"Tadaaa....!"
Christian membawaku melihat indahnya dunia bawah laut. Hal ini juga sangat aku sukai.
Ah lumayan banyak juga hal-hal yang kami berdua suka.
"Kau bisa menyelam?" tanya Christian padaku. Dengan cepat aku menggeleng.
"Kalau begitu kau lihat saja bagaimana aku bermain bersama ikan-ikan itu,"
Aku menatapnya bingung, apa yang akan dia lakukan.
"Tunggu sebentar disini," katanya lalu pergi begitu saja.
'Aneh sekali dia' batinku bingung.
Sepeninggalan Christian aku melihat-lihat berbagai macam ikan yang belum pernah aku lihat. Akuarium ini sangat besar, mungkin kalau kita berenang didalamnya bisa dilakukan.
Segerombolan ikan nemo itu tampak menarik perhatianku. Tidak diragukan lagi bahwa ikan nemo memang sangat cantik.
Aku menempelkan telapak tanganku ke akuarium, sedang berandai-andai bisa menyentuh ikan itu. Tapi sayang aku sama sekali tidak bisa menyelam. Padahal sepertinya itu kegiatan yang menarik.
Tiba-tiba mataku menangkap sesosok yang tengah berenang bersama-sama dengan ikan-ikan lainnya. Dia melambai-lambai padaku. Sosok yang sangat aku kenal. Mungkinkah ini yang dia maksudkan tadi.
"Christian," pekikku kaget dan keras. Saking kerasnya, pengunjung lain sampai melihatku.
Christian melakukan beberapa gerakan yang aku tak habis pikir dia bisa melakukannya. Berputar-putar didalam air. Ha aku menganga saking takjub pada dirinya.
Christian seperti sudah sering melakukannya. Tubuh kekarnya terlihat sangat menggoda, dengan perut kotak-kotak yang sering dilatih itu.
Christian pun mulai menarik perhatian orang-orang disekitar akuarium ini. Mereka mulai dengan antusias melihat setiap gerakan Christian. Bahkan ada beberapa dari mereka yang juga mengabadikan momen ini.
Tapi aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Dia terlihat begitu luwes dan santai saat ikan-ikan itu mendekati dirinya.
Lalu tiba-tiba Christian berenang kearahku. Sontak aku langsung menempelkan tanganku lagi di akuarium. Christian juga melakukannya.
Dia memberikan isyarat dengan tangannya yang mengatakan 'tunggu sebentar'.
Bibirku bergerak mengatakan 'Apa?' padanya. Dan dia mengeluarkan sebuah kertas yang sepertinya sudah dilapisi plastik tahan air.
Aku tersenyum lebar saat membaca tulisan dikertas itu. "Tersenyumlah. Kau sangat cantik jika tersenyum,"
PROK!!!! PROK!!!
Tepuk tangan dari para pengunjung lainnya menyadarkan diriku. Apa yang ada didalam pikiran mereka saat melihat Christian melakukan ini untukku.
Hahaha ini rasanya sangat menyenangkan. Sesuatu yang sudah lama tidak aku rasakan. Kapan terakhir kali ada yang mengatakan padaku untuk terus tersenyum.
'Apa yang kau lakukan?' kataku berbicara melalui gerakan bibir.
Tapi Christian hanya tersenyum dan mengeluarkan lagi kertas yang sudah disiapkannya.
'Tunggu aku. Aku akan segera keluar,'
Aku mengangguk mengiyakan, lalu Christian berenang naik ke permukaan.
"Oh itu tadi sangat romantis," celoteh beberapa remaja yang ternyata ikut menyaksikan kejadian tadi.
"Andai saja aku juga begitu," sahut yang lainnya.
Aku melihat mereka dengan senyum yang tak bisa kututupi.
Christian menggetarkan hatiku. Sungguh aku tak pernah mengira dia akan melakukan hal semanis tadi.
Aku memegangi dadaku yang berdetak-detak keras.
Ini terjadi terakhir kali saat aku bersama Liam. Apakah kali ini sungguh berdetak karena Christian?
"Hazel," panggil Christian lembut.
Aku menoleh dengan cepat dan mendapati dirinya yang terlihat begitu senang.
"Aku tak tau kau pandai menyelam" komentarku mengagumi berbagai keahliannya.
"Aku memang suka melakukannya," jawab Christian pendek.
"Terima kasih karena sudah menghiburku,"
Christian mendekat kepadaku, lalu mengacak-acak lagi rambutku.
'Duh dia ini kenapa suka sekali mengacak-acak rambutku sih' keluhku dalam hati namun senang. Jadinya percuma mengeluh tapi hatiku girap-girap karena gembira.
Mungkin jika hati sungguh bisa melompat-lompat, dia akan jatuh keluar dari rongganya saking tingginya hatiku melompat jauh.
"Permisi om," aku dan Christian menoleh kepada segerombolan remaja tadi yang sibuk mengatakan betapa romantisnya pria ini.
"Ya, ada apa?" tanya Christian. Christian tiba-tiba menggenggam tanganku. Apa mungkin dia secara halus memberikan isyarat bahwa dia sudah memiliki kekasih untuk menunjukkannya pada remaja-remaja wanita yang melihat Christian dengan pandangan kagum. Ya agar mereka tidak bertingkah yang aneh-aneh.
Para remaja itu mendadak diam terbengong setelah melihat Christian yang begitu tampan dihadapan mereka. Lalu salah satu mereka mendorong salah seorang lainnya, berbisik-bisik padanya. Entah apa yang dia katakan karena aku tak begitu mendengarnya.
"Boleh minta foto bareng tidak, om?" akhirnya perwakilan dari mereka pun angkat bicara.
Christian menganga kaget, mungkin dalam hatinya 'aku ini bukan bintang film'. Lalu dia pun beralih padaku, seolah minta jawaban. Matanya itu sebenarnya mengatakan 'tolong bantu aku katakan pada mereka bahwa aku tidak ingin'
Hehehe tapi aku ingin mengusilinya. "Tentu tapi hanya 2 foto saja," potongku sudah seperti juru bicara Christian.
Christian yang mendengar itu pun mengeraskan genggamannya ditanganku. Membuatku meringis tertahan.
"Santai saja. Anggap saja demi menghibur para remaja itu. Lumayan kau dapat penggemar dadakan," ledekku padanya. Dia setengah kesal setengah geli juga mendengar aku mengatakan 'penggemar dadakan'.
"Kemarikan ponsel kalian. Mbak akan mengambil foto kalian bersama om-om tampan nan manis ini," lanjutku lagi menggoda Christian.
Remaja yang tadi bersuara memberikan ponselnya padaku, aku pun membantu mengarahkan mereka agar pas saat dipotret, dengan Christian ditengah-tengah mereka. Ah kasihan sekali dia, terlihat sangat terpaksa melakukannya.
Remaja yang mengapit tepat disisi kanan dan kiri Christian dengan santainya merangkul lengan dirinya. Membuat Christian berharap semua ini cepat berakhir.
"Sudah siap semua. Senyum yang lebar" kataku sambil mengambil potret mereka. Dari semua wajah yang tersenyum, hanya Christian saja yang cemberut.
"Satu foto lagi ya. Bergaya sesuka kalian," kataku semangat.
Mereka pun memberikan gaya terbaiknya, ada yang tersenyum, ada yang pose dengan tanda 'peace', ada juga yang terang-terangan menatapi Christian.
Aku tertawa puas dalam hati. 'Maafkan aku, Chris'
Setelah mengambil foto terakhir, aku mengembalikan ponsel milik mereka. Mereka pun mengucapkan terima kasih, dan segera berlalu dari pandangan kami.
Christian yang masih cemberut sepertinya malas melihatku. Eh tapi kok tiba-tiba ada beberapa ibu-ibu lagi ya yang datang menghampiri kami.
"Nak, boleh ibu minta foto bareng juga?"
Sial dalam hatiku. Christian bukan bintang film ibu. Aku ingin tertawa tapi juga turut merasa prihatin. Christian juga terlihat sangat tertekan.
Sepertinya karena aksinya menyelam tadi itu, sangat menarik perhatian. Orang-orang pada mengira jika dia bintang film menyelam.
Aku hanya punya satu jalan keluar untuk ini. Berlari keluar menjauhi ibu-ibu yang memaksa ingin berfoto dengan Christian.
Aku menggenggam erat tangan Christian, lalu berbisik-bisik padanya. Ketika kuucapkan aba-aba, kami berdua berlari sekencang yang kami bisa.
Setelah berlari agak jauh, Christian menarikku kesebuah lorong yang tidak ada orang.
Lalu membawaku kedalam pelukannya.
Aku ingin melepaskan diri, tapi dia menahan tubuhku.
"Tunggu sebentar seperti ini,"
Aku berusaha menenangkan kembali napasku yang tersengal-sengal karena berlari.
Telingaku yang menempel didada Christian rasanya berdengung karena detakan jantung Christian yang sama seperti malam itu. Tapi kali ini lebih ekstrim.
Jantungnya berbunyi bertalu-talu, dengan kecepatan yang sangat tidak normal.
Aku mendongakkan kepala, ingin melihat apakah dia baik-baik saja atau tidak.
Tapi dia menahan kepalaku. Ada apa dengannya, tubuhnya juga mendadak gemetar, dan berkeringat sangat tidak wajar.
"Lebih baik kita pulang sekarang," ujarku jadi khawatir padanya.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Hanya perlu menenangkan diri sebentar," elak Christian.
Aku tidak bisa tenang sebelum melihat wajahnya.
"Tunjukkan padaku jika kau memang baik-baik saja," kataku tegas.
Dia pikir aku akan tenang walaupun dia sudah katakan dia baik-baik saja sedangkan jantungnya berpacu dengan kecepatan yang begitu cepat.
SRET!!!
Christian membalikkan tubuhku, kemudian menghimpitnya.
"Lihat aku baik-baik" katanya dingin.
Aku memandangi Christian yang wajahnya sedikit pucat, bibirnya sedikit bergetar. Tanganku spontan menyentuh pipinya.
"Aku hanya khawatir, hal seperti malam itu kembali terjadi," ucapku lembut
"Maaf, aku tak bisa lagi menahannya,"
Christian dengan cepat menempelkan bibirnya dibibirku. Melumatnya perlahan. Lidahnya yang panas itu menyapu diriku yang jadi tersengat arus darinya.
Aku berusaha mendorong Christian. Tapi dia tidak bergeming.
Oh Tuhan, sangat memalukan melakukan adegan seperti ini ditempat begini. Bagaimana jika ada yang memergoki mereka. Mau diletakkan dimana wajah mereka.
Akhirnya Christian melepaskan bibirnya. Menatapku dengan desiran pekat dimatanya.
"Ayo kita kembali," ajaknya lalu menarik tanganku keluar dari lorong itu.