Chereads / SKENARIO CINTA SI BRONDONG / Chapter 8 - 10. Tragedi ultah Tiara.

Chapter 8 - 10. Tragedi ultah Tiara.

Jumat pukul 5 sore tepatnya, Syaqi, Manda dan Bika sudah sampai di sebuah Villa yang terletak di antara perkebunan teh, disana terlihat ada tiga buah vila mewah berdiri kokoh, salah satunya menjadi tempat perayaan ulang tahun Tiara, teman kuliah mereka.

"Si Tiara niat banget yah dia rayain ultah nya di tengah kebun teh gini, mana malem, serem ini," ucap Syaqi melihat sekitar yang mulai tertutup embun.

""Namanya juga sambil holiday," ucap Manda sambil menjalankan mobilnya menuju villa tersebut.

Saat mereka keluar dari mobilnya, Tiara sudah berada di pintu masuk menyambut kedatangan Manda dkk.

"Hai, Bika, hai Manda, hai Syaqi, wah kalian makin cantik banget," ucap Tiara memuji mereka sambil bercipika cipiki ala ala wanita.

"Lo juga, makin seksi," ucap Syaqi genit pada Tiara membuat Tiara tersipu.

"Selamat ulang tahun ya, Tiara, wish you all the best," ucap Manda pada Tiara.

"Makasih, Manda Cantik," ucap Tiara menatap Manda haru.

"Ayo masuk, udah ada yang lain juga didalem, kita mulai aja acaranya," ucap Tiara mempersilahkan mereka masuk,

Manda sempat menoleh ke arah Garasi Villa mewah yang terletak di ujung sana, ia menyipitkan matanya saat melihat mobil Camry hitam yang sepertinya tak asing di ingatannya, namun Manda tak mengingat siapa pemiliknya, kemudian Manda memutuskan untuk masuk menyusul Syaqi dan Bika yang lebih dulu masuk.

Acara tiup lilin pun dimulai, acara cukup meriah karena didatangi 40 orang teman Tiara, dan saat ini mereka sedang menikmati hidangan yang disediakan Tiara, sambil mengobrol dengan teman-teman yang lainnya.

"Sekalian Reuni ini mah," ucap salah satu teman Tiara.

"Iya dong, kan emang itu tujuan utamanya, gue juga udah siapin kamar buat kalian, gue udah sewa 3 villa, tapi sebagian di villa belakang ya, biar nanti pagi kalian bisa jalan-jalan gitu menikmati udara segar perkebunan teh disini," ucap Tiara.

"Wah royal banget nih TIara sama kita, makasih Tiara," ucap Salah satu teman Tiara.

"Sama-sama," ucap Tiara senang, kemudian mereka kembali menikmati pesta sampai jam 1 malam.

"Sya, ngantuk" tanya Tiara melihat Syaqi menguap dengan mata memerah.

"Hehe, iya Ra," jawab Syaqi.

"Ya udah, ayo tidur, gue anter ke kamar lo, di vila sebelah, kalau disini mah, khusus anak-anak tukang minum doang, kasian kalau kalian di satuin disini nanti berisik, lihat saja mereka," ucap Tiara menatap teman-temannya yang mabuk sedang meracau dan tertawa kencang.

"Yuk,"ajak Tiara, membuat Manda dkk mengikutinya ke Vila sebelah.

Manda melirik lagi mobil camry hitam itu.

"Plat nomornya nggak asing," gumam Manda.

"Man, ayok masuk," ajak Tiara.

"Eh, iya," ucap Manda.

Mereka pun masuk ke villa mewah tersebut dan menuju sebuah lift yang tersedia disana untuk menuju lantai 3 dimana kamar khusus Manda dkk berada.

"Wow, ada lift segala, mewah banget," puji Bika .

"Hehe, iya, ini vila punya om gue," ucap Tiara membuat Bika mengangguk paham.

"Nah ini kamar lo Sya, kalau lo Man yang ujung tangga, dan lo Bik, pakai kamar tengah aja ya," ucap Tiara sambil menunjukkan tiga kamar yang masing-masing berjarak 3 meteran.

"Nggak sekamar aja?" tanya Syaqi.

"Jangan, gue udah siapin kamar khusus buat kalian," ucap Tiara ambigu.

"Oh, oke, makasih ya," Ucap Manda tak curiga sama sekali dengan ucapan ambigu Tiara.

"Ya udah gih istirahat, good night ya," ucap Tiara kemudian pergi meninggalkan mereka yang masih berdiri di ambang pintu kamar masing-masing, dan saling tatap bergantian.

"Sana masuk," ucap Manda membuat Syaqi dan Bika mulai memasuki kamar tersebut.

"Wow," seru Manda saat masuk ke kamar tersebut, besar dan mewah di dominasi warna ijo tosca.

"Nyaman banaget kayanya disini," ucap Manda bermonolog.

Manda mulai membaringkan badannya di ranjang queen size itu tanpa mengganti pakaiannya karena malas.

"Nanti aja ah mandinya, besok, dingin," ucapnya sambil menarik selimut menutupi tubuhnya dan mulai memejamkan matanya.

Sementara Syaqi baru saja selesai Mandi, hawa dingin menusuk kulitnya membuatnya segera mengenakan pakaian tidurnya yang sudah ia packing dari rumah, dia mulai merebahkan badannya di ranjang.

"Mewah banget ya ini Vila, suka gue disini," Ucap Syaqi senang.

Sementara Bika langsung mengganti pakaiannya tanpa mandi, dia langsung merebahkan badannya dan menutupnya dengan selimut.

"Ih sunyi banget sih, mana gede banget lagi ni kamar warna catnya kenapa juga gelap? manly sih, apa ini kamar cowok ya? ih tapi harusnya pilih warna yang cerah aja sih, takut kan gue jadinya," ucap Bika yang memang penakut.

Memang kamar yang bika tempati adalah kamar utama yang ada di lantai 3, Bika pun mulai memejamkan matanya berusaha tidur karena rasa takutnya makin terasa olehnya, namun akhirnya pun Bika terlelap juga.

Manda terusik dari tidurnya karena merasakan pergerakan di sebelah kanan ranjang, dengan mata yang masih menyipit mengantuk Manda sedikit mengangkat kepalanya menelisik sisi kanannya, sontak mata Manda langsung terbuka lebar saat melihat sosok pria di sebelahnya sedang menatapnya dengan senyuman khasnya.

"Astaga," pekik Manda langsung mengubah tidurnya menjadi posisi duduk.

"Ka-kamu...?" kaget Manda saat mengetahui siapa pria tersebut.

"Apa kabar, Man? gue kangen sama kamu," ucap Dandi, ya pria itu adalah Dandi, si brondong tampan bermata teduh.

Manda memandang shock Dandi, ingatannya terusik pada mobil Camry hitam yang ia lihat di garasi tadi, "Ya, mobil itu mobil yang pernah aku lihat terparkir di rumah Dandi," gumamnya dalam hati.

"Kenapa kamu ada disini?" tanya Manda dengan waspada mengeratkan selimutnya yang menutupi dadanya.

"Mau ketemu kamu," ucap Dandi mulai bangun dari tidurnya dan memposisikan dirinya menghadap Manda.

"Maksud gue, kenapa lo bisa ada di kamar ini? kenapa lo masuk seenaknya?" Manda mulai marah membuat Dandi tertawa kecil.

"Sebelum kamu kesini, kamar ini sudah aku yang tempati kok," ucap Dandi ambigu membuat Manda kaget, dan pikirannya mulai menerka hal hal negatif.

"Ta-tapi tadi...?"

"Tiara? memang iya ini kamar disiapkan khusus untuk kamu dan aku," ucap Dandi tersenyum kecil namun dimata Manda itu mengerikan.

"A-a-apa maksud lo," ucap Manda sambil beringsut menjauh dari Dandi namun meraih tangan Manda dan menahan gerakan Manda.

"Jangan mundur nanti jatuh," ucap Dandi lembut, semakin seram untuk Manda,

"Jangan Sentuh gue," amuk Manda menepis tangan Dandi.

"Kenapa?" tanya Dandi menatap Manda sendu.

"Lo, keluar dari kamar ini," ucap Manda .

"Tapi ini kamar khusus gue kalau kesini," ucap Dandi pad Manda membuat Manda semakin bingung.

"Jangan ngarang, ini vila milik om Tiara temen gue," ucap Manda menatap tajam Dandi.

"Tiara kakak sepupu Lendra," ucap Dandi tersenyum devil.

"A-apa?" kaget Manda.

"Nggak penting itu, sekarang yang terpenting kenapa kamu bohong tentang kamu yang sudah memiliki pasangan?" tanya Dandi pada Manda

"Bukan urusan lo ya, nggak usah ikut campur," ucap Manda hendak berdiri.

"Aku cinta sama kamu, aku mau kamu jadi pacar aku," ucap Dandi membuat Manda yang hendak melangkah terdiam sesaat dan menoleh pada Dandi dan tertawa.

"Haha, GILA," ucap Manda dengan nada terdengar frustasi.

"Iya memang, aku nyaris gila karena kamu selalu menghindar dari aku," ucap Dandi yang mulai ikut berdiri membuat Manda was-was dan mundur perlahan.

"Kamu mau kan jadi pacar aku?" Tanya Dandi sambil melangkah mendekati Manda refleks Manda menggeleng mundur.

"Kenapa?" tanya Dandi

"Lo lebih muda dari gue, Dandi, lo masih kuliah, sedangkan gue udah harus memikirkan hubungan serius, kita nggak akan cocok, maaf," ucap Manda datar.

"Aku juga pengen hubungan yang serius sama kamu, Manda," ucap Dandi lembut.

"Tetep gue nggak bisa, gue nggak mau brondong, sorry," ucap Manda berbalik dan melangkah cepat menuju pintu keluar.

Dandi mencekal tangan Manda agak kencang dan menariknya mendekat, posisi mereka saat ini sangat menempel, membuat Manda kaget dan was-was.

"Lepas Dandi," ucap Manda berontak.

"Aku sudah meminta kamu dengan baik-baik, tapi kamu malah menolaknya mentah-mentah, kamu tahu? aku nggak suka ditolak, dan apa yang aku sukai itu harus menjadi milikku, termasuk kamu," ucap Dandi lembut.

"LO ITU OBSESI DOANG SAMA GUE, BERARTI LO ITU BAJINGAN," marah Manda berteriak emosi membuat Dandi menatap tajam Manda.

Dandi menarik tengkuk Manda dan mencium bibirnya sedikit kasar, emosi terpancing oleh perkataan Manda, Manda berontak berusaha melepaskan dirinya dari Dandi.

"Hmmp, Dandi, lepash, hmmp," Manda berontak.

Namun justru Dandi malah membawa Manda menuju ranjang dan membaringkan Manda disana sedikit kasar. Dandi menahan Manda agar tak kabur dengan menduduki kaki Manda sambil membuka kaos yang ia kenakan, membuat Manda semakin takut.

"Dandi lo mau apa? lepasin gue," ucap Manda masih memberontak kasar.

Dandi tak menjawab apapun dari pertanyaan Manda, ia menindih tubuh Manda dan mulai mencium kembali bibir Manda, Manda tahu ini akan kemana arahnya, Manda sekuat tenaga berontak.

"Dandi please, Dandi, jangan gini, masa depan kita bisa rusak, sadarlah Dandi, jangan termakan obsesi gila mu," ucap Manda memohon dengan sedikit lemas.

"No, masa depan aku itu, kamu," ucap Dandi.

"Tapi gue nggak mau," lirih Manda, membuat Dandi tersakiti dengan penolakan Manda, matanya berkilat emosi.

Tanpa Manda sangka, Dandi menarik dengan kencang baju yang Manda kenakan sampai robek, emosinya kini sudah sukses menguasai Dandi, membuat Manda semakin ketakutan.

"Dandi, Astaga, gue mohon jangan, lepasin gue," mohon Manda yang sudah lemas, namun bagai tuli, Dandi semakin terus bertindak jauh melepaskan semua penghalang tubuh mereka dengan begitu cepat.

"Dandi please, dengerin gue, lo cuman terobsesi sama gue, perasaan lo nggak tulus, dan lo bakal nyesel nanti, please, jangan ya," mohon Manda dengan sedikit terisak.

Dandi menindih Mandah, dan menatap tepat di kedua mata Manda, menatap kedalam mata amber itu, Manda tertegun melihat mata teduh Dandi memerah berkaca-kaca.

"Apa kamu nggak bisa melihat perasaan tulus ini, Manda?" tanya Dandi lirih. Manda terdiam tak menjawab, terpaku menyelami mata teduh Dandi yang sedang berkilat sedih, ia tersadar dari keterpakuannya saat merasakan sakit di sana karena sesuatu yang memaksa masuk.

"Ahh, Dandi sakit," ucap Manda dengan rintihan, Dandi tetap berusaha memasukan miliknya kedalam Manda, dengan sekali hentakan akhirnya Dandi berhasil mengambil kesucian Manda, terbukti dengan jeritan sakit dari mulut Manda

"Ahh, Sakiiit," erang Manda sambil menangis kesakitan, membuat Dandi mencium kembali bibir Manda dengan lembut, karena saat ini, karena Manda tak berontak, Dandi meneruskan rangsangannya pada tubuh Manda sampai akhirnya Manda terlihat siap untuk menerima gerakan Dandi didalamnya.

"Hiks, lo jahat Dan,"lirih Manda berbisik terisak.

"Kamu yang meminta aku untuk menempuh jalan ini, Manda," ucap Dandi menatap Manda yang terisak membuang mukanya tak mau menatap Dandi.

"Mulai hari ini dan seterusnya, kamu milik aku, Manda," ucap bisik Dandi tepat di telinga Manda sambil terus menggerakan tubuhnya di bawah sana, Sungguh, Dandi sangat menikmatinya,

Dandi mempercepat gerakannya saat merasakan miliknya hendak mengeluarkan kenikmatannya, dan… terbuanglah semua cairan itu menuju rahim Manda, membuat isakan Manda semakin kencang.

"Jahat, lo jahat," ucap Manda pada Dandi dengan tubuh yang lemas.

"I hate you, Dandi," ucap Manda menatap Dandi.

"I love you, Manda," ucap Dandi mencium kembali Manda, dan kembali melakukan kegiatan panas itu, membuat Manda menjerit menolak.