Malam berganti pagi , Hari berganti Bulan dan Bulan pun berganti menjadi Tahun. Sekarang Bora telah resmi lulus kuliah dengan titel Bora Santika Paradista , S.H. (Sarjana Hukum ) lulus dengan nilai tertinggi.
Hari ini Bora akan melamar pekerjaan di sebuah perusahaan Property terbesar di kota Jakarta. Ia sudah mempersiapkan berkas satu Minggu yang lalu agar hari ini bisa maksimal.
"Selamat pagi semua" ucap Bora sembari menuruni anak tangga.
" Pagi " ucap mereka serempak.
Bora menghampiri keluarga nya yang berada di meja makan.
" mau kemana udah rapi jam segini ? " tanya ayah Bambang.
"Bora mau ngelamar kerja yah , udah dua minggu Bora di rumah mumpung kemarin ada lowongan kerja" ujar Bora.
" Mau kerja di mana nak , kan bisa kerja di kantor ayah mu" sambung bunda Sari.
Yang awalnya mau mengambil nasi , ia urungkan setelah mendengar ucapan dari bundanya " Bora mau mandiri Bun. Toh masih ada kak Alex sama kak Dion"
Sang ayah angkat bicara " udah lah Bun biarkan Bora mencari kerja sendiri. Ayah tidak masalah yang penting Bora senang".
"Seandainya kamu tidak lolos jangan berkecil hati. Abang siap menerima karyawati kayak Bora" tutur Dion sembari mengolesi selai nanas di atas roti tawar.
"Woh...jangan salah bang gini gini adek mu pintar loh" menyibak rambut nya tepat di hadapan Dion.
"Bora yakin pasti akan lolos secara persyaratan nya memenuhi kriteria perusahaan" ucap Bora.
"PD sekali anda" sambung Alex.
"Ish...punya kakak nyebelin semua" gumam Bora seraya menyodokkan nasi ke dalam mulutnya.
"Oh...gitu ya sekarang sama kakak. Fine kalau mau minta apa apa jangan ke kakak tuh sama si Dion" tutur Alex sembari menunjuk Dion menggunakan garpu.
Sang empu hanya mengangkat kedua bahunya saja tanpa membalas ucapan Alex.
"Sudah sudah udah pada besar kok masih berantem aja" bunda Sari menengahi pertikaian para anak anaknya.
Bora hanya tersenyum miring melihat kedua kakak yang sedang menundukkan kepala.
"Bora di lawan" batin Bora seraya merapikan anak rambut.
Tiba saatnya Bora memasuki mobil nya tanpa adanya sopir , ia ingin mengendarai mobil nya seorang diri.
Baru saja menyalakan mesin mobil tiba tiba sang kakak menghampiri seraya mengetok ngetok kaca jendela mobil bagian samping pengemudi.
Tok...tok...
"buka kaca nya..."
Bora hanya membaca gerak bibir sang kakak.
" Ada apa?" tanya Bora ke pada sang kakak Alex.
Alex langsung main masuk ke dalam mobil Bora , tanpa membalas pertanyaan dari adeknya
"Ck,, ditanya kok enggak di jawab" Bora langsung bersidekap ke arah Alex yang sedang memasang safety belt.
"Mau tau jawabannya" ucap Alex.
Bora langsung mengangguk.
"Jalankan dulu mobil mu habis itu gue kasih tau" sembari mengotak ngatik hpnya.
Bora langsung menuruti titah dari kakaknya.
" Sekarang jawab pertanyaan ku tadi kak" melirik sekilas ke arah Alex.
"Hmm...ban mobil gue bocor , lupa kemarin enggak mampir dulu ke bengkel " jelas Alex.
" Tapi kan bisa numpang di mobil kak Dion. Lagian kuliah elu satu arah sama kantor kakak" sambung Bora yang masih menyetir.
Alex melanjutkan kuliah nya S2 di tanah kelahirannya yaitu Indonesia. Sebelum nya ia sempat kuliah di luar negeri.
" Sebelum nyamperin elu , gue udah ngomong dulu ke Abang. Kau tau sendiri kan gimana sifat Abang mu yang pertama" ucap Alex sembari membuka buku sebelum jam pelajaran tiba. Ia menyempatkan membaca buku terlebih dahulu.
" Iya juga, tapi kan elu bisa beli mobil lagi. Itung itung bisa gantian bawa mobil , jadi kalau mobil lu yang satu nya lagi ada masalah kan ada mobil yang satu nya lagi. Bereskan" kini mobil Bora berhenti di perempatan lampu merah.
"Enteng bener omongan elu" ujar Alex seraya menyentil dahi Bora.
" Ish....aw sakit kak" mendengus kesal ke arah Alex.
" Kan benar omongan gue" ucap Bora yang kini melepas pijakan rem dan langsung beralih menginjak pedal gas.
" Emang beli mobil apa enggak pakai uang haa!!?" tutur Alex.
" Ya pakai uang lah kak, emang bisa beli mobil pakai daun. Ya kali lembaran daun bisa berubah jadi lembaran uang...."
" Kan kakak sudah punya usaha kuliner. Jadi tabungan kakak udah beranak pinang, terus jangan lupa bagi bagi ke adeknya" membalas ucapan sang kakak.
" Bukan gitu konsep nya Bora!" tutur Alex sembari menggaruk kepalanya.
" Terus apa dong kak?" tanya Bora. Kini Bora membelokan mobil nya ke pom bensin sekedar mengisi bahan bakar mobil yang sudah menipis.
" Kan gue masih baru terjun ke dunia bisnis kuliner dan juga. Gue mau ngumpulin cuan dulu biar banyak buat masa depan gue" seraya mengeluarkan dompet untuk mengambil uang warna merah dan langsung di sodorkan ke Bora.
Bora yang hendak mengambil dompet nya yang berada di tas nya , teralihkan perhatiannya ke uang warna merah yang berada di hadapannya.
" Nih pakai uang gue"
Dengan senang hati Bora menerima uang dari kakaknya ( " hehehe....itung itung hemat uang" )
" Makasih kak..."
Dan ucapan terimakasih dari Bora hanya di jawab dengan deheman oleh sang empu.
" Mbak bensin Pertalite 100 ribu " ujar Bora sembari mengeluarkan uang ke mbak penjaga bensin.
" Dari nol ya mbak...."
" Ya mbak " balas Bora.
*
Sesaat kemudian Bora telah tiba di kampus Alex , yang mana sang empu masih asik membaca buku yang berada di genggaman nya.
"Ehemm..." Bora sengaja berdehem cukup keras agar dapat di dengar oleh Alex.
Masih dengan posisi yang sama , Bora kembali berdehem cukup nyaring.
"Ehemm!!... kayak nya ada yang masih betah nih baca buku di sini" menyindir ke si empu.
Alex menolehkan kepala nya menghadap Bora " udah sampai?".
" Belum ini masih di tengah hutan" jawab asal Bora.
" Eh...elu bo'ong ya" justru membuat Alex kini tersenyum miring.
Bora memutar bola matanya" udah tau tanya".
Alex menerbitkan senyum merekah nya ke arah adeknya "uluh...uluh udah besar kok masih ngambek" sembari mengelus halus rambut Bora.
" Ih....jangan pegang pegang nanti rusak tatanan rambut gue" menepis tangan sang kakak.
"Hehehe....sorry deh. Btw thanks tumpangannya" Alex turun dari mobil Bora sambil melambaikan tangannya
" Bye , hati hati di jalan enggak usah ngebut ingat pesan kakak ok"
"Asiyap kak" tutur Bora seraya terkekeh.
" Kak.." panggil Bora yang kini sudah turun dari mobilnya.
" Ya..." Alex membalikkan badannya dan saat itu juga sang adek mengecup pipi sang kakak secara tiba tiba tepat di depan kampus nya, yang mana masih ada orang yang berlalu lalang di situ
Muah....
" Hey! apa enggak malu kamu " seraya mencubit pipi chubby sang adek.
" Hehehe..." terkekeh kecil.
" Ngapain juga malu kak. Kan gue masih pakai baju , Btw entar pulang nya naik apa? kan gue belum tentu pulang jam berapa. Ya siapa tau pertama ngelamar kerja langsung di terima " ujar Bora.
Bersambung....