Chereads / Just About Us (Move To New Link) / Chapter 18 - I'm Sorry, I Love You Part 18

Chapter 18 - I'm Sorry, I Love You Part 18

Aku tersentak bangun dari tidur lelap yang begitu panjang itu. Lalu kulihat Christian tidak ada disampingku lagi.

Oh sial, aku tidak tau jika ternyata aku tidur begitu lelap sampai tak menyadari bahwa Christian sudah pergi.

Dengan cepat aku beranjak dari ranjang. Aku ingin menghubungi Christian, kenapa dia pergi tapi tak mengatakan apapun padaku.

Eh tapi langkahku mendadak berhenti, setelah melihat sebuah surat didekat meja lampu tidur.

Alisku berkerut dalam sembari tanganku meraih surat itu. Kapan dia menuliskan ini. Sepertinya dia bangun lebih cepat dari dugaanku.

Aku duduk kembali dipinggiran ranjang, mataku sudah terbuka sempurna, dan tubuhku sudah sadar sepenuhnya. Jantungku jadi berdetak kencang memikirkan apa yang ditulis oleh Christian disurat ini.

Jika ada yang ingin dia sampaikan kenapa tidak langsung membangunkanku saja, daripada repot harus menulis surat. Ah apa mungkin karena dia masih enggan untuk berbicara langsung denganku, makanya lebih memilih untuk menuliskannya disurat.

Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan sebelum membaca isi suratnya. Dengan perlahan aku membuka lipatan surat.

Pertama-tama aku cukup takjub dengan tulisan Christian yang rapi, hampir seperti tegak bersambung. Sepertinya surat ini ditulis menggunakan pena mahal, terlihat dari tintanya yang tebal.

"Untuk Hazel Grace Scott" lirihku pelan membaca baris pertama yang dituliskan oleh Christian.

Baris selanjutnya membuatku terpaku, terdiam membisu, tak pernah terbayangkan jika Christian bisa menuliskan kalimat seperti itu.

"Aku menyadari jika sikapku tadi malam keterlaluan padamu. Aku tidak seharusnya berbicara kasar padamu dan membuatmu menangis. Setelah mengatakan hal menyakitkan seperti itu, aku tak punya keberanian untuk menghapus air matamu. Karena akulah yang menyebabkanmu jadi menitikkan air mata,"

Aku berhenti sejenak. Mendadak ingin menangis. Apa yang dikatakan Christian membuat hatiku tersentuh. Dia menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya. Itu adalah sikap seorang lelaki bukan.

Kubiarkan air mata jatuh dari pelupuk mataku, tanpa berniat untuk menghapusnya. Kulanjutkan membaca baris selanjutnya. Setiap kata yang dituliskan oleh Christian menggambarkan bahwa dia menyesal telah dengan buruk memperlakukanku.

"Mungkin bagimu sikapku memang berlebihan. Tapi apa yang terpenting bagiku saat ini adalah waktu yang kuhabiskan bersamamu. Untuk itu aku menyusun berbagai rencana yang hanya ingin kujalankan bersamamu. Aku mengerti jika kau khawatir akan kondisiku, setelah 3 kali melihatku dalam kondisi yang sangat memalukan,"

Oh Tuhan. Aku sudah melakukan hal buruk pada Christian.

"Sejujurnya, bagiku sangat memalukan, membuatmu melihatku dalam kondisi yang aku tak ingin kau lihat. Aku jadi terlihat lemah didepanmu. Bukan itu yang aku inginkan. Untuk itu, aku memintamu untuk tak perlu khawatir akan kondisiku, Hazel"

Apakah itu yang dirasakan oleh Christian setiap kali aku menemukannya sangat kesakitan. Tapi kenapa itu harus membuatnya malu, sedangkan aku merasa panik saat melihatnya begitu.

"Aku mengerti jika sebenarnya rasa peduli dan khawatirmu itu bukanlah kepura-puraan. Tapi aku sebelumnya tak pernah merasa diperlakukan seperti itu. Aku takut semakin kau peduli padaku, aku akan semakin meminta lebih pada Tuhan. Aku takut rasa pedulimu itu masuk terlalu dalam dihidupku, Hazel"

Kini beberapa bagian kertas itu sudah terkena air mataku yang semakin deras berjatuhan. Kenapa dia harus takut, padahal dia hanya perlu menerimanya. Aku sangat peduli padamu. Kau hanya perlu menerima itu.

Aku semakin tak mengerti, apa yang telah terjadi dengan Christian dulu. Kenapa dia bisa sampai berpikir seperti itu. Apa karena dulu tak ada yang merasa peduli padanya, hingga dia rasanya aneh saat menerima sikap peduliku.

Aku membaca paragraf berikutnya.

"Aku mungkin masih sulit melupakan bahwa kau adalah penyebab kematian Liam. Tapi aku ingin kau tau, bahwa aku sampai saat ini masih berusaha untuk mengikhlaskan yang telah terjadi. Untuk itu aku ingin menjadi lebih baik kepadamu. Aku tau bahwa Liam sangat mencintaimu,"

Aku semakin terharu. Benarkah ini Christian yang sama dengan Christian yang memaksanya menandatangani perjanjian itu? Atau apakah ini sifat asli Christian. Kalimat 'Aku tau bahwa Liam sangat mencintaimu', kenapa itu terasa janggal.

Jika Liam saja tak pernah menceritakan tentang Christian padaku, bagaimana bisa Liam menceritakan tentangku pada Christian. Atau mungkin Christian tau dengan sendirinya? Kenapa semakin aku ingin mengenal Christian, semakin banyak hal-hal tersembunyi dari dirinya.

"Aku sungguh minta maaf tentang sikapku malam tadi. Aku akan mengganti waktu untuk makan malam yang tertunda kemarin. Maaf aku membuatmu terkejut. Tapi kau tak perlu berpikir bahwa aku kembali membencimu. Itu sama sekali tidak benar, Hazel"

'Aku harusnya yang mengganti acara makan malam yang telah kau rencanakan itu, karena aku telah merusaknya' batinku tersenyum kecut.

"Aku akan melakukan perjalanan bisnis untuk seminggu kedepan. Aku sengaja menulis surat ini karena tak ingin membangunkanmu yang tertidur lelap. Terima kasih karena telah berada disampingku dan menemaniku tidur. Berkatmu, aku tak jadi bermimpi buruk,"

Oh jadi Christian sedang ada perjalanan bisnis. Tapi kemana ya. Ah tak apalah yang penting dia sudah mengabariku tentang kepergiannya. Namun seketika pipiku memanas saat membaca kalimat terakhirnya.

Kalau bukan karena kenekatanku, aku tak akan mungkin berakhir tidur disampingnya.

"Terima kasih, Hazel. Sekali lagi maafkan aku. Sampai bertemu dipesta perayaan ulang tahun perusahaan. Aku menantikannya,"

Surat yang dituliskan Christian ditutup dengan kalimat manis darinya. Duh kenapa hatiku jadi girang sendiri ya. Rasanya senang saat Christian mengatakan bahwa dia menantikan waktu saat bertemu denganku nanti.

"Aku juga menantikannya" gumamku sambil tersenyum lebar. Air mata yang tadi tumpah sekarang sudah bergantikan dengan senyuman diwajahku.

Aku tak sabar ingin mengabari Christian bahwa aku telah membaca suratnya. Buru-buru aku keluar dari kamar dan masuk ke kamarku mengambil ponsel. Dengan jari yang berpeluh aku mencari kontak Christian.

Aku menunggu dengan sabar panggilan diseberangku terangkat, hingga akhirnya....

"Halo?" suara berat Christian menyapaku, yang entah bagaimana langsung membuatku menyunggingkan senyum.

Aku berdehem singkat untuk menormalkan suaraku agar tidak malu-maluin. "Hai, aku sudah membaca suratmu. Ah apa kau saat ini sedang bekerja?"

Aku lupa. Pasti dia tengah sibuk dengan pekerjaannya kan.

"Tak apa. Aku meluangkan waktu setelah melihat namamu tertera dilayar ponselku"

Aku jadi tertawa kecil, cengengesan sendiri. Aduh duh, kenapa aku bisa sebahagia ini.

"Maaf, aku langsung pergi begitu saja," ucap Christian diseberang sana, nada bicaranya terdengar menyesal dan sedih.

"Tidak apa kok. Aku juga lega setelah membaca surat darimu. Terima kasih ya," balasku masih cengengesan.

Christian tertawa diseberang sana, terdengar renyah dan nyaring. "Aku sama sekali tak berbakat dalam membuat kalimat. Jadi aku hanya mengatakan apa adanya saja"

Aku sangat mengapresiasi sikap Christian yang berusaha untuk memperbaiki keadaan, seperti saat ini. Aku juga tak ingin membuatnya kecewa dengan sifat egoisku yang membuat kami jadi bertengkar.

"Itu sudah bagus kok. Yang penting apa yang ingin kau sampaikan padaku, sudah tersampaikan. Aku juga minta maaf karena terlalu berlebihan khawatir padamu,"

"Hazel, aku senang kau peduli padaku. Aku hanya merasa takut-"

"Christian, aku mengerti. Kau tak perlu takut. Kau hanya perlu menerimanya,"

'Cukup terima semua perlakuan tulusku padamu,' batinku melanjutkan. Tapi aku tak bisa mengatakannya padanya.

"Terima kasih. Aku akan mengganti jadwal kita yang kemarin gagal itu, jadi kau tak perlu merasa tak enak lagi,"