Cuti selama seminggu dirasa sudah sangat cukup. Meskipun tidak sepenuhnya bersantai karena beberapa dokumen harus diperiksa di rumah. Sherin sudah cantik dengan setelah blazer dan rok di atas lutut. Kaki jenjangnya pun sudah dihiasi oleh sepatu tinggi berwarna hitam.
"Sudah siap?" tanya Ed. Pria itu baru saja masuk setelah pergi keluar kamar sebentar.
"Apa penampilanku cantik?" Sherin membalikkan badan. Mengabaikan pertanyaan yang diberikan oleh Edzhar.
"Bagiku kamu tetap cantik karena kamu adalah istriku." Edzhar menarik hidung Sherin.
"Istri yang hanya dicium saja," gumam Sherin namun terdengar di telinga Edzhar. Dia tersenyum dan mengecup bibir merah milik Sherin.
"Jadi ada yang marah karena belum melakukan hubungan. Baiklah. Kita bisa melakukannya nanti malam."
"Nggak mau!" tolak Sherin. Perkataan Ed yang terkesan santai membuatnya kesal. Seharusnya Ed bisa bersikap lebih romantis. Pria itu bersikap seolah-olah apa akan mereka lakukan adalah hal biasa.