Butuh waktu setengah jam dari mall menuju kediaman bapak Bambang. Yang berada di kawasan perumahan elit. Beralamat di komplek merpati blok B no 21, jalan Kaliuntung kota Jakarta. Di perjalanan Bora mengumpat serapah kepada pria tadi bukan hanya sekali ia bertemu, namun sudah terhitung dua kali. Itu pun tidak sengaja bertemu nya.
Setelah memasuki area perumahan laju mobil ia turunkan yang tadi nya sempat ngebut akibat mood yang tidak baik, alhasil ia lampiaskan dengan mengendarai mobil dengan laju 100 Km/Jam.
Bim!,....Bim!,...
Bora menekan klakson mobil agar pintu gerbang cepat di bukakan.
" Iya non sabar!..." teriak penjaga gerbang sembari lari dari arah taman belakang.
Sret....
Pintu gerbang berhasil terbuka, kini mobil Bora langsung masuk ke dalam.
" Huh!!!.... sampai juga" ucap Bora keluar dari mobil seraya mengambil beberapa paper bag yang berada di dalam bagasi.
Belum juga melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah. Ia mendengarkan suara klakson dari arah belakang , sontak Bora membalikkan badannya sembari mengerutkan keningnya menghadap ke arah mobil yang baru sampai. Setelah mobil nya mendekat ke arahnya baru lah ia mengetahui siapa yang berada di dalam.
Bora menyandarkan tubuhnya di pintu mobil bagian pengemudi dengan posisi kaki nya ia silangkan ke arah kiri, tak lupa kedua tangannya bersidekap dada. Seraya menunggu seseorang yang berada di balik pintu pengemudi untuk turun.
Seseorang yang baru saja keluar dari mobil, yang awalnya hendak menyapa putri nya dengan senyum yang menawan. Tiba tiba senyum yang tadi mengembang mulai menyusut, sembari mengerutkan kedua alisnya setelah melihat anak nya yang mengalami luka di wajahnya yang terletak di dahi sebelah kanan. Hati mana yang tidak tega melihat putri nya mengalami luka lebam di area dahi.
" Kau kena apa nak?" ucap bunda Sari yang sudah berada di hadapan anaknya sambil mengelus dahi putri nya dengan hati hati.
" Oh ini..." menunjuk lukanya. " habis kesenggol orang gila bun" tutur Bora.
" Kau ini kenapa sih nak, masa iya kesenggol orang sampai benjol tuh jidat kamu. Ayo masuk ke dalam jangan lama lama di luar" ujar bunda Sari sembari menuntun anaknya masuk ke dalam rumah.
" Bunda habis dari mana?" tanya Bora yang baru saja duduk di sofa dengan kaki nya ia luruskan di atas meja.
Plak!!...
" Aduh bun kok di pukul sih kaki Bora" keluh Bora yang baru saja kaki nya di pukul oleh bundanya.
"Bisa sopan dikit enggak" ucap bunda Sari dengan nada pelan namun bisa membahayakan.
" Hehe...maaf bun, refleks" jawab Bora dengan cengengesan.
"Huh....!!" dengus bunda Sari.
"Tadi nitip duit arisan ke teman bunda yang rumahnya komplek sebelah blok A" jawab Bunda.
"Terus luka mu itu bagaimana?...."
"Maksud bunda bagaimana apa nya?" tanya Bora yang sedang menata paper bag nya agar tidak jatuh.
" Hadeh....belum tua udah pikun" menepuk jidatnya sambil menggeleng kecil.
" Oh itu toh... tadi Bora sempat terburu buru jalannya jadi nyenggol deh dan ending nya jidat Bora jadi korban nya. But it's okay" tutur Bora.
" Lain kali jalan nya hati hati enggak usah buru buru atau tergesa gesa. Kan bisa jalan dengan santai , emang tadi kamu mau kemana?" tanya bunda.
"Hmm..tadi niat nya mau beli baju Bun buat besok , kan besok Bora udah mulai kerja di perusahaan yang Bora ajukan tadi" ucap Bora dengan rasa senang dan bangga pada diri sendiri. Tak lupa Bora menghampiri bundanya sembari memeluk tubuh wanita paruh baya yang amat Bora sayangi.
"Alhamdulillah nak , selamat ya kamu sudah di terima kerja. Bunda bangga sama kamu" mengecup kening anak nya dengan rasa bahagia.
"Aaa...makasih bun" kini Bora membalas mengecup pipi bunda nya.
**
Sore hari Bora baru selesai melakukan aktivitas olahraga nya di lapangan basket. Dengan keringat bercucuran tak memungkiri kecantikan Bora luntur justru semakin bertambah bersinar. Bagaikan sinar mentari.
Bora melangkahkan kaki nya masuk ke dalam mansion menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral.
Glup..glup....
Air yang berada di dalam gelas seketika kosong tanpa tersisa setetes air. Ia menaruh gelas kosong ke tempat cuci piring. Setelah meletakkan gelas , ia berjalan menuju kulkas untuk mengambil salad buah yang ia buat sehabis pulang dari mall.
"Brrr.... dingin banget buah nya" batin Bora sambil memegang rahang wajah nya akibat kedinginan.
"Apa tuh?..." tanya seseorang dari belakang.
"Eh copot...." ucap Bora sambil menoleh ke arah belakang..
"Ckk,,, ngagetin aja kerjaan nya untung gue enggak punya penyakit jantung" mengusap dada nya agar detak jantung nya stabil.
"Wah apaan tuh kayak nya enak"
Baru akan mengangkat mangkok tiba tiba tangan Alex di pukul oleh Bora.
"Ihhh...buat sendiri sana!, jangan merebut milik orang" menggeser mangkok nya agar tak habis di makan kakaknya.
"Cih minta dikit masa enggak boleh sih, jangan pelit sama kakaknya nanti kualat" ucap Alex.
"Hey!! gue enggak pelit ya" semprot Bora.
" Terus apa coba kalau enggak pelit" ujar Alex seraya mengeluarkan Smirk.
" Dahlah gue capek debat sama elu" meninggalkan Alex di dapur seorang diri.
Kakak beradik kalau sehari saja tidak ada debat akan terasa kurang. Walau hanya debat masalah sepele namun kedua orang tersebut tak mau mengalah. Tapi setelah adu mulut mereka akan baikan dengan sendirinya.
"Assalamualaikum" ucap Dion yang baru pulang dari kantor.
"Pada kemana sih kok sepi banget biasa nya jam segini masih rame" batin Dion.
Dion hendak menuju tangga , ia sempat melihat Alex sedang duduk santai di bar mini di temani oleh secangkir kopi.
" Ternyata elu di sini, kemana yang lain?" Dion membuka kulkas untuk mengambil minuman dingin.
" Yang lain mungkin di lantai atas bang , kecuali ayah belum pulang" ucap Alex sebelum menyeruput kopi hitam.
"Oh..."
"Gue ke atas dulu" menepuk pundak Alex.
Alex hanya mampu membalas dengan deheman.
Malam hari nya mereka berkumpul bersama di meja makan dengan formasi lengkap.
"Bagaiman nak dengan lamaran pekerjaan mu?" tanya ayah yang sudah selesai makan malam.
"Alhamdulillah Bora di terima" ucap Bora seraya mengukir senyuman indah di bibirnya.
" Wah! selamat dek kamu udah keterima" ucap Dion dan Alex berbarengan.
"Jadi sekarang kamu udah enggak nganggur lagi dong di rumah" tanya Dion selaku kakak tertua.
"Ya udah enggak dong kak" jawab Bora sembari memotong daging sapi bakar.
"Jadi sedih" mengusap bawah mata nya yang tidak mengeluarkan air mata.
"Lebay amat..." sindir Alex yang tak jauh duduk nya.
"Ckk,,...." decak Dion.
Bersambung...