Chereads / Kaulah penyelamat hidup ku / Chapter 17 - Ada apa dengan dia?

Chapter 17 - Ada apa dengan dia?

Setelah sampai di depan ruang meeting, Bora terlebih dahulu mengetuk pintu.

Tok...

Tok...

Ceklek

Ternyata di dalam sudah ada sebagian orang yang sudah menunggu. Bora menyapa orang yang berada di dalam.

"Selamat siang" sapa Bora sambil menganggukkan kepala.

Bora memilih duduk di pojok bagian belakang agar lebih jelas gambar atau Vidio yang di tampilkan lewat lcd proyektor dan lebih enak di mata. Bora enggan duduk di bagian depan apa lagi posisi duduk sangat dekat dengan posisi duduk CEO yang ada bukan fokus ke meeting. Malah gugup dan sedikit merasa bersalah.

Tiba lah Akara datang dengan rombongan berjumlah lima orang dan tak lupa sekretaris nya juga hadir di meeting siang ini.

" Itu muka kenapa dingin kayak tembok di kamar gue ya" batin Bora sambil melirik ke arah Akara yang baru duduk di kursi.

Pembukaan meeting di buka oleh sekretaris nya sampai pokok permasalahan Sedangkan Akara menyimak pembicaraan sekretaris dan sesekali menimbrung pembicaraan sekretaris maupun karyawan yang di tunjuk ikut meeting hari ini.

" Baiklah meeting kali ini ada yang ingin mengajukan pertanyaan kepada saya atau bisa langsung kepada tuan Akara" ucap Sekretaris nya yang baru saja selesai mempresentasikan.

" Kapan tuan akan membangun gedung yang baru" tanya kepala divisi keuangan.

" Secepat nya kita harus mencari lahan yang strategis. Kemudian kita harus berdiskusi dahulu mau di buat model seperti apa bangunan yang baru" tutur Akara yang sedari tadi memandang wajah Bora dari kejauhan.

Namun Bora tidak menyadari bahwa Akara sedari tadi memandang wajah Bora. Bora fokus ke lembaran yang sedari tadi di bagikan oleh sekretaris Akara.

"Baik pak, saya segera membuat anggaran dana untuk kebutuhan pembangunan gedung baru. Kalau saya boleh tau gedung baru itu akan di buat apa dan bekerjasama dengan perusahaan apa. Soal nya dari tadi belum menyinggung masalah ini pak" ucap ketua divisi keuangan.

"Gedung baru itu akan saya buat untuk mall yang isi nya dari produk luar negeri khususnya Korea Selatan. Bukan hanya baju , aksesoris , dan make up. Di sana di lengkapi supermarket isi nya produk Korea Selatan dan tentu nya halal di mulai dari sayuran , buah , dan sejenis produk instan"

"Dan tak hanya itu saja. Di lantai tiga terdapat restoran khas masakan Korea semua nya lengkap di sana halal dan non halal ada semua. Jadi satu lokasi bisa menampung semua jenis produk Korea. Di sana produk nya original" jawab Akara dengan tegas dan berwibawa.

" Apakah bapak sudah mempersiapkan kerjasama kali ini atau ini baru rencana?" tanya Bora yang baru menyuarakan pendapat.

" Ok pertanyaan mu sungguh tepat untuk kita bahas kali ini. Pertama saya sudah mempersiapkan sekitar dua tahun yang lalu , bersama sahabat saya dan sekretaris saya tentu nya" ujar Akara yang saat ini menatap layar laptop nya.

"Wah saya kira baru rencana ternyata sudah di siapkan matang matang" sambung divisi bagian gudang.

"Sampai di sini meeting kali ini. Kalian bisa kembali ke tempat kerja masing masing, terimakasih atas kerja sama dan masukan" Akara berdiri dari duduk nya dan langsung di ikuti semua yang hadir di meeting siang ini.

Para divisi dan perwakilan staff perlahan membubarkan diri keluar dari ruang meeting.

Sebelum keluar dari ruangan ini, Bora terlebih dahulu merapikan berkas yang tadi ia bawa. Ia sedikit tertinggal di ruangan ini. Sebagian orang telah keluar dan sebagian sudah memasuki lift.

Baru aja Bora mendongakkan kepala nya tiba tiba tatapan mata Bora bertemu dengan mata Akara. Tatapan mereka saling mengunci cukup lama.

Beberapa detik kemudian baru lah mereka memalingkan wajah.

" Permisi tuan" Bora membuyarkan tatapan tadi, dan langsung berjalan melewati Akara dan sekretaris nya.

Bora baru menyadari bayangan bayangan tadi setelah menatap mata Akara.

" Waduh kelam sekali kehidupan pak Akara. Jadi kasihan, bagaimana cara nya menghadapi masa masa kelam nya. Pasti butuh proses yang cukup panjang" gumam Bora sembari melangkahkan kaki nya menuju lift.

Baru saja Bora masuk ke dalam lift kemudian menekan tombol lantai atas. Tiba tiba pintu lift terbuka kembali seolah olah ada orang yang menahan pintu lift dan orang nya adalah Akara dan sekretaris nya.

" Maaf nona tadi saya yang menekan tombolnya" ucap sekretaris nya yang berada di sebelah ku.

" Oh tak apa pak" ucap ku sembari memandang layar kecil yang berada di atas tombol angka.

Ting...

Pintu lift terbuka. Akara langsung keluar dari lift sambil memasukan tangan nya ke dalam celana bahan.

" Cepatlah kau jalan nya" ucap Akara kepada sekretaris nya.

" Baik tuan" langkah sekretaris menyesuaikan langka Akara yang bisa di bilang cepat seperti terburu buru.

" Tuan mau kemana. Bukan nya jam kerja kantor tuan masih berlangsung"

Kedua orang tersebut baru saja sampai di dalam ruangan. Tiba tiba tuan Akara melepas jas kerja , hanya menyisakan kemeja putih serta dasi yang dari tadi bergantung di leher ia lepas. Kancing bagian atas sengaja di lepas sampai tiga kancing. Bagian lengan ia gulung sampai siku.

Akara meraih kunci mobil yang berada di dalam laci meja kerja tak lupa memakai kaca mata hitam.

" Tuan mau kemana?" tanya sekretaris yang masih berdiri tak jauh dari pintu ruangan. Tapi pertanyaan tadi tidak di jawab oleh Akara.

Akara berjalan cepat ke arah lift. Ia menekan tombol lantai bawah yakni lantai satu. Sesekali ia melihat jam tangan dengan wajah sedikit resah.

Setelah berada di lantai bawah, Akara sedikit berlari menuju pintu utama yang di jaga oleh dua orang satpam. Salah satu satpam melihat bos nya tergesa gesa lantas membukakan pintu tanpa banyak bertanya.

Bertepatan itu juga mobil Akara baru saja datang yang di supir oleh supir pribadi keluarganya. Sebelum menuju lantai bawah. Akara menghubungi sopir nya untuk menjemput diri nya tepat sebelum waktu pulang kerja.

" Mau kemana pak?" tanya sopir sambil melirik ke arah spion tengah.

" Pulang ke mansion, sekarang"

Sang sopir mengangguk setuju. Setelah mengatakan tujuan tuan nya baru lah sopir melajukan mobil nya meninggalkan halaman depan perusahaan.

Raut wajah Akara tampak jelas menunjukan ke khawatiran yang tidak bisa di tutupi. Sesekali ia menghembuskan nafas beratnya. Di dalam pikiran membayangkan yang tidak tidak.

Ciitt.....

Akara terhentak ke depan sesekali melihat keadaan kanan kiri nya. Untung nya Akara memakai sabuk pengaman kalau tidak bisa di pastikan kepala Akara terbentur ke depan.

" Ada apa ini. Mengapa mengerem tiba tiba " suara Akara memecah keheningan.

Sang sopir pun tak kalah kaget atas peristiwa tadi untung cekatan menginjak rem.

" Maaf tuan kendaraan di depan tiba tiba mengerem mendadak tanpa pemberitahuan" menoleh ke arah belakang.

" Kenapa berhenti mendadak apa ada kecelakaan di depan " tanya Akara yang hendak melepas sabuk pengaman.

Bersambung....