"Pegangin gue. Gue takut. Awas saja sampai terjadi apa-apa sama gue. Pokok lo yang harus tanggungjawab" ujar Vivi kesal.
"Yaelah, Vi. Cuma gini aja masak lo takut. Lo ngadepin preman yang ganggu lo aja nggak takut. Bantuin medal" pinta Sakti.
"Ogah, lo kan yang ngajak naik beginian. Ya lo yang medal lah" jawab Vivi cuek. Sakti hanya menghembuskan nafas panjangnya, frustasi.
Zidan melirik sekilas pada Senja yang duduk di sampingnya. Mereka terlihat canggung satu sama lain. Karena memang ini pertama kalinya mereka duduk berdekatan. Zidan dan Senja terus melajukan bebek mereka mengelilingi danau.
"Kalau capek biar gue aja yang medal" ujar Zidan memecah keheningan. Senja menoleh sekilas.
"Tidak apa-apa" jawabnya singkat.
"Gimana perasaan lo, Sen?". Senja mengerutkan keningnya.
"Maksudnya sudah lebih baik belum? Apa masih galau?"
"Sudah lebih baik sekarang. Orang kalau lagi nyembuhin hatinya enggak bisa langsung sembuh kali. Ya bertahap. Aku lagi menata ulang sekarang"