Syaqi terusik disaat mendengar teriakan Manda yang samar-samar ia dengar.
"Manda, kenapa dia?" gumam Syaqi kemudian menyibak selimutnya dan mulai berjalan cepat menuju pintu keluar, saat ia baru melangkah menuju kamar Manda, sebuah tangan menariknya kembali kedalam kamar dan menutup pintu kamar dengan keras.
"Astaga, Astaga, siapa kamu," ucap Syaqi berontak berusaha melepaskan tangan yang memeluk pinggangnya.
"Apa kabar, sayang?" bisik seseorang yang suaranya tak asing di telinga Syaqi.
"Aku kangen sayang," ucapnya lagi.
'Bi-Bian?" gumam Syaqi tanpa menoleh kebelakang.
"Yes, kamu benar, ini aku, aku kangen," bisik Bian sambil mengendus ngendus di sekitaran telinga Syaqi, membuat Syaqi geli sekaligus takut.
"Bi-Bian lepas, jangan gini," ucap Syaqi pelan karena takut.
Bian membalikan tubuh Syaqi menghadapnya, Syaqi menatap takut Abian, karena Syaqi melihat sorot mata Bian berbeda.
"Ke-kenapa kamu disini?" tanya Syaqi dengn mundur satu langkah.
"Karena mau menemuimu," ucap Bian maju mendekat membuat Syaqi mundur lagi.
"Ma-maksudnya apa, Bian? jangan buat aku takut," ucap Syaqi mundur terus menerus sambil menabrak tembok dekat pintu, membuat Bian menyeringai devil dan sigap mengunci Syaqi dengan kedua tangannya.
"Bi-Bian, lepas, aku mau lihat Manda," ucap Syaqi dengan menunduk takut.
"Jangan ganggu mereka," ucap Bian sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Syaqi membuat Syaqi memejamkan matanya takut.
"Bi, menjauh, jangan deket-deket," pinta Syaqi.
"Kenapa kamu bohong sama aku?" tanya Bian membelai pipi Syaqi lembut.
"Bo-bohong apa?" tanya Syaqi gugup.
"Tentang alasan kalian menghindari kami," ucap Bian, namun saat Syaqi hendak menjawab, teriakan Manda terdengar lagi.
"Manda," gumam Syaqi.
"Awas Bian, aku harus lihat Manda," ucap Syaqi, namun Bian malah merapatkan badannya membuat Syaqi tak bisa berkutik.
"Jangan ganggu Dandi sama Manda." ucap Bian membuat Syaqi menyerngit bingung.
"Dandi ada di kamar Manda?" tanya Syaqi dengan wajah kagetnya.
"Iya, sama kaya aku disini sama kamu," ucap Bian ambigu, membuat Syaqi menatap bingung Bian.
Bian memiringkan kepalanya dan mencium bibir Syaqi dengan lembut, membuat Syaqi melotot kaget, sejenak Bian melepaskan ciumannya menatap reaksi Syaqi atas tindakannya, saat Syaqi tersadar hendak memarahi Bian, dengan cepat Bian mencium kembali Syaqi dengan lumatan sedikit kasar, tangan Syaqi berusaha melepas pegangan tangan Bian di pipinya.
"Hmmp, Bi, lepas hmmp," ucap Syaqi .
"No," jawab Bian cepat kembali mencium Syaqi sambil mendorong Syaqi berjalan menuju ranjangnya,
Syaqi kelabakan saat dibaringkan di ranjang namun dengan sigap Bian mendorong Syaqi terlentang lagi dan membuang asal baju yang ia kenakan.
"BIan," pekik Syaqi saat melihat Bian membuka bajunya.
"Bian, kamu jangan macam-macam ya, inget, kamu masih kuliah," ucap Syaqi mengingatkan. namun Bian malah menatap Syaqi dengan senyum evilnya.
"Aku ingin kamu," ucap Bian.
"Bian, apaan sih," ucap Syaqi menahan dada Bian.
Bian meraih kancing dress tidur Syaqi, membuat Syaqi menepis tangan Bian.
"Bian!" tegur Syaqi keras.
"Aku bakal tanggung jawab," ucap Bian.
"No, gila, awas," kesal Syaqi dengan mata yang mulai berkaca-kaca, ia merasa rendah dimata Bian.
Namun dengan tak sabar Bian memaksa membuka baju Syaqi walau dengan memaksa, namun Bian sukses membuka seluruh pakaian Syaqi dengan sekali hentakan tangan.
"Bian, jangan gila, aku mohon," lirih Syaqi.
"Kalau aku tidak melakukan ini, apakah kamu mau menjadi pacar aku?" tanya Bian menatap Syaqi yang melongo menggeleng.
"See, jadi aku harus nekad," ucap Bian menindih Syaqi dan mencium bibir Syaqi lagi.
Syaqi terus berontak minta dilepaskan, namun tenaga Bian tak bisa Syaqi kalahkan, Syaqi melotot saat merasakan sesuatu menyentuh sesuatu dibawah sana, dia menatap Bian yang sedang menatapnya juga.
"Bian please, jangan bodoh," ucap Syaqi lirih.
"Aku cinta sama kamu," ucap Bian sambil menghentakan miliknya ke dalam Syaqi.
"AAAHH SAKIIIT, BIAN, LEPASSH, hiks," teriak Syaqi.
"Ssst maafkan aku," ucap Bian melanjutkan aksinya semakin membuat Syaqi menangis histeris.
"Sakit, Bian, stop, please, stop," ucap Syaqi memohon pada Bian, membuat Bian menciumi leher putih Syaqi guna merangsang Syaqi.
"Bian stop, udah," ucap Syaqi memohon.
"Setelah ini, aku akan bertanggung jawab," ucap Bian.
Lalu membungkam lagi bibir Syaqi dengan bibirnya, sampai Syaqi memilih diam pasrah karena lelah menjerit dan berontak, sudah telat juga, karena Bian telah menumpahkan cairannya di dalam sana.
"Aku cinta sama kamu, Syaqila," ucap Bian membuat Syaqi menatap Bian dengan mata sendu dan berkaca kaca.
"Kamu harusnya nggak perlu sampai melakukan ini, Bian, kamu buat aku kotor," ucap Syaqi sedih.
"Ini akibat kamu menolak," ucap Bian datar membuat airmata Syaqi meleleh lagi, dengan sigap Bian menghapusnya.
"Jangan khawatir, aku akan bertanggung jawab," ucap Bian sekali lagi, lalu mencium bibir Syaqi dengan begitu lembut.
Sementara Bika yang tertidur nyenyak, tidak mendengar sama sekali jeritan dan teriakan dari suara Manda, justru dia masih anteng tertidur dengan posisi terlentang dan kepala yang menghadap kiri.
Namun tak lama, Bika merasakan sesuatu menyentuh pipinya, dan aroma mint menyeruak ke indra penciumannya, Bika pun terusik perlahan membuka matanya, ia mengerjapkan matanya menyesuaikan indra penglihatannya.
"Lendra?" gumam Bika membuat seseorang diatas tubuhnya itu tersenyum.
"Sekangen ini gue sama dia, sampai dia kebawa mimpi gini," gumam Bika yang didengar Lendra.
Lendra mematung sejenak saat mendengar kata 'kangen' yang diucapkan Bika, tanpa basa basi dan mengeluarkan kata-kata, Lendra langsung menyambar bibir kecil Bika, melumatnya dan mengecap dengan lembut.
Reaksi Bika diluar perkiraan Lendra, justru sampai saat ini Bika diam tak berontak, malah Bika memejamkan matanya seolah menikmati ciuman tersebut, karena sejujurnya Bika berpikir ini adalah alam mimpinya.
"Eummm," gumam Bika yang mulai merespon ciuman Lendra, membuat Nafsu Lendra semakin melonjak.
Lendra membuka perlahan kancing baju tidur Bika, dan Bika masih sibuk merespon ciuman Lendra yang semakin panas itu.
Sreek...
Lendra berhasil membuka dress tidur Bika, tangan Lendra menyentuh setiap inci kulit Bika, membuat Bika mulai terangsang untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman, Lendra melepas sejenak adu bibirnya untuk melepaskan bajunya, mata Lendra menatap dalam mata sendu Bika yang sudah mulai terangsang, setelah selesai membuka seluruh pakaiannya, Lendra memulai lagi aksinya menciumi Bika .
Kali ini ciuman tersebut semakin panas dan semakin menuntut, Bika kewalahan dengan ciuman yang dimainkan Lendra, namun Bika tak mau kalah berusaha mengimbangi Lendra.
"Ahh," erang Bika kegelian saat Lendra mencium dan mengecup lehernya.
Setelah puas dengan bagian leher, Lendra kembali mencium bibir Bika, tujuannya untuk membungkam, karena saat ini Lendra sedang membuka kedua kaki Bika dan bersiap memasukinya.
Bika menyerngit saat merasakan sesuatu yang berusaha masuk di bawah sana, namun Lendra tidak terlalu kesusahan karena Bika sudah sangat siap untuk dimasuki, Namun sebelumnya, Lendra hanya menggesekan luarnya untuk semakin memancing birahi Bika.
"Ahh, " erang Bika membuat Lendra tak tahan dan akhirnya sekali sentak Lendra menerobos masuk kedalam milik Bika membuat Bika melotot dengan jeritan tertahan.
"Hmmmppp," jerit Bika tertahan , Lendra berusaha menenangkan Bika dengan kembali menciumi bibir dan leher Bika sambil menggerakan yang dibawah sana perlahan-lahan.
"Ssst, ahh, perih," keluh Bika.
"Ssst, nanti juga nggak,fokuslah pada rasa nikmatnya, Sayang," Bisik Lendra membuat Bika menyerngit bingung.
"Kok suaranya kaya nyata?" gumamnya dalam hati.
Namun rasa nikmat yang mulai dia rasakan, membuat Bika kembali hanyut dalam ciuman bibir Lendra yang memabukan, hingga kedutan asing ia rasakan di intinya membuatnya refleks memeluk leher Lendra.
"Ahh, oh astaga," ucap Bika saat merasakan sesuatu yang nikmat disana, melihat reaksi Bika, Lendra mempercepat gerakannya di bawah sana mengejar puncaknya yang sebentar lagi sampai.
"Oh, Ahh, Len..draaa..., ah..." erang Bika saat merasakan sesuatu membanjiri intinya.
Lendra pun ambruk diatas tubuh Bika dengan nafas yang tersengal.
"Ternyata sangat nikmat rasanya," gumam Lendra.
Lendra menatap wajah Bika yang berpeluh, dimata Lendra itu menambah kecantikan Bika, kemudian Lendra mencium kening Bika lama.
"I love you, Habika," bisik Lendra.
"Me too... Lendra," ucap Bika lemas.
Lendra menatap Bika diam, peluh yang membasahi tubuh Bika, membuat Lendra terpancing untuk melakukannya lagi, Lendra kembali menindih Bika membuat Bika membuka matanya lagi dan mengerjap pelan.
"Apa ini masih didalam mimpi?" gumamnya.
"No, ini bukan mimpi, jika kamu berpikir tadi hanya mimpi, maka aku akan melakukannya sekali lagi dengan kamu yang tersadar," ucap Lendra membuat kesadaran Bika sepenuhnya terkumpul, Bika menatap Lendra kaget.
"Ja-jadi ini bukan mimpi?" tanya Bika kaget dan Lendra tersenyum evil lalu kembali mencium bibir Bika sedikit kasar dan berusaha memasuki Bika lagi membuat Bika kali ini berontak.
"Jangan Lendra, jangan, lepass, hmmp," ucapnya sambil berusaha mendorong Lendra,
Lendra menarik tangan Bika ke atas kepalanya dan menahannya disana dengan tangan kirinya, lalu tangan kanannya menuntun sesuatu dibawah sana untuk memasuki Bika lagi, dan … berhasil.
"Diam!" ucap Lendra pada Bika yang menangis.
"Percuma kamu menangis, dan menolak, ini ronde kedua Bika sayang, nikmatilah seperti kamu menikmati ronde pertama kita tadi," ucap Lendra membuat Bika diam mematung dengan airmata yang meleleh dalam diamnya.
Lendra benar benar menguasai tubuh Bika karena perkataan Lendra sukses membuat Bika mematung merasa bodoh, karena sudah menikmati permainan pertama Lendra tadi.
"Ja-jangan didalam please," mohon Bika merasa murah ia memohon seperti ini.
"Sesuka ku, Sayang," ucap Lendra mempercepat gerakannya, dan mengeluarkannya didalam sana lagi, membuat isakan lolos dari bibir Bika.
"Masa depan gue," lirih Bika.
"Aku, akan bertanggung jawab, tak usah kamu pikirkan masa depanmu," ucap Lendra membuat Bika merasa di kucilkan
"Gue kotor sekarang, hiks, gue murahan,, hiks," ucap Bika dalam hatinya.
"Mulai malam ini, kamu milik aku," ucapn Lendra sambil memeluk Bika yang membelakanginya
"Lendra?"
"Hm,"
"Syaqi, Manda?" tanya Bika sambil menghadap Lendra.
"Sama saja," ucap Lendra menatap Bika dengan mata datarnya.
"Apa? sama?"
"Dandi? Bian juga?" tanya Bika memastikan pikirannya dan sialnya, Lendra mengangguk membenarkan pikirannya.
"Kenapa kalian jahat, hiks," ucap Bika pada Lendra dengan isak tangisnya.
"Kenapa kalian menolak kami?" tanya Lendra balik membuat Bika bungkam dan menangis kembali membelakangi Lendra.