Chereads / Kenangan yang Mengikuti / Chapter 14 - Sempurna dan Kosong

Chapter 14 - Sempurna dan Kosong

Setiap orang mempunyai dunianya yang berbeda-beda, mempunyai porsinya masing-masing. Tidak kurang dan tidak lebih semua sama dan seimbang kerena begitulah cara mendefisinikan sebuah kalimat usaha tidak menghianti hasil atau perubahan yang ada pada hidup kita adalah hasil kerja keras yang selama ini terus berjalan.

Tidak kenal lelah, selalu berpegang pada do'a dan harapan. Manusia-manusia yang selalu ingin merubah hidupnya supaya lebih baik lagi dan mendapatkan apa yang diinginkan.

Seperti sangat mudah jika hanya ucapan akan tetapi terlalu sulit jika dijalankan. Perubahan hanya bisa dibuat oleh mereka yang bersungguh-sungguh. Mengabaikan rasa lelah dan semua rasa ketidak nyamanan dan memilih keluar dari zona nyaman.

Fila

Sebuah nama wanita cantik dengan segudang prestasi dan juga mempunyai kehidupan yang didamba oleh banyak orang.

Gerakan kecil dari wanita yang bernama Fila akan mendapat perhatian yang sangat luar biasa dari orang sekitar.

"Bagaimana, apa mereka puas?" tanya Fila duduk elegan dai kursi putar dengan mengaitkan kedua tangannya di atas meja.

Memimpin rapat pada saat itu.

Seperti biasa seminggu sekali ada rapat untuk membahas banyak hal.

"Mereka sangat puas dengan gaun yang Non Fila rancang."

"Kita."

"Maaf Non, kita. Sepuluh gaun itu mendapat pujian yang sangat luar biasa dan juga klien VVIP yang satu ini sampai membuat iklan yang besar-besar untuk mempromisikan butik Non Fila. Meski sebelumnya tidak ada rencana untuk menuju kesana." Penjelasan itu disampaikan oleh seseorang yang duduk di samping kanan Fila saat ini. Seorang wanita muda cantik juga dengan pengalaman kerja yang sudah bisa dikatakan sangat professional dalam mengerjakan semua pekerjaannya.

Penilaian yang selalu mendapatkan kata sempurna.

Fila mengangguk lalu tersenyum, Fila senang dengan penjelasan salah satu karyawannya ini.

Fila benar-benar telah keluar dari zona nyaman, bantuan dari keluarga yang dulu ditolak kini membuahkan hasil. Ketakutan akan kegagalan kini semakin pudar. Fila mempunyai keberanian untuk terus berkarya dalam profesi yang dijalaninya saat ini.

"Kerja tim yang sangat bagus dan untuk beberapa pesanan gaun yang sudah didata harus benar-benar diperhatikan. Lakukan semua ini dengan kesenangan juga tanggung jawab. Bukan tidak mungkin setelah klien VVIP kita mengiklankan gaun dari butik ini besar-besaran banyak yang akan datang setidaknya untuk berkunjung atau bahkan langsung memesan," ucap Fila dengan intonasi yang sangat pas. Tidak menekan akan tetapi lebih membuka mata para karywannya.

Pekerjaan ini bukan sebuah tekanan tetapi sebuah tanggung jawab atas pemilihan pekerjaan yang mereka ambil. Hasil yang memuaskan adalah nilai yang sangat berharga.

"Jangan sampai ada tiga gaun yang sama, kalian sudah pasti paham jika butik ini hanya memproduksi dua baju tidak lebih dan saya ulang lagi jika untuk keluarga pelanggan itu diperbolehkan, ucap Fila menatap seluruh para karyawannya, Yang dimaksud adalah gaun untuk keluarga besar yang biasanya di pakai saat pesta keluarga atau hari-hari besar tertentu, "Sepuluh karyawan bagian produksi jangan keluar dulu setelah rapat ini selesai."

Sepuluh karyawan yang dimaksud merespon dengan anggukan secara bersamaan.

Atasannya memang selalu bisa diandalkan, memberikan pekerjaan dan bekerja sama.

Fila sangat paham jika butik yang dia dirikan ini semakin berkembang dengan pesat. Pertama kali didirikan hanya ada sepuluh orang karyawan dan sekarang sudah ada lima puluh orang karyawan yang bekerja disini. Lima puluh karyawan yang benar-benar Fila pilih dengan seleksi yang sangat ketat. Mental dan juga keahlian suatu keharusan yang harus diperlihatkan.

Fila juga paham betul dengan berkembangnya butik ini maka Fila tidak sanggup jika harus membuat desaign baju untuk para pelanggannya sendiri. Fila membutuhkan banyak orang yang berkontribusi dalam proses mendesaign gaun, hanya ada dua gaun yang sama persis dan selebihnya sudah Fila jelaskan.

Semua mengagguk paham dengan sorot mata yang tidak lepas dari Fila.

"Baiklah, kalian boleh keluar."

Empat puluh karyawan melangkah keluar sedangkan kesepuluh karyawan mengubah tempat duduknya agar tidak terjadi kekosongan.

"Bulan ini sampai akhir ini sudah ada seratus gaun yang dipesan pelanggan serta mereka sudah memiliki gambarannya. Untuk gaun yang akan kita produksi bulan depan akan kita rapatkan sekarang. Gambaran yang harus diperjelas juga segera mungkin menghubungi pelanggan untuk bertanya apakah ini kemuan mereka." Fila benar-benar fokus dengan layar laptopnya, ada sepuluh baju berbeda desaign yang harus mendapat kejelasan.

"Mari kita mulai."

Kerja keras seorang Fila, wanita cantik yang selalu mendapat pujian.

***

"Pa istirahatlah."

Fadil menghentikan langkah ketika melihat Ilham masih sangat berusaha keras meski baru saja keluar dari rumah sakit.

"Papa sudah sembuh," sahut Ilham yang terdengar sangat dingin.

Kedinginan yang dapat dirasakan ketika mereka berdua bersama bukan saat ada Naura.

Fadil hanya diam di tempat, memang selalu begitu tidak akan pernah lebih.

"Makan siang sudah Fadil siapkan."

Tidak ada sahutan yang ada, Ilham terus membuat pola-pola pada canvasnya.

Menoleh kepada Fadil pun tidak.

Fadil hanya menghela napas lalu melangkah keluar dari rumah ini. Rasanya semakin dingin dan mencekik, rumah yang seharusnya sebagai tempat istirahat ternyaman tidak pernah Fadil rasakan selama ini.

Ada rahasia antara dua laki-laki itu yang siapa saja tidak pernah mengetahuinya, sangat dijaga dengan kehati-hatian.

"Apa harus seperti ini? Apa harus seumur hidup akan seperti ini? Apa kesalahan yang bahkan tidak diberbuat sangat sulit untuk mendapat maaf? Tapi untuk apa kata maaf karena memang tidak pernah ada tindakan kesalahan." Fadil bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

Fadil selalu mengandalkan dirinya sendiri dalam segala situasi, tidak pernah mau ada orang yang membantunya. Sangat keras dan tidak dapat disentuh.

"AAAARRKHH."

Teriak Fadil di hamparan lapangan luas yang sudah lama tidak ada orang yang mendatanginya. Lapangan yang jauh dari kata indah, lapangan yang ditinggal karena sudah cantik lagi atau sudah banyak kekurangan dan cacat.

Hanya Fadil yang selalu setia datang kesini, selalu menjejakkan kaki di lapangan kosong yang tidak berpenghuni.

Lalu merebahkan tubuhnya pada rumput dan memandang langit. Seperti ini Fadil sudah sangat paham jika dirinya memang tidak akan perah mencapai sebuah pencapaian yang selalu Fadil harapkan. Tidak pernah ada harapan, kekosongan yang selalu membalutnya.

Semua sudah hilang dan tidak ada yang tersisa.

Deringan telpon menghentikan rasa sakitnya dan sebuah nama yang langsung membuat Fadil tersenyum tanpa alasan.

"Selamat ulang tahun kak. Tapi maaf Naura tidak tepat waktu seperti biasanya"

Fadil sangat mendengar nada kesedihan disana dan Fadil tidak suka.

"Kata siapa adik kakak ini tidak tepat waktu. Ini masih hari ulang tahun kakak, kamu masih tepat waktu dek"

"Tapi berbeda dari biasanya"

"Jadi kenapa sampai tidak tepat waktu?"

Fadil hanya bertanya dan tidak akan sampai memarahi Naura, sebuah ucapan ulang tahun yang terlewatkan dengan waktu yang biasanya tidak akan pernah membuat Fadil melukai adik perempuannya ini karena Naura segalanya.

Fadil hanya punya Naura di dunia ini.

Cerita panjang Naura pun mengalir Fadil sama sekali menjedanya hanya mendengarkan. Kegiatan Naura satu hari sebelum ulang tahun Fadil, dari acara taktiran di butiknya sampai pesta kecil yang dibuat Aldi lalu terlelap tidur karena kelelahan.

Fadil sangat senang tapi juga sesak.

"Kak Fadil jangan marah ya"

Intonasi yang selalu Naura perdengarkan ketika sedang merajuk.

"Naura sudah mengirimkan hadiah untuk kak Fadil"

Seulas senyum terbit di bibir Fadil.

"Mana bisa kakak marah dengan kamu dek"

Suara yang dari sebrang di awal sedih kini sudah terdengar suara tawa serta helaan napas yang sangat luar biasa lega.

Fadil tahu meski tidak berada dihadapan Naura karena sepaham itu Fadil dengan adik perempuannya ini.

"Kak aku tutup telponnya dulu, minggu depan aku akan berkunjung"

Sambungan telpon di tutup dan senyuman kembali mengias bibir Fadil.

"Karena kamu memang seberharga itu dek, jika kamu ada di rumah itu suasana menjadi damai."