?" tanya Bian menekan kata bejat di kalimatnya.
"Oke," ucap Bian menatap Syaqi dengan maksud yang terselubung.
"Kita lakukan lagi, sampai kita mendapatkan hasilnya," ucap Bian tersenyum devil dengan gerakan cepat mengambil posisi di atas Syaqi lagi.
"Bi-Bian, jangan, jangan bodoh, Bian," ucap Syaqi memperingati.
"Kamu yang bodoh, aku ingin bertanggung jawab kenapa kamu persulit, hm?" tanya Bian.
"Nikmati saja perbuatan dari pilihanmu sendiri," ucap Bian kembali menyerang Syaqi.
"Hmmpp, Bian, lepasss…" Syaqi berusaha berontak, namun lagi, dia kalah, dan Bian berhasil melakukannya lagi, tanpa peduli Syaqi yang menangis.
Bika sedang menatap datar Salendra yang saat ini sedang menggeliat dalam tidurnya, Bocah ini telah jahat merenggut keperawanannya semalam dan dengan bodohnya dirinya malah menikmatinya, karena Bika pikir itu hanya mimpi.
"Bika," gumam Lendra dengan suara serak khas bangun tidur.
"Apa? udah puas?" tanya Bika pada Lendra.
"Sudah puas kamu buat aku kotor?" tanya Bika pada Lendra.
"Bika, aku…?"
"Apa? cinta aku? suka aku? bullshit," ucap Bika membuang pandangnya membuat Lendra menatap datar Bika.
"Sikap angkuh dan sikap bodoh kamu yang buat aku lakuin ini," ucap Lendra menyalahkan Bika membuat Bika menyerngit tak terima.
"Apa dengan berpura-pura berpacaran dengan pacar orang lain bukan sikap yang bodoh eh?" tanya Lendra tersenyum sinis pada Bika.
"Terserah gue lah," songong Bika.
"Ya udah, aku juga, terserah aku," ucap Lendra membuat Bika kesal.
"Tapi seharusnya kamu nggak sampai melakukan hal ini, Len, ini hal bodoh yang hanya akan merusak masa depan kamu," ucap Bika berusaha menasehati.
"Kenapa sih kamu jadi bajingan gini? aku pikir kamu pendiam dan berpendidikan dan beretika, aku ketipu ya, kamu ternyata brengsek banget, lebih brengsek dari Gilang, sebrengseknya dia, dia nggak pernah sampai gi….hmmmp,?"
Ucapan Bika terpotong karena Lendra yang menciumnya secara kasar dan keras,
"Kamu bilang aku brengsek kan? ini aku yang brengsek," ucap Lendra emosi memasuki Bika lagi dengan paksa dan tanpa rangsangan, membuat Bika menjerit kesakitan.
"Aaahh, Lendra lepas, kamu nyakitin aku, hiks, sakit Lendra, perih,"
Namun Lendra tetap melakukan aksinya dengan emosi yang memuncak, bibir Lendra di gigit oleh Bika sampai berdarah. karena rasa sakit yang Bika rasa dibawah sana.
"Lendra stop, perih, Lend," ucap Bika memohon
"Ini baru yang dinamakan Brengsek," ucap Lendra mempercepat gerakan semakin membuat Bika menjerit kesakitan.