Chereads / GRANDE / Chapter 2 - Antara Sempurna dan Tidak

Chapter 2 - Antara Sempurna dan Tidak

Security hotel yang mendampingi dan bersikap bak bodyguard segera menyingkir. Ia akan melaksanakan perintah dengan baik.

Alice melangkah mantap menuju lift. Di dalam sana, ia menghela napas panjang dan dalam. Meski bukan kali pertama, tapi ia tetap nervous.

Ting!

Pintu lift terbuka. Alice semakin menegakkan postur tubuh, kepalanya juga. Ia bersikap layaknya orang yang sok tapi benar-benar punya kemampuan.

Di ballroom, sedang ada pertunjukan pembuka, hiburan berupa nyanyian. Langkah Alicepun seolah diiringi.

Semua tatapan tertuju pada Alice. Jelas, perempuan itu semakin menebarkan pesona.

"Alice! Hai!"

Alice segera menengok ke arah kanan, arah orang yang memanggilnya. Ia lantas mengumbar senyum.

Tangan yang dosodorkan untuk berjabat segera diberi respon. Alice dan orang itu melakukan dengan penuh antusias.

"You are pretty as always."

Alice tersenyum lebar.

"Ah, thank you."

Perempuan yang menyapa Alice membenahi posisi pouchnya. Dari penampilan, terlihat bahwa dia datang dari circle dan kelas yang setara dengan Alice.

"Selamat untuk launching produk barumu. Semoga makin sukses ke depannya."

"Terima kasih. Sukses juga untukmu."

Perempuan penyapa yang bisa disebut sebagai teman itu semakin mendekatkan diri pada Alice. Ia bersiap membisikkan sesuatu.

"Jangan lupa bonusnya!"

"Oh, oke...oke."

Perempuan itu tersenyum untuk kali ke sekian.

"Baiklah. Aku pergi ke sana dulu, ya. Itu ... bertemu grup sosialitaku."

Alice melihat ke arah yang dimaksud.

"Ah, oke. Nikmati pestanya!"

Teman perempuan mulai melangkah. Meski begitu ia menyempatkan diri untuk menengok sebentar ke belakang sambil melambaikan tangan.

"Daahh, Alice!"

"Bye, Dear!"

Alice melangkah menuju meja VIP. Sepanjang jalan, ia terus menebar senyum dan kehangatan pada setiap orang yang melakukan hal serupa padanya.

Satu persatu makanan berdatangan, memanjakan para tamu. Kecuali Alice, ia sama sekali tidak tampak menikmati hal ini.

Pandangannya terus diarahkan ke sana kemari. Ia sedang mencari seseorang, dan orang itu adalah Aaron.

Sungguh, Aaron seperti 'obat khusus' bagi Alice. Ia merasa kurang lengkap dan tidak bisa tanpa kehadirannya.

"Mari kita sambut, owner parfum keluaran terbaru ini, Alice!"

Alice makin panik. Dipandangnya pintu ballroom, berharap sang kekasih segera muncul dari sana.

"Nona Alice?"

Alice memutar kepala, menghadap ke arah panggung. Ia menelan ludah lalu memberanikan diri untuk maju.

Begutu berbalik dan menghadap ke arah tamu undangan, siapa sangka ternyata ia melihat Aaron. Ya, Aaron! Ah, dia membuat panik saja.

Dengan ditemani Aaron yang ada di ujung sisi kiri, Alice menunjukkan tingginya tingkat kepercayaan. Ia akan memulai sekarang.

"Halo, semuanya! Selamat datang di acara launching series terbaik parfum racikan Alice. Terima kasih sudah hadir."

Para tamu undangan yang sekarang berperan sebagai penonton itu merasa amat tertarik dengan pembawaan Alice. Mereka semua siap mendengar kata demi kata selanjutnya.

"Parfum ini diolah dengan teknologi tinggi. Bahan-bahannya juga sudah melalui seleksi ketat. Mari saksikan shownya!"

Alunan musik khas fashion show mengalun. Ini terdengar grande. Pun, Alice menggeser posisinya.

Para model bergantian menunjukkan wujud series terbaru parfum dari brand Alice. Semua terasa cantik dan sempurna di panggung yang didekor bernuansa pink, peach dan aneka warna turunannya.

Alice bisa lihat, semua orang tampak terpana dengan pertunjukan yang disuguhkan ini. Senyum senangnyapun tersungging, apalagi Aaron juga fokus padanya.

Beberapa menit kemudian, pertunjukan akhirnya usai. Alice lalu melanjutkan dengan menjelaskan bahan-bahan dan sedikit banyak tentang proses pembuatan. Dan, yang terakhir tentu promosi.

"Jadi, ya ... kuharap kalian menyukainya. Terima kasih."

Sebuah ledakan kecil terdengar. Bukan hanya tamu undangan, Alice sendiri juga terkejut.

Bukan, ini bukan bom atau bagian dari teror. Suara itu berasal dari alat yang menebarkan kelopak mawar merah muda.

Bersamaan dengan ledakan, ada aroma wangi semerbak yang tercium. Ya, salah satu dari series terbaru parfum.

Untuk beberapa saat, orang-orang menikmati aroma itu, ada juga yang menghirupnya dalam-dalam. Tepuk tangan jelas menggema seantero ballroom.

Alice mengumbar senyumnya. Ia meletakkan 1 tangan di dada, menunjukkan tanda terima kasih yang tinggi.

Turun panggung, itulah yang Alice lakukan sekarang. Acara sudah berakhir dengan adanya pertunjukan berupa nyanyian penutup.

Aaron lantas bergerak cepat menghampiri Alice. Ia memberikan pelukan dan sebuah kecupan tepat di keningnya.

Banyak wartawan bergerombol dan mengelilingi Aaron serta Alice. Keduanyapun menunjukkan kesiapan untuk menyambut dan bersikap terbuka.

"Alice, bagaimana perasaanmu?"

Alice tersenyum.

"Tentu senang, senang sekali."

Microphone berpindah. Arahnya menuju pada Aaron sekarang.

"Aaron, bagaimana tanggapanmu soal launching produk terbaru Alice?"

Giliran Aaron yang menebar senyum kini.

"Aku ikut bangga. Dukungan dan segenap cinta selalu ada. Seperti aku, kuharap kalian juga melakukan hal yang sama pada Alice dan produknya."

Aaron plus Alice harus melalui serangkaian sesi tanya jawab bersama para wartawan. Kadang wajah mereka serius, tapi beberapa kali juga penuh canda.

"Oke. Terima kasih. Bisa kita ambil foto-foto kalian sekarang?"

"Ah, tentu."

Aaron memeluk pinggang Alice. Ia menarik perempuan itu agar lebih mendekat padanya.

Pose-pose berbeda Aaron dan Alice tampakkan. Semuanya penuh dengan kemesraan dan rata-rata hot, seperti memeluk perut, tubuh bagian atas, hingga saling mengecup bibir.

"Oh, manisnya! Baik. Terima kasih untuk waktu kalian."

"Oke. Sama-sama."

Para wartawan meninggalkan Alice dan Aaron. Untungnya tidak ada orang lain lagi yang mendekat. Jadi, Aaron bisa melakukan sesuatu.

Sebuah kode Aaron berikan pada salah satu staf banquet. Ini lewat gerakan kepala, sekali tapi mudah dimengerti.

Staf banquet laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Aaron itu pergi. Tidak lama kemudian ia kembali lagi dengan sebuah buket bunga berukuran besar.

Segera buket itu berpindah tangan. Yup, Aaron sigap menerimanya.

"Terima kasih."

"Sama-sama, Pak."

Staf banquet menyingkir. Ia meninggalkan Aaron dan Alice berdua, masih di tengah keramaian para tamu undangan yang belum meninggalkan lokasi acara.

Benar, Alice terkejut. Untuk kali ke sekian ia dapat hadiah lagi dari Aaron.

Alive menerima buket. Ia memeluknya dengan perasaan amat senang.

Sekian detik berlalu, Alice memperhatikan buket bunga. Matanya fokus meneliti setiap detail rangkaian mawar peach yang berpadu dengan baby breath.

"Hmm, Aaron ...."

"Ya, Alice?"

Alice memutar-mutar buket, terus melihat dari berbagai sisi.

"Buket pilihanmu ini tidak pas. Kurasa ukurannya terlalu jumbo. Aku bisa tenggelam saat foto bersama ini nanti."

Aaron mengernyitkan dahi. Ia merebut buket dari tangan Alice. Sama, ia meneliti.

"Ah, tidak. Ini bagus. Kupikir amat sesuai dengan acara segrande ini."

Alice yang menggerutu kembali mengambil alih buket. Ia meneliti lagi.

"Lihat! Kenapa baby breathnya diletakkan di sela-sela? Ini akan terlihat cantik jika dirangkai mengelilingi mawar."

Aaron melirik Alice. Ia agak dongkol, menganggap pemberiannya dihina.

"Ya sudah, mau atau tidak?"

Alice menatap Aaron.

"Eh, apa maksudmu?"

"Kalau tidak mau, biar kuberikan pada orang lain."

Alice mulai emosi.

"Siapa? Perempuan? Oh, berani?"

Aaron menunjukkan raut menggampangkan.

"Kenapa memang? Tidak masalah memberikan itu pada siapapun, termasuk perempuan cantik. Katakan! Mau atau tidak?"

"Jangan membentakku! Ini, ambil saja buket payahmu!"

Aaron terkejut dengan sikap Alice. Ia jelas juga emosi. Karenanya bahkan ia meremas kuat buket lalu membuang begitu saja.