Chereads / Kenangan yang Mengikuti / Chapter 19 - Pembicaraan Tiga Orang

Chapter 19 - Pembicaraan Tiga Orang

Ketika Aldi baru saja bangkit tiba-tiba saja lengannya ditarik oleh wanita yang duduk disampingnya.

"Tidak semudah itu mengingkari janji yang telah dibuat, kamu seharusnya malu sebagai seorang laki-laki," ucap laki-laki tua akan tetapi sama sekali tidak memperlihatkan kelemahan sedikit pun. Laki-laki tua itu justru semakin terlihat semakin tegas.

Mata Aldi bertemu dengan mata wanita yang ada duduk disampingnya, mendapat sebuah isyarat untuk duduk kembali ditempatnya.

Berlari dari sebuah masalah bukan jalan yang baik tetapi semakin menambah beban.

Aldi membanting tubuhnya kembali pada kursi dan menatap meja dengan tumpukan berkas yang ada dihadapannya. Meja yang sama sekali tidak pernah berubah selalu sesak oleh banyaknya berkas yang terletak disana, pemandangan yang selalu sama jika Aldi berada diruangan ini.

"Apa Kakek pernah meminta sesuatu kepadamu?"

Pertanyaan itu mampu membuat Aldi lebih tenang, bagaimanapun juga laki-laki tua yang duduk dihadapannya sekarang adalah laki-laki yang baik selalu memberikan kebahagiaan kepada Aldi sama seperti wanita tua tadi.

Sama-sama memberikan apa yang Aldi mau, selama ini Aldi mendapatkan limpahan kebahagiaan dari kedua orang tersebut.

"Aldi tidak bisa menlanjutkan perjanjian itu dan Aldi siap menanggung akibatnya bahkan jika Aldi disuruh untuk keluar dari kantor Aldi sudah siap. Aldi tidak akan pernah meninggalkan Naura." Pernyataan yang terdengar begitu tenang tetapi juga tegas, semua perkataan yang baru saja Aldi ucapkan sudah sangat jelas.

Perjanjian itu menjadi beban untuk Aldi sekarang, semuanya telah benar-benar berubah.

"Janji harus ditepati, kakek tidak mau cucu kakek menanggung dosa besar ketika mengingkari janji. Akan kakek urus semua keperluan Naura ketika kamu bercerai dengannya, bahkan akan kakek tanggung seumur hidupnya. Dia tidak akan pernah kekurangan materi."

Demi apapun Aldi sangat marah sekarang, kedua tangannya mengepal begitu kuat serta matanya terpejam. Harus dengan cepat menyadarkan dirinya sendiri agar tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan.

Laki-laki tua yang ada dihadapannya tidak pernah salah hanya saja Aldi yang ceroboh. Selalu Aldi yang bersalah atas kejadian antara orang-orang terdekatnya bahkan Naura sekarang menjadi korban. Wanita baik dengan segudah kelebihan itu kini harus masuk perangkap Aldi.

Dada Aldi sesak serta sangat marah kepada dirinya sendiri.

Aldi menghempaskan lengannya yang baru tersadar jika masih digenggam oleh wanita yang duduk dihadapannya.

Wanita itu tidak dapat menutupi keterkejutannya mendapat perlakuan yang bisa dibilang kasar oleh Aldi tetapi untuk saat ini hanya diam. Menarik kedua tangannya untuk diletakkan pada pangkuannya serta ditautkan mencoba mencari kekuatan untuk dirinya sendiri serta harapan yang tidak pernah putus.

Selalu ada harapan untuk kehidupan yang dijalaninya.

"Materi tidak pernah bisa membeli kebahagiaan kakek," sahut Aldi penuh dengan penekanan sekarang sudah bisa mengontrol dirinya sendiri untuk lebih tenang dan menyingkirkan semua amarahnya.

"Pendapat yang sangat salah, kebahagiaan hadir jika ada materi yang berlimpah dan serba berkecukupan."

"Lalu bagaimana mama dan papa, mereka sama sekali tidak bahagia selama hidupnya."

Seketika suasana berubah menjadi tegang, Aldi tidak bisa mengontrol lagi perkataannya. Aldi ingin mempertahankan miliknya sekarang, tidak bisakah Aldi ingin bersama dengan Naura selama hidupnya. Wanita itu mampuh membuat Aldi setenang sekarang tidak lagi memikirkan banyak pikiran yang selalu membebani benaknya.

Hidup bersama Naura adalah suatu kebahagiaan tersendiri.

"Jaga ucapanmu Aldi!" bentak laki-laki tua dan sudah menegakkan tubuhnya menetap cucunya yang kini sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa.

Ada perasaan sakit yang tidak bisa dilontarkan dengan bentakan.

"Kek, Aldi bahagia bersama Naura."

"Itu kebahagiaan yang terbangun karena adanya keadaan yang salah, ingat Aldi kakek hanya memberikan waktu tertentu bukan selamanya kamu bisa bersama Naura. Dari awal sudah kakek ingatkan jika kamu tidak bisa selamanya bersama Naura. Kamu sebenarnya sudah tahu jika akhirnya akan seperti ini Aldi. Cepat selesaikan dan jangan sampai menambah masalah, Naura juga belum mempunyai anak darimu. Tinggalkan dia dan biarkan dia kembali kepada kehidupannya yang dulu selain itu akan kakek lengkapi semua kebutuhannya. Kakek sangat bertanggung jawab."

Rasanya kepala Aldi seperti ingin pecah sekarang, semua pembelaan tidak bisa dimenangkan oleh dirinya. Dari awal memang Aldi yang bersalah, kesalahan yang terbentuk karena dirinya sendiri dan sekarang hanya dirinya juga yang harus menyelesaikan masalah ini.

Agar tidak menambah luka kepada orang lain.

"Aldi tidak bisa kek." Pungkas Aldi pada akhirnya.

Percayalah saat ini semua pikiran Aldi tertuju kepada Naura, empat tahun yang sangat berkesan dan sudah menjadi cerita yang begitu indah dalam kehidupan Aldi.

"Kamu masih mempunyai waktu, pikirkan segala resiko, jangan sampai salah mengambil keputusan. Jika ingin Naura bahagia, lepaskan."

Sebuah pernyataan yang tidak bisa dibantah dan setelah mengucapkan kalimat itu laki-laki tua itu bangkit lalu melangkah keluar. Suara langkah kaki yang begitu tegas memang benar-benar tidak bisa terbantahkan.

Memberi kebebasan yang tidak benar-benar membebaskan itu adalah pelajaran yang sangat berharga bagi Aldi. Saat dalam situasi seperti itu jangan sampai setiap keputusan yang diambil akan membuat dirinya hancur.

Akan tetapi, sekarang Aldi sudah sangat membuat kesalahan. Lalu apa yang harus Aldi lakukan untuk membuat sekecil mungkin resiko yang akan di akibatkan.

"Kamu tidak bisa lari Aldi, semua sudah terikat janji. Pilihanya kamu hanya bisa menurutinya."

Aldi mendongakkan kepalanya dan bertemu dengan sepasang mata cantik yang selalu saja mengikat, dulu.

Aldi mendengus marah.

"Bahkan di saat perjanjian itu kamu tidak ada, kamu sama sekali tidak paham."

"Aku paham Aldi, aku sangat paham. Aku paham tentang kehidupanmu meski kamu selalu menutup mulut untuk tidak pernah bercerita, aku paham karena kamu duniaku."

Aldi langsung bangkit dari kursinya melangkah terburu-buru untuk segera pergi dari ruangan itu. Meninggalkan semuanya dan segera kembali pada Naura karena hanya wanita itu yang membuat Aldi utuh.

Wanita hanya terdiam di tempatnya, tidak mencegah kepergian Aldi dan lebih memposisikan dirinya seperti seorang pengamat dan sebuah senyuman tipis terbentuk dibibirnya akan tetapi tangis jatuh dari kedua mata cantiknya.

Terlihat baik-baik saja tidak akan pernah membuat semuanya baik-baik saja juga justru akan menambah beban.

Dering ponsel mengahruskan wanita cantik itu mengusap air matanya, menghela napas beberapa kali dan mengangkat telpon.

"Baik, tunggu sebentar lagi saya akan datang."

Waktu tidak akan berhenti ketika kesedihan menyelimuti, waktu akan selalu berputar karena memang itu tugaskan.

***

Aldi tidak bisa tenang sekarang, jalanan kota kini sudah benar-benar sepi hanya ada beberapa yang melintasi jalan bersama kendaraan yang Aldi naiki sekarang.

Hanya ada satu keinginan Aldi sekarang yaitu ingin segera bertemu dengan Naura.

"Angkat Naura aku mohon," lirih Aldi yang sudah lupa sekarang jam berapa.

Setidaknya mendengar suara Naura juga akan menjadi obat untuk Aldi sekarang.

"Hallo"