Naura bahkan sampai memukul dada bidang Aldi, sungguh Naura sangat terkejut ketika tiba-tiba salah satu tangan Aldi dengan cepat membawa tubuhnya untuk duduk dipangkuan Aldi.
Sudah dikatakan jika Aldi banyak menyimpan banyak kejutan dan Naura memang harus siap dengan semua kejutan itu dalam segala kondisi.
Kejutan yang selama ini membuat Naura senang.
Aldi yang mendengar suara terikan Naura serta merasakan pukulan di dadanya tetapi meresponnya dengan tersenyum dan menatap Naura.
"Jadi yang mana? Apa perlu aku bawa semuanya?" Naura tidak mempermasalahkan tindakan tiba-tiba Aldi tadi dan sekarang kembali fokus pada tujuannya yang masuk ke dalam ruangan ini dan masih duduk dipangkuan Aldi.
Hanya untuk meminta jawaban Aldi untuk memilih salah satu dari dua kemaja.
Naura memang tidak terlalu suka membawa banyak barang bawaan, seperlunya saja.
"Semua baju yang kamu pilihkan pasti aku pakai," jawab Aldi dan kini sedang menggoda wanitanya itu dengan mengedipkan sebelah matanya dan membuat raut wajahnya untuk terlihat imut sedemikian rupa.
Naura hanya tersenyum tipis dan dengan gerakan cepat ingin keluar dari kungkungan Aldi tetapi sayang tenaga Naura tidak bisa menyeimbangi tenaga Aldi dan usahanya tidak berhasil.
Tangan Aldi masih setia melingkar pada pinggang Naura memang tidak memeluknya erat tetapi terlalu sulit untuk keluar dari sana.
"Masih banyak yang perlu disiapkan Aldi," ucap Naura menatap lurus pada kedua mata Aldi.
"Bahkan sampai suamimu belum kamu urus," sahut Aldi serta sudah menyandarkan kepalanya pada ceruk leher jenjang Naura. Menyejalkan kepalanya disana, kehangatan yang Aldi dapat membuat seluruh tubuhnya sangat santai serta pikirannya begitu tenang.
Hanya Naura yang menjadi obat penenang Aldi dan Aldi ingin selalu berada di dekat Naura.
"Semuanya sudah aku siapkan Aldi, makanan sudah siap, air hangat sudah siap, baju yang nantinya akan kamu pakai juga sudah siap dan segala aksessoris yang akan kamu pakai sudah aku siapkan," ucap Naura menghela napas pelan.
Jika Aldi sudah bersikap seperti ini akan sangat sulit untuk Naura jauh darinya, Aldi yang menjelma menjadi anak kecil terlihat menggemaskan dan juga menjengkelkan. Dua sifat yang Naura rasakan tetapi Naura tetap senang.
Semua yang ada pada diri Aldi selalu terlihat istimewa bagi Naura.
Kepala Aldi bergerak mencari kenyamanan serta kedua tangan Aldi yang sudah berubah posisi untuk berjelajah pada punggung Naura.
"Berapa jam lagi kita akan pergi?"
Begitu mendapat tempat ternyaman kini hanya kedua tangan Aldi yang bergerak naik turun mengelus punggung Naura.
Pasangan yang sudah memiliki status yang jelas memang semudah itu memberikan banyak kenyamanan kepada pasangannya. Tidak tersekat oleh tembok penghalang yang ada akan selalu dekat dan mendampingi.
Kedua mata Naura tertuju pada jam yang menempel pada dinding.
"Dua jam lagi dan kamu sebaiknya segera bergegas, kamu selalu ceroboh dalam hal bersiap-siap," omel Naura menatap laki-laki paling tampan yang selalu bisa membuatnya bahagia.
"Aldi, ayolah kerja samanya. Masih banyak yang harus aku siapkan, bahkan masakan untuk papa dan kak Fadil belum aku masukkan ke dalam tempatnya. Kalau kamu menahanku seperti ini, kita akan telat untuk bisa melihat sunrise nantinya."
Kepala Aldi memundur lalu sedikit mendongak untuk melihat pada kedua mata cantik milik Naura.
"Tapi aku sangat malas jika makan sendiri," ucap Aldi sambil memainkan bibirnya.
Lagi-lagi menampilkan raut wajah seperti anak kecil yang sedang merajuk.
"Akan aku temeni makan lalu kamu segera bersiap."
Lingkar tangan pada pinggah Naura terlepas lalu Naura bangkit dengan diikuti Aldi berdiri dari tempat duduknya serta memeluk miring Naura untuk berjalan keluar dari ruang kerja Aldi untuk segera mungkin bersiap dan memulai perjalanan.
Rencana untuk bisa melihat sunrise semoga saja bisa terwujudkan.
***
Membutuhkan waktu hampir dua jam untuk mempersiapkan semuanya dan kini sekali lagi Naura meneliti semua barang bawaannya. Mulai dari hal terkecil atau hal yang terlihat sepele juga barang yang menurutnya sangat harus dibawa sedangkan Aldi hanya duduk manis di sofa empuk yang bertengger pada ruang tamu sambil memperhatikan kesibukan Naura. Sesekali tertawa kecil melihat raut wajah Naura yang beberapa kali tertangkap dengan berbagai macam ekspresi.
"Ada yang perlu aku bantu?" tanya Aldi dan masih duduk di tempatnya.
Tadinya Aldi sudah akan membantu Naura untuk menyiapkan barang-barang itu tetapi Naura mencegah tindakan Aldi dan mendorong Aldi untuk duduk disini.
Sepertinya akan bertambah lama jika Aldi ikut menyiapkan barang-barang itu dan menggangu Naura.
"Bantulah dengan do'a. agar semua barang tidak ada yang tertinggal. Semua barang yang akan kita bawa penting semua," sahut Naura yang bahkan tidak memalingkan wajah dari barang-barang yang ada dihadapannya untuk menghadap Aldi.
Naura sepertinya memang sangat sibuk, menghitung dengan jari serta membuka beberapa kotak untuk melihat kembali isinya.
Naura sangat khawatir jika ada satu barang yang tertinggal.
Aldi menghela napas panjang dan juga berat, ini adalah kondisi yang sama sekali tidak disukai oleh Aldi. Ketika Naura berbicara kepadanya tetapi tidak menatap kearahnya adalah kekesalan tersendiri bagi Aldi.
"Butuh berapa kali kamu membuka tutup semua kotak dan harus berapa kali kamu menghitungnya?" tanya Aldi yang sangat menahan dirinya agar jangan sampai bangkit dari kursi dan langsung mengendong istrinya itu ke dalam mobil.
Membiarkan semua barang tertinggal tetapi Aldi tidak bisa melihat istri tersayangnya marah kepadanya sepanjang hari karena ide nakalnya itu.
Aldi tidak pernah bisa jika hal itu terjadi. Jadi, pilihan yang tepat adalah duduk dengan tenang sambil menghela napas beberapa kali dan menahan dirinya sendiri untuk tidak bertindak ceroboh.
"Aldi, tadi rending aku masukkan ke dalam kotak warna apa?" tanya Naura yang terhitung baru satu kali memalingkan wajah kepada Aldi.
Baiklah, Aldi hanya bisa menghela napas. Bahkan tadi Naura sudah membuka kotak itu dimana rending ditempatkan dan Aldi sudah hapal karena terhitung sudah dua kali Naura membuka kotak itu.
Dalam kondisi seperti ini memang Naura sedikit melelahkan, menggemaskan dan juga menjengkelkan bagi Aldi.
"Kotak warna abu-abu sayang, kamu sudah membuka semua kotak dan semua sudah lengkap. Jadi, segeralah untuk berangkat. Tadi katanya ingin tepat waktu melihat sunrise," jawab Aldi panjang lebar.
Kini gantian Aldi yang mengingatkan Naura agar segera bergegas.
Naura mengangkat kedua bahu dan tersenyum tipis lalu membuka kotak yang sudah disebut oleh Aldi tadi.
"Tidak bisakah aku langsung mengendongmu," batin Aldi yang seperti berteriak tetapi sangat tertahan.
"Ayo sayang," rengek Aldi semakin menekuk wajahnya.
"Nanti dulu, nanti kalau ada yang tertinggal bagaimana? Kamu mau balik lagi untuk mengambilnya. Aku capek-capek sudah masak sebanyak ini dan juga mempersiapkan semua ini. Aku tidak rela kalau tertinggal, kan sayang Mas," ucap Naura panjang lebar dan pada kata bagian 'Mas' sangat ditekan.
Panggilan yang paling membuat Aldi candu tetapi sangat jarang Naura ucapkan karena lebih suka memanggil nama meski usia mereka berjarak beberapa tahun.
Aldi menelan ludah dengan susah payah, seluruh tubuhnya seakan- akan melayang dan seluruh tubuhnya sangat tidak terkontrol ketika Naura memanggil dirinya dengan 'Mas'.
Tanpa berpikir panjang lagi Aldi bangkit dari duduknya dan kembali melancarkan aksinya.
Ke khawatiran Naura sangat membutuhkan banyak waktu.
"Mas, turunin."