Aku dengan susah payah membuka mataku yang masih terasa berat. Lalu menguceknya sedikit kuat agar bisa terbangun.
Samar-samar aku melihat langit-langit kamar yang sudah tidak asing lagi dipenglihatanku.
Ini adalah kamarku.
Aku mengerjap beberapa kali untuk membiasakan mataku melihat-lihat benda disekitar.
Lalu mataku berhenti menatap sesosok manusia sempurna yang tengah tidur dengan pulasnya disampingku.
Baru kusadari jika ternyata ada sebuah tangan yang menempel erat ditubuhku.
Aku menggeliat berusaha melepaskannya, namun tangannya semakin melingkar kuat dipinggangku.
"Christian," lirihku serak.
Aku berdehem beberapa kali untuk mendapatkan lagi suaraku.
"Christian," panggilku sembari mengguncang tubuhnya.
Christian menggeliat, tapi tidak terbangun dari tidurnya. Hanya geraman singkat yang menandakan bahwa dia tak ingin diusik.
Karena Christian yang tak kunjung terbangun, aku berusaha melepaskan tangan Christian, namun saking kuatnya dia melingkarkan tangannya ditubuhku, aku tak bisa melepaskannya.
Astaga. Sebenarnya apa yang terjadi tadi malam? Kepalaku masih terasa pusing, tapi perutku sudah tidak lagi seperti berguncang-guncang.
Aku memijat pelan kepalaku seraya mengingat-ingat kembali kejadian malam tadi.
"Apa kau sudah mengingat kejadian malam tadi?" racau Christian masih dengan matanya yang terpejam.
"Sedang berusaha," sahutku datar.
Seingatku, aku menggantikan Christian minum, saat itu dia sedang bersama dengan seorang wanita. Aku tak tau siapa wanita itu, aku juga tak menanyakan siapa dia.
Kepalaku langsung pusing begitu aku menenggak minuman pertama. Tapi aku justru tidak ingin berhenti, malah semakin lancar aku menenggaknya.
Sepertinya saat itu aku mulai setengah sadar. Tapi aku masih ingat jika Christian akan menghukumku jika aku tidak berhenti minum, namun aku tidak peduli ancamannya.
Lalu aku mengatakan pada wanita itu untuk menghubungiku juga jika dia berencana mengajak Christian minum lagi. Karena aku akan jadi penyelamatnya.
Hah astaga. Sungguh sangat memalukan. Kenapa aku bisa mengatakan hal seperti itu ya. Bagaimana aku bisa menghadapi wanita itu lagi nanti.
Setelah itu, Christian menarik paksa tanganku dan membawaku pergi dari sana. Ah sepertinya aku sempat melambai-lambai pada wanita itu.
Oh iya, wanita itu juga mengatakan bahwa aku dan Christian adalah pasangan serasi.
Ya Tuhan. Aku sungguh malu. Sekarang wajahku jadi panas. Pasti ikut memerah juga.
Aku sontak menutup wajahku dengan kedua tangan. Apa yang wanita itu pikirkan ya.
Christian mulai menggeliat lagi. Namun kali ini sudah melepaskan tangannya yang dengan rusuh melingkar ditubuhku.
Aku baru bisa bernapas dengan lega. Kini posisi Christian jadi membelakangiku.
Aku bangkit dan duduk dulu untuk menjernihkan lagi pikiranku dari kepingan-kepingan ingatan tentang peristiwa tadi malam.
Ada kejadian apa lagi setelah itu.
SRET!!!!
Selimut yang menutupi tubuhku tadi meluncur begitu saja. Aku menganga lebar sekali saat kulihat diriku hanya memakai baju tidur transparan yang sangat seksi. Ini adalah baju yang bahkan tak pernah kupakai dalam keadaan sadar. Tapi sial, aku malah menggunakannya ketika sudah kehilangan akal sehatku.
Astaga. Ini gila, benar-benar sudah gila. Kenapa ini bisa terjadi? Apa yang telah aku lakukan sampai bisa memakai baju seksi begini.
Ta-tapi tidak ada apapun yang terjadi kan. Aku menyibak sedikit selimut yang menutupi tubuh Christian. Lalu menghela napas lega saat mendapati Christian hanya bertelanjang dada.
Berarti memang tidak terjadi apapun.
Bagaimana ini. Sungguh bodoh. Tolong ingatlah lagi diriku. Apa yang sudah aku lakukan tadi malam.
Sebaiknya aku segera mandi untuk benar-benar menjernihkan pikiranku. Aku pasti akan bertingkah yang tidak-tidak jika sudah mabuk.
Tapi ini sudah terlalu lama sejak aku minum alkohol yang terakhir kalinya.
Yang tadinya kupikir aku kuat minum, sekarang sudah tidak kuat lagi.
Ah. Tiba-tiba perasaanku menjadi buruk.
Baru aku ingin beranjak dari ranjang, Christian sudah menarik lagi tanganku dan menindih tubuhku.
Dadanya yang bertelanjang menyentuh dadaku. Itu menekanku dengan keras. Detakan jantung Christian bahkan sampai terasa berdebum didadaku.
"Apa yang kau lakukan Christian,"
Christian menyeringai jahat. "Menurutmu apa lagi? Apa aku perlu menjelaskan?"
Napas Christian berhembus ditelingaku, yang langsung mengirimkan sinyal getaran keseluruh tubuhku.
"Hentikan, Christian," pekikku kaget saat tangan Christian menyentuh perutku dengan lembut dan menggoda.
Napas Christian naik turun, mungkin dia juga turut merasakan getaran panas didalam tubuhnya.
"Kau harus bertanggungjawab untuk ini, Hazel,"
Mata Christian terlihat berkabut, dia terus menelusuri tubuhku dengan tangannya. Mengusapnya dengan gerakan sensual.
"Ahh," erangku pelan.
Lalu menatap Christian dengan mata yang sama berkabutnya.
Aku menarik tengkuk Christian, lalu mendaratkan bibirku dibibirnya.
Bibirnya terasa panas, begitu juga seluruh tubuhnya. Ini terasa begitu berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"Hazel," erang Christian serak.
Aku mengusap pipi Christian, bibirnya yang terbuka menambah kesan seksi.
Ketika aku hendak menciumnya lagi, tiba-tiba terlintas dalam kepalaku kejadian tadi malam.
Eh tapi saat itu juga Christian berhenti mengusap setiap jengkal tubuhku dengan jarinya.
"Ada apa?" tanyaku sedikit merasa kecewa. Walaupun malu untuk diakui tapi rasanya begitu menyenangkan saat Christian menyentuhku. Kini aku harus menelan kecewa karena dia berhenti.
"Maaf. Aku tidak akan melakukannya tanpa seizinmu. Sebaiknya kau bersiap-siap. Aku akan menunggumu dibawah,"
Hah? Apa yang Christian katakan barusan. Kenapa dia berhenti. Biasanya dia juga tidak bertanya. Tapi kenapa dia jadi seperti ini sekarang.
Ah tentu hal ini membuat perasaanku jadi semakin buruk.
Christian kemudian bangkit dari tubuhku. Bagaimana ini, sepertinya aku tidak rela jika Christian berhenti.
Astaga, apa yang ada didalam pikiranku. Kenapa aku sampai sebegininya menginginkan Christian.
GREB!!!!
Aku meraih tangan Christian yang sebentar lagi akan sampai didekat pintu kamarku.
"Ada apa? Kenapa kau meminta izin dulu padaku? Padahal selama ini kau tak pernah melakukannya,"
Christian membalikkan tubuhnya menatapku dengan sendu. "Apa kau sudah mengingat kejadian tadi malam, Hazel?"
Aku tersentak. "Aku masih berusaha. Apa aku ada melakukan kesalahan?" tanyaku lagi padanya.
Aku tidak bisa digantung begini. Sialan, aku tak menyukainya. Christian berhenti tiba-tiba saat aku juga menginginkannya.
"Bukan kesalahan. Hanya alam bawah sadarmu mengatakan bahwa kau merindukan Liam. Kau menerima semua perlakuanku. Membuatku jadi bingung bagaimana sejujurnya perasaanmu. Lalu tiba-tiba aku merasa jika apa yang aku lakukan ini adalah hal yang menyiksamu. Kau masih terjebak mencintai Liam didalam hatimu,"
Tanganku yang tadinya menggenggam tangan Christian, jatuh meluruh kesisi tubuhku lagi.
"Hei, apa maksudmu. Kita kan sudah sepakat untuk saling lebih baik kedepannya. Aku sama sekali tak merasa bahwa kau menyiksaku, Christian. Kau bahkan begitu perhatian padaku"
Aku melihat sisi asli Christian yang lemah. Tampang keras dan dingin itu hanya wajah untuk menutupi aslinya.
"Aku memang tidak sadar bahwa aku mengatakan hal seperti itu. Mungkin memang didasar hatiku, aku merindukannya. Tapi itu sudah masa lalu, Christian. Sekalipun aku terjebak, bukankah kau seharusnya membantuku untuk terlepas?"
Christian menghela napas, "Apa kau sedang mempermainkan hatiku, Hazel?"
Aku menggeleng, "Tidak bukan begitu,"
Christian melepaskan tanganku. "Ya sudah, maafkan aku. Aku tak ingin memaksakan,"
Christian mengusap lembut puncak kepalaku, seraya tersenyum menenangkan. Lalu mencium keningku agak lama, dan berlalu begitu saja dari hadapanku.
Meninggalkan lubang yang tak bisa ditutup lagi.
Sepertinya aku memang sudah jatuh cinta padanya.
'Astaga, Hazel. Sebenarnya apa yang kau lakukan malam tadi. Apa yang sudah kau katakan pada Christian?' batinku memaki diriku yang saat ini uring-uringan berusaha mengingatnya.
Kalau aku tidak bisa mengingatnya, ini bisa mempengaruhi hubunganku dengan Christian, terlebih aku membawa-bawa sosok Liam.