Chereads / Kaulah penyelamat hidup ku / Chapter 15 - Posisi baru

Chapter 15 - Posisi baru

"Ketua dari staf legal baru saja pensiun dari jabatan nya. Saya bingung mau menggantikan dengan siapa?. Seluruh staf sudah saya seleksi namun belum ada yang cocok. Setelah saya mewawancarai anda, di situ saya merasa lega. Bahwa anda cocok untuk menggantikan posisi ketua yang baru saja pensiun" ujar HRD sambil menunjukan letak letak buku , dan sebagainya. Tak lupa mengajarkan tugas tugas baru nya agar tidak kebingungan.

"Hmm...saya rasa ini berlebihan pak. tapi tenang pak, saya akan bekerja dengan keras dan mengabdi di perusahaan ini" Bora mencoba mendudukkan kursi baru nya sembari mengedarkan pandangan nya ke seluruh ruangan ini.

" Saya keluar dulu. kalau ada yang tidak mengerti silahkan bertanya ke lainnya yang berada tak jauh dari ruangan ini"

"Permisi" pamit HRD sebelum keluar dari ruangan Bora yang baru.

Di rasa telah pergi jauh. Baru lah Bora mengerjakan tugas baru nya yang sebagai ketua staf legal. Tenang saja meskipun baru pertama kali mengerjakan , Bora tidak menunjukan raut muka kebingungan. Malah dengan raut muka yang serius dan tenang.

Meskipun tak pernah melihat dokumen ini. Bora tetap mengerjakan tugas , sekali kali ia mengecek dokumen lama hanya untuk sekedar belajar agar ia cepat menguasai bidang ini.

Setelah duduk di kursi selama dua jam lebih. Bora memutuskan berjalan ke arah rak buku sekedar membaca buku buku lama. Untuk menghilangkan penat dan lelah. Setelah di rasa cukup , ia melirik ke jam dinding. Ternyata sudah menunjukan jam istirahat.

Ia bergegas keluar dari ruangan nya dan tak lupa memakai blazer nya yang kembali , yang dari tadi ia gantungkan di sandaran kursi.

Baru saja ia keluar dari ruangan nya. Ia bertemu sapa dengan karyawan lainnya yang hendak menuju kantin yang letak nya di lantai bawah.

" Mbak mau kemana?" tanya Bora sembari menutup pintu.

" Kami mau ke kantin. Eh kamu anak baru ya, perkenalkan saya Billa dan ini teman saya Qila , Laras" menjulurkan tangan tanda perkenalkan.

Dan Bora membalas jabatan tangan mereka tak lupa menampilkan senyum ramah.

" Kamu kerja di bagian ketua staf legal?" tanya Qila yang mana bekerja Yang sama dengan Bora namun di ruangan yang berbeda. Bisa di sebut anak buah Bora saat ini.

"Hehe....ya mbak saya anak baru baru kemarin di terima di sini" ujar Bora sembari berjalan menuju lift yang tak jauh dari pandangan.

Yang letak lift nya berada di sebelah meja security.

Mereka semua berbondong bondong masuk ke dalam lift yang maxsimal di isi sepuluh orang. Termasuk Bora berada di dalam.

" Kalau boleh saya tau, rumah mu ada di mana Bora?" tanya Billa yang masih di dalam lift.

" Enggak di bawalah kan berat" sahut Bora. Yang mana kedua teman Billa menahan tawa akibat pertanyaan yang agak absurd.

"Aduh!" keluh Billa yang merasa kan sakit di daerah kening, karna ulah Qila.

"Ish...sakit tau. Mana perih lagi" Billa langsung bercermin di dinding lift yang mana di dalam nya terdapat cermin cukup besar.

" Pertanyaan mu itu loh La, ck ck" ujar Laras seraya menggelengkan kepala.

" Eh anu, maksud aku. Tinggal nya di daerah mana" Billa bertanya kembali dengan benar tidak salah seperti tadi.

Yang ujung ujung nya di ledek oleh teman nya.

Lift berbunyi pertanda telah sampai di lantai bawah. Semua orang yang berada di dalam langsung keluar , berjalan menuju kantin.

"Hey! Bora kamu belum menjawab pertanyaan ku" Billa mengejar langkah Bora yang sempat tertinggal dari rombongan nya termasuk Qila dan Laras.

"Oh sorry. Habisnya aku lapar jadi jalan nya cepat cepat"

" Rumah ku tidak jauh dari sini mungkin sekitar dua puluh lima menit" jawab Bora sambil melihat ke arah depan agar kejadian tempo lalu tidak terjadi lagi.

Sungguh peristiwa yang menyebalkan bagi Bora.

Bora tertegun melihat kantin di perusahaan ini terlihat besar , luas dan bersih layak nya restoran bintang lima. Kaki jenjang Bora perlahan memasuki area kantin.

Ia mengedarkan pemandangan ke seluruh area kantin.

Billa , Qila dan Laras terlebih dulu mengantri , sedangkan Bora masih melihat lihat interior bangunan kantin ini.

Bora mengerjapkan kedua mata nya untuk menyadarkan lamunan. Di rasa sudah membaik, kini Bora ikut mengantri makan siang di salah satu menu western berupa tuna sandwich , dan spaghetti bolognese.

Beberapa menit kemudian Bora berhasil membawa nampan berisi menu yang baru saja ia pilih dan juga Bora memesan jus buah naga. Bisa saja Bora memesan menu lebih dari dua. Ia tipikal makan banyak berat badan tetap stabil tidak nambah dan tidak kurang.

Tapi tunggu, tempat untuk makan tidak ada yang tersisa. Ia terus mencari tempat yang kosong.

Namun nihil Bora tidak menemukan tempat duduk terpaksa ia membungkus makanannya dan membawa nya ke ruangan dari pada enggak makan yang ada pingsan sebelum kerja.

Bora menuju tempat pemesanan tadi sambil membawa nampan yang menu nya masih utuh dan masih hangat.

" Permisi buk, saya mau bungkus saja. Bisa soal nya tidak ada tempat duduk" ungkap Bora sambil menaruh nampan di meja.

"Oh bisa mbak. Sebentar ya, saya akan bungkus kan. Tunggu sebentar" ibu pemilik tempat makanan ini, lantas masuk ke dalam tak lupa membawa nampan yang bersisi menu pesanan Bora.

Tak lama kemudian pesanan tadi berhasil di bungkus menggunakan tempat makan yang nama nya Paper Bowl yang di isi dengan spaghetti bolognese .Dan juga

tuna sandwich di bungkus mengunakan Snack Box versi mini , jus buah naga nya di bungkus menggunakan botol sedang khusus buat tempat jus agar tidak tumpah.

Ketiga menu tersebut di bungkus menggunakan Paper Packaging yang berukuran sedang.

" Ini mbak pesanan nya" ibu penjual makanan tersebut, menyerahkan paper packaging.

Dan di sambut oleh senyum ramah Bora "makasih"

Bora langsung berbalik badan tanpa memandang di sekitaran tempat kantin. Ia terus berjalan lurus tanpa menoleh kanan kiri.

Setelah berhasil keluar dari kantin, Bora langsung bergegas menuju lift dan langsung masuk tanpa menunggu lama. Ia menekan tombol angka sepuluh yang mana lantai tersebut paling atas di perusahaan ini.

Tak perlu menunggu lama, kini lift telah sampai di lantai sepuluh.

Ting!...

Bora langsung keluar dengan buru buru takut nya jam makan siang habis.

Dari kejauhan Akara dan sekretaris nya baru muncul dari arah ruangan nya yang paling pojok sendiri yang bertulis CEO.

Begitu juga dengan Bora yang lokasi ruangannya searah dengan ruang CEO.

Sayang nya mereka berdua tak menyadari bahwa mereka telah satu lantai, dan waktu berjalan mereka berdua sama sekali tidak saling pandang. Mereka berdua fokus dengan tujuan masing masing.

Bersambung....