Chereads / Kenangan yang Mengikuti / Chapter 11 - Kesalahan Naura

Chapter 11 - Kesalahan Naura

Naura harus menyudahi kesenangan hari ini ketika melihat jam di ponselnya dan juga buru-buru ingin pulang ketika ada panggilan tidak terjawab dari Aldi sampai keseratus kali.

Naura benar-benar tidak mendengar ponselnya berdering selama berada di Caffe ini karena memang ponselnya berada didalam tas dan sama sekali tidak tersentuh. Begitu Naura menelpon Aldi balik kini Naura tidak mendapat jawaban.

Perasaan khawatir kini membalut Naura serta pikiran yang tidak menentu.

Kenapa-kenapa, Aldi tidak mengangkat telponnya sedangkan jelas-jelas Aldi sedang aktif. Setelah lima panggilan dari Naura tadi tidak mendapat jawaban dan sekarang ketika Naura menghubungi Aldi balik tidak mendapat jawaban justru Naura sangat kepikiran.

"Kalian lanjutkan bersenang-senangnya, saya harus pulang," bisik Naura ditengah-tengah acara musik berlangsung.

"Kenapa terburu-buru mbak?" tanya Nayla.

Semua perhatian kini tertuju pada Naura.

"Mata saya sudah sangat sulit untuk terbuka," jawab Naura memaperkan senyum lebar dan sudah bangkit dari kursinya.

Naura harus segera pulang.

"Hati-hati mbak," ucap Mawar.

Naura hanya mengangguk dan melangkah keluar dengan gerakan cepat.

Setelah dirasa Naura keluar dari Caffe semua karyawan yang berada satu meja mengalihkan pandangan kembali pada panggung kecil yang ditempati untuk acara musik yang berlangsung sekarang.

Melupakan Naura dan kembali tenggalam dalam suasana malam ini.

Naura masih berusaha menelpon Aldi akan tetapi belum juga dianggkat.

"Apakah Aldi marah? Apakah aku seharusnya menunggu Aldi dirumah? Tapi aku sangat bosan jika menunggunya terlalu lama," gumam Naura melajukan mobilnya dikecepatan sedang.

Jam-jam segini jalanan kota belum terlalu sepi sehingga membuat Naura harus memperhitungkan laju kendaraannya.

***

Membutuhkan waktu sekitar setengah jam perjalanan untuk sampai di rumah sederhana akan tetapi sangat banyak menarik perhatian ini.

Begitu memasukkan kendaraannya ke dalam garansi Naura langsung bergegas masuk ke dalam rumah.

Demi apapun setelah mendapat panggilan tidak terjawab dari Aldi, Naura terus mempercepat tindakannya.

Naura menyesal jika benar Aldi sudah pulang sedangkan dirinya masih berada di luar rumah tidak menyambut Aldi. Naura merasa marah akan tetapi entah kepada siapa.

Pintu rumah ditutup sedikit menimbulkan suara keras.

"Aldi kamu sudah pulang?" Naura sedikit meninggikan intonasinya ketika menginjakkan kaki di ruang tamu dan belum mendapati Aldi dihadapannya sedangkan lampu rumah sudah hidup serta mobil Aldi sudah terparkir di garansi.

Sebenarnya Naura tidak perlu bertanya dan sudah mengetahui jawabannya.

Naura seperti lamban dalam berpikir sekarang, melangkahkan kaki dengan napas yang tersegal karena serba terburu-buru.

Langkah kaki Naura menuju meja makan akan tetapi belum juga menemukan Aldi sampai akhirnya pintu kamar terbuka memperlihatkan Aldi dengan ramput basah serta handuk yang masih menggantung dilehernya.

Menatap khawatir kearah Naura dan melangkah mendekat.

Aldi yang melangkah pelan untuk beberapa saat Naura mematung ditempatnya. Naura merasa sangat bersalah, memang perasaan yang dianggap sebagai orang sangat terlalu drama apa yang dirasakan Naura saat ini.

Akan tetapi, ini tidak perlu melibatkan orang lain. Ini hanya antara Naura dan Aldi, dua orang yang mengikat janji suci tiga tahun yang lalu. Kehidupan yang sudah diikat dengan rumah tangga, pearasaan Naura terhadap Aldi yang sepenuhnya tulus dan murni.

Kesalahan atau kekurangan sedikit saja dalam melayani Aldi membuat Naura merasa gagal.

Biarlah Naura berada diduniaya, semua orang memiliki perasaan masing-masing.

Beberapa detik Naura terdiam hingga akhirnya Naura berlari menuju Aldi dan menubruknya, menenggelamkan tubuhnya pada kungkuhan lingkaran pelukan Aldi.

Meski Aldi masih terdiam kedua tangan Aldi memeluk erat tubuh Naura dan semakin memperdalam pelukannya.

"Maaf," bisik Naura.

Pelan akan tetapi masih bisa didengar oleh Aldi.

Aldi melonggarkan pelukan dan kini membawa tubuh Naura untuk menatap kearahnya.

"Kenapa?" tanya Aldi justru menampilkan raut wajah bingung serta kedua tangannya yang tadinya memegang kedua bahu Naura kini beralih dengan cepat untuk menghapus air mata yang sudah menetes pada kedua mata Naura.

Maafkan Naura yang ceneng dan selalu melankonis jika sudah berhadapan dengan Aldi.

"Aku tidak ada di rumah saat kamu pulang," jawab Naura dengan isak tangis dan napas yang tersegal.

Benar-benar seperti mengeluarkan sesuatu yang membuat dadanya sesak dan sakit. Akan tetapi, begitulah Naura, Aldi sudah memahaminya.

Wanita dengan segala kekurangan dan kelebihannya bisa membuat Aldi menjatuhkan pilihan kepada Naura untuk dijadikannya istri.

Wanita yang sangat menarik perhatiannya.

Mendengar jawaban Naura barusan Aldi mencondongkan tubuhnya dan kini kedua matanya dari kedua orang tersebut bertatapan dengan garis yang sejajar.

"Tidak perlu minta maaf, kamu tidak melakukan keasalahan," ucap Aldi.

Benar-benar ingin sekali selalu berada didekat wanita yang menggemaskan ini.

Aldi tidak marah, hanya menunggu ada sesuatu yang ingin Aldi lakukan bersama Naura meski seharusnya sudah dilakukannya beberapa jam yang lalu.

Naura menggeleng lemah dan kini menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Aku bersalah karena tidak ada ketika suamiku pulang, itu adalah kesalahan terbesar Aldi," ucap Naura membuat kedua sudut bibir Aldi tertarik menimbulkan senyuman dan kembali merengkuh tubuh mungil istrinya.

Memeluknya sangat erat, menyalurkan semua perasaan cinta dan kasih sayang kepada wanita ini.

Aldi sangat bahagia itulah yang ingin Aldi sampaikan.

"Jadi aku akan menghukummu." Aldi mengucapkan kalimat tadi tepat ditelinga Naura.

Naura menarik tubuhnya, memandang Aldi dengan raut wajah yang sangat bersalah lalu menghapus sisa-sisa air mata.

"Asalkan dengan hukuman itu aku dimaafkan," sahut Naura.

Meski jantungnya berdetak tidak beraturuan Naura menyetujui ucapan Aldi. Bagaimanapun Naura memang bersalah, Naura siap dihukum.

Tangan Naura merapikan rambut Aldi yang belum tertata rapi itu, menyisir dengan jari-jari tangannya untuk membuat rambut Aldi tertata dengan cepat.

Aldi sangat menikmati pergerakan tangan Naura ketika menyentuh kulit kepalanya.

"Baiklah, apa hukumannya?" tanya Naura setelah selesai merapikan rambut Aldi.

Aldi menyentuh dagunya serta memperlihatkan ekspresi wajah seperti orang yang sedang berpikir lalu melirik Naura yang sangat menunggu jawaban Aldi.

"Tapi sebelum aku menentukan jawaban, sebaiknya kamu mandi terlebih dahulu dan makan malam bersama. Aku sudah sangat lapar," ucap Aldi sambil mengelus rambut Naura dengan lembut.

"Aku akan memasak beberapa menu makan malam dulu."

Naura membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju dapur tetapi langkahnya terhenti ketika tiba-tiba saja Aldi menggendong tubuhnya dan membawa Naura menuju kamar.

"Cepat mandi, aku sudah membeli beberapa menu makanan cepat saji. Aku sudah tidak sabar dengan hukuman yang akan kamu jalankan."

Aldi menatap wajah cantik istrinya yang berada di dalam gendongannya serta memainkan mata.

"Jangan terlalu berat tetapi tidak apa, akan tetap aku lakukan untuk menebus kesalahanku," sahut Naura membuat senyuman Aldi semakin lebar serta sudah membuka pintu kamar dengan satu tangan dan membawa tubuh Naura masuk ke dalam kamar.

Langkah Aldi tidak terhenti begitu saja akan tetapi tetap berjalan untuk menuju ke kamar mandi lalu menurunkan Naura tepat di depan pintu masuk kamar mandi.

Naura menatap Aldi dengan kebingungan.

"Aku akan menyiapkan baju terlebih dahulu sebelum mandi dan menghapus make up ku."

"Itu akan membutuhkan waktu lama," protes Aldi yang merentangkan kedua tangannya supaya Naura tidak bisa kemana-mana.

Naura tersenyum lebar lalu mencubit hidung mancung Aldi.

"Hanya lima menit."

Helaan napas panjang dan sangat berat adalah respon atas jawaban Naura.

"Itu sangat lama."

"Akan bertambah lama jika kamu terus menahanku."

"Baiklah, aku akan menunggumu dimeja makan. Akan akan kembali menjemputmu."

"Baiklah, hanya sebentar tidak akan lama."

Aldi membungkukkan punggungnya lalu berjalan keluar kamar. Meninggalkan Naura yang tidak henti-henti tersenyum lebar.

"Bagaimana aku bisa berbuat kesalahan," gerutu Naura melihat betapa sempurnanya Aldi dalam memperlakukannya.