Chereads / Just About Us (Move To New Link) / Chapter 8 - I'm Sorry, I Love You Part 8

Chapter 8 - I'm Sorry, I Love You Part 8

Begitulah akhirnya aku terperangkap bersama pria sombong nan psikopat itu.

Sejak kejadian terakhir kali di kantornya, aku belum lagi melihatnya. Aku juga tak pergi ke kantor. Melihat wajahnya saja sudah menyebalkan bagiku, apalagi kalau sampai harus adu mulut.

Tekanan darahku mungkin akan naik lagi.

Sudah 3 hari ini, aku tak menemui dia di rumah. Aku bahkan tak menelpon ataupun mengirimkan pesan padanya. Bertanya pada Brams saja tidak. Sepertinya dia bermalam di kantornya.

Kalau kupikir-pikir lagi memang aku salah karena telah menyinggung hatinya. Tapi dimana pembuktian ucapan Brams waktu itu yang mengatakan bahwa lambat laun Tuan Muda satu ini akan merubah sikapnya.

Ini sudah 6 bulan berlalu, tapi tetap saja tak ada perubahan, malah yang ada semakin kasar dan temperamental.

Apa yang sedang kupikirkan. Apa aku sedang berpikir untuk mencoba merubah sikapnya yang begitu? Disaat akulah yang menyebabkan dia jadi benci padaku? Lagipula untuk apa aku berusaha menyenangkan hatinya. Toh semua ini juga bukan keinginanku.

Tidak tidak tidak. Aku tarik kembali pemikiranku yang sudah gila ini, tak mungkin aku jatuh cinta padanya. Ya benar itu tidak mungkin. Satu-satunya yang ada didalam hatiku hanyalah Liam. Masih Liam dan terus Liam. Aku tak bisa menghilangkannya karena dia terlalu berarti untukku.

Tapi aku penasaran apa yang sedang terjadi dengan Christian. Dia juga tak menghubungiku, bahkan mengirimkan pesan pun tidak atau paling tidak menitipkan sesuatu pada Brams.

Ini sudah lewat jam 11 malam. Harusnya dia sudah pulang, tapi seperti yang aku katakan sudah 3 hari dia tidak juga pulang ke rumah.

Apa yang sebenarnya tengah terjadi padanya? Kenapa aku jadi se-khawatir ini. Apa aku coba telepon saja ya.

Lagipula pekerjaanku juga sudah selesai. Ya, sebagai bentuk kepedulianku dan tanggungjawabku, aku akan menghubunginya.

Dengan cepat aku menyambar ponsel yang berada diatas meja kerjaku, lalu mencari kontaknya dan menempelkan ponsel itu ketelingaku.

Bip.....

"Halo?" sapa seseorang disana. Suaranya terdengar serak.

"Kau ada dimana? Kenapa tak kunjung pulang?" kataku berusaha datar. Tapi sepertinya gagal karena aku terdengar khawatir.

"Hahaha. Apa kau merindukanku?"

Bicara apa dia ini. Dia sepertinya sedang mengigau.

"Apa yang kau pikirkan? Ini sudah jam 11 malam, kau sudah tak pulang 3 hari ini. Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Apa kau sedang menghindariku?" balasku ketus.

Oh sial. Aku jadi berbicara kasar dengannya.

"Christian. Kau ada dimana sekarang?" tanyaku lagi, kesabaranku mulai menipis. Ah sebenarnya aku sangat malu, tapi ya untuk mempertahankan harga diriku yang tinggi ini, aku pura-pura tak peduli saja.

"Terserah kau saja. Kau tak ingin pulang juga tak masalah untukku. Silahkan kau bersenang-senang," lanjutku kesal.

Ketika aku hendak mematikan ponsel, tiba-tiba dia menyahutiku,

"Aku sedang berada di kelab malam. Apakah kau bisa menjemputku saat ini? Kepalaku rasanya berat sekali,"

Aku syok. Pantas saja dia bicara melantur, ternyata dia sedang dalam keadaan setengah sadar.

"Aku kesana sekarang" balasku cepat, setelah dia memberitahukan dimana alamat kelab malam yang dimaksudkannya itu.

Entah kenapa perasaanku tiba-tiba jadi tidak enak. Tanganku mendadak keringatan dan jantungku berdetak kencang sekali. Sepintas ada perasaan takut sesuatu terjadi padanya lewat dihatiku.

Itu tidak berarti apa-apa kan?

Sudahlah bukan saatnya memikirkan itu. Aku dengan cekatan memakai jaket, mengambil dompet dan ponselku. Lalu keluar dari kamar, berlari menuruni tangga, dan mengambil kunci mobil didekat lemari khusus kunci-kunci.

Beruntung Christian meninggalkan mobil untukku.

Karena Brams tidak ada di rumah, aku pun mengunci pintu setelah keluar rumah. Ya walaupun keamanan disini terjaga tapi ya tetap saja aku harus kunci pintu kan.

Setelah mengunci pintu, dengan sangat bergegas aku masuk kedalam mobil dan menyalakan mesinnya dan langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi.

Keluar dari perumahan mewah ini, aku pun semakin menginjak pedal gas dan menuju lokasi dimana Christian saat ini berada.

Semoga saja tidak terjadi apapun padanya.

Aku butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai. Ketika sampai di kelab malam itu, aku segera masuk dan mencari-cari dimana Christian berada. Tapi nihil aku tak menemukannya.

Akhirnya aku putuskan untuk bertanya pada salah seorang bartender yang ada disana. Ya seperti dugaanku dia cukup terkejut mendengar aku menyebutkan nama Christian Waters.

Bartender tadi pun segera memanggil manajer pengelola kelab malam itu, lalu mengantarkan aku ke sebuah private room dimana Christian ada didalamnya. Wah level Christian memang jauh berbeda dari kebanyakan orang.

Setelah menunjukkan ruangan private tersebut, aku langsung membuka pintunya dan sungguh amat sangat-sangat terkejut melihat pemandangan mengenaskan.

Beberapa wanita malam sedang menggerayangi tubuh kekar Christian. Hal itu tak pelak membuatku naik darah.

"Apa yang sedang kalian lakukan? Menjauhlah darinya!" teriakku keras pada mereka.

Christian yang masih mempertahankan kesadarannya, tersenyum kecil mendengar teriakanku.

"Cepat lepaskan tangan kotor kalian itu dari tubuhnya," teriakku sekali lagi.

Namun kenapa wanita itu seperti tidak menghiraukanku. Aku semakin kesal dibuatnya, langsung kudatangi satu persatu wanita yang menempel pada Christian. Dengan kasar aku menarik lengan mereka menjauh dari pria yang sedang sekarat itu.

"Aku peringatkan pada kalian. Jangan pernah lagi menyentuhnya. Sehelai rambut saja kalian sentuh dia, aku tak segan-segan untuk menghabisi kalian. Cepat pergi!!," kataku marah.

Wanita malam tadi pun sedikit keder melihat ku yang menatap mereka dengan mata melotot dan tangan mengepal kuat. Seolah aku tak akan segan jika harus memukul mereka disini.

Akhirnya para wanita itu pun pergi meninggalkan aku dan Christian. Melihat keadaannya saat ini, aku ingin marah kenapa dia tidak mengusir wanita tadi.

Tapi hal itu aku urungkan setelah melihat keadaannya yang sangat parah. Wajahnya pucat, tubuhnya berkeringat, dan pandangannya tidak fokus.

"Apa yang terjadi padamu, Chris?" tanyaku panik sembari menempelkan punggung tanganku kedahinya.

Panas, tubuhnya panas. Sangat panas. Kalau dia sakit kenapa dia harus minum alkohol. Apa dia gila.

"Tubuhmu panas sekali. Ayo kita pulang sekarang," ajakku sambil menopang tangannya.

"Ayo berdiri aku akan membawamu pulang," ujarku melunak. Seketika tak tega melihat wajahnya yang seperti orang pasrah.

Aku membantunya berjalan, yang sepertinya hal itu terlalu sulit untuknya.

Dengan susah payah aku membawanya keluar dari kelab malam sampai ke mobil. Otot tubuhnya benar-benar memiliki massa.

Setelah ini pasti tubuhku sakit semua.

Aku membuka pintu mobil dan memasukkan pria itu kedalamnya. Jika saja saat ini dia tidak sedang sakit aku ingin meletakkannya didalam bagasi mobil.

Setelah itu aku pun masuk dan menyalakan mesin mobil, meninggalkan pelataran kelab malam yang sangat ramai dikunjungi.

Tanganku semakin berkeringat saat memacu mobil menuju rumah. Entah perasaanku saja atau bagaimana. Perjalanan pulang kembali ke rumah terasa sangat panjang.

Waktunya seperti jadi 2 kali lipat lebih lama.

Setelah waktu yang terasa lama itu, akhirnya kami pun sampai. Aku harus membawa pria itu masuk kekamar yang kamarnya berada dilantai 2. Sungguh pria ini sedang mencoba membunuhku sepertinya.

BRAKKK!!!

Aku melemparkan tubuhnya yang berat keatas kasur begitu saja. Tadinya sih aku ingin langsung meninggalkannya, tapi aku tidak tega.

Ya akhirnya aku berbaik hati menggantikan bajunya, merawat dia yang tengah sakit, mengambilkan sebaskom air hangat dan membilas tubuhnya yang berkeringat itu, juga untuk menghilangkan aroma dari wanita-wanita malam tadi.

DEG!!!! DEG!!!! DEG!!!!

Aneh jantung pria ini berdetak sangat tidak normal. Terlalu cepat untuk keadaan orang yang sedang sakit demam. Wajahnya pucat sepucatnya, bibirnya bahkan sampai biru pun begitu dengan tangannya yang terus berkeringat.

"Chris" panggilku pelan.

Dia membuka mata, lalu mengarahkannya padaku, mengisyaratkan pertanyaan 'Ada apa?'

"Kita ke rumah sakit saja ya. Jantungmu berdetak sangat tidak normal, Chris. Aku takut sesuatu terjadi padamu" pintaku panik.

Tapi dia menggeleng, bibirnya terbuka sedikit dan dia mengeluarkan kalimat yang sangat sulit untuk diucapkannya. Namun aku tau apa maksudnya.

'Tolong panggilkan Brams,' pintanya.

Aku mengangguk dan mengambil ponsel dari dalam saku celanaku, mengontak nomor ponsel Brams dan mengatakan kondisi Tuan Mudanya namun respon Brams sangat mengejutkanku. Dia terdengar begitu panik bahkan sampai memintaku untuk terus memantau detak jantungnya sampai dia datang.

Hah? Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini?

Aku memandang penuh simpati pada Christian yang seperti sedang menahan kesakitan.

Tanpa sadar aku menggenggam tangannya, "Bertahanlah. Brams sebentar lagi akan datang," ucapku lemah sembari menempelkan punggung tangannya dipipiku. Ini pertama kalinya aku melihat Christian setidakberdaya ini.