Tolong!!
Tolong!!
" Kak Alex , kak Dion tolong Bora " teriak Bora yang berada di bawah jurang.
POV Bora.
Di hari yang sama Bambang berserta keluarganya piknik di tepi sungai letak nya tak jauh dari tempat kejadian Akara.
Bambang berinisiatif mengajak keluarga nya untuk memancing sekalian refreshing otak. Bambang di temani kedua jagoannya memancing ikan di tepi aliran sungai. Sedangkan istrinya dan anak perempuan nya menyediakan bumbu masak dan alat masak.
Setelah menunggu beberapa jam kail pancing yang di pegang oleh Alex bergerak gerak pertanda umpannya sudah di mangsa oleh si ikan.
" Wow…wow… jangan kencang kencang dong narik nya nanti gue kecebur , mana enggak bawa baju ganti" Alex ngedumel dengan si ikan agar tidak menarik terlalu kencang.
Kail pancing pun ia ulur agak jauh terus ia tarik lagi sampai tiga kali dan tiba saat nya Alex menarik sekuat tenaga agar sang ikan tidak meloloskan diri.
Dan akhirnya Alex mendapatkan ikan nila yang ukurannya bisa di bilang jumbo " ayah , Alex dapat ikan " teriak Alex dengan girang.
Yang tadi nya Bora membantu bunda nya meracik bumbu dikagetkan oleh teriakan dari kakaknya.
" Yey!...kakak dapat ikan besar" Bora menghampiri kakaknya sambil lari kecil.
" Awas jangan dekat dekat nanti terpeleset , udah kamu di situ aja" ucap Alex yang tau adek nya akan mendekat ke dirinya.
" Hufft… kakak nyebelin " Bora mengembung kan pipinya saat ia mode merajuk.
Kakak satu nya tak kalah heboh dengan Alex ia berhasil mendapatkan ikan gurame besar dan gemuk. Dua jagoan bapak Bambang sama sama mendapatkan dua ekor ikan yang sama sama besar.
Sedangkan sang ayah mendapatkan kepiting ukuran sedang dua dan satu ekor lobster jumbo.
Lagi lagi Bora senang karna mendapatkan tangkapan yang jumlah nya banyak plus ukuran besar.
Ketiga pria beda generasi berjalan menghampiri bunda dan adek nya agar hasil tangkapan nya segera di masak.
Sang bunda tersenyum ke arah tiga pria tersebut sambil membawa baskom dan pisau nya berada di dalam.
" Taruh di sini aja bunda mau bersihkan kotoran dulu biar masaknya enak " Sari memerintahkan meletakkan hasil tangkapan ke dalam wadah yang sudah ia siapkan.
Sebelum melangkahkan kaki nya ke aliran sungai bunda memberitahu ke Bora bahwa " nak tolong Carikan kayu kering sekitaran sini jangan jauh jauh " perintah bunda ke anaknya Bora.
" Ok bunda " Bora langsung mencari kayu kering untuk membakar hasil tangkapan.
Bora menyelusuri tepi sungai siapa tau menemukan sebatang rantai pohon yang berjatuhan di atas tanah.
Sayup sayup Bora mendengarkan teriakan minta tolong dari arah batu besar dan di apit oleh 2 pohon besar. " Kayak dengar suara minta tolong , tapi gue enggak lihat orang nya. Mungkin gue salah dengar jelas jelas di sini cuman ada gue dan keluarga" batin Bora.
Bora memutuskan mencari kembali kayu bakar yang sempat tertunda.
Sedikit demi sedikit Bora berhasil mengumpulkan tumpukan kayu kering yang berada di kedua tangannya. Dan lagi lagi suara minta tolong semakin jelas , dari pada penasaran Bora mengikuti asal suara minta tolong.
Dengan langkah yang ketakutan Bora menemukan satu mobil ringsek dan di bagian kap mobil mengeluarkan asap. Dengan rasa penasaran Bora mendekat ke arah mobil tersebut.
( Ya tuhan ternyata ada orang yang masih terjebak di dalam , aduh bagai mana nih gue ngeluarin tuh orang. Mana orang nya luka luka , tapi kalau enggak di tolong bisa terbakar Angus di dalam ) pikiran dan hati Bora saat ini tak menentu di hati terucap segera di tolong , tapi di otaknya tidak mungkin mengeluarkan orang yang masih terjebak di dalam dengan kondisi mobil sudah ringsek.
Bora mencoba menguatkan hati nya" gue harus nolongin bagai manapun cara nya".
Langkah kaki nya terhenti tepat di hadapan Akara yang sedang merintih kesakitan. " Tolong… tolong saya" rintih Akara.
Bora sudah mencoba membuka pintu mobil namun hasil nya tetap tak bisa , segala cara sudah ia kerahkan. Bora celingukan mencari batu besar untuk memecahkan kaca mobil agar si pria tersebut bisa lolos.
Craang!!
Satu Kali hantam dengan batu besar akhirnya kaca mobil bolong tak tersisa , yang penting keselamatan manusia tetap nomor satu.
" Kak bangun sadar " menepuk pipi Akara " ayo kita keluar dari sini , sebelum mobil ini meledak " ucap Bora.
Dan benar saja mobil Akara meledak dengan dahsyat , untung saja Bora menyelamatkan kalau terlambat sedikit entah apa yang akan di alami Akara. Bisa jadi Akara terbakar hidup hidup di dalam sana.
Tak cuma satu kali ledakan , bahkan sudah terdengar 3 kali ledakan.
Bora yang baru pertama kali melihat kejadian tersebut ,sontak terperanjat kaget detak jantung nya terpacu dengan cepat di tambah keringat di dahi mulai bercucuran.
" Ya Tuhan untung pria ini selamat " mengelus dadanya agar lebih tenang.
" Hah!!…gue harus memapah pria ini. Tapi gue sendiri enggak kuat apa gue teriak minta tolong ke kakak , siapa tau kedengaran" tiba tiba ide itu terlintas di pikirannya.
Tolong!!!…kak Alex
Tolong!!… kak Dion
Tolong!!…tolong!!
*
" Bunda Bora mana sih kok dari tadi belum pulang " Dino cemas ke pada adek nya yang tak kunjung kembali.
" Mungkin masih cari kayu nak , bentar lagi pasti pulang " ucap bunda Sari sambil membersihkan isi perut gurame.
" Tapi Dion cemas Bun. Hati Dion enggak tenang " Dion terus menerus gelisah sambil mondar mandir tak jelas.
" Udah kamu yang tenang aja biar Alex aja yang cari , kamu bantuin bunda bersihin kepiting sama lobster" ucap Bunda Sari.
" Tapi Bun " ucapan Dion terhenti semenjak mendengarkan teriakan minta tolong dan suara nya persis dengan Bora.
Bora!!… batin Dion.
" Dion kamu mau kemana?" teriak bunda Sari yang tak mendengar teriakan Bora minta tolong.
" Dion mau cari Bora dulu bye Bun " ucap Dion.
Dion lari tanpa arah dan tujuan hanya berbekalan teriakan Bora minta tolong.
Bora!!
Bora!!
" kamu di mana Bora?!!" teriak Dion.
Tolong!!
Tolong!!
" Tolong ada orang pingsan , siapapun itu tolong kami " teriak Bora yang berada di dekat pohon besar dan tak jauh dari kejadian terdapat mobil yang masih mengeluarkan kobaran api yang tak kunjung padam.
Dion mendengar suar Bora dari arah barat , dengan sekuat tenaga Dion menghampiri suara tersebut.
" Bora!! apakah kamu di situ? " Dion hampir mendekati batu besar tepat di balik batu terdapat Bora dan Akara yang sedang pingsan.
Bora mendengar teriakkan kakaknya " kak Dion bantu Bora".
Dion sekarang berada tepat di depan batu besar yang tak jauh dari situ terdapat aliran sungai yang cukup deras.
" Bora kamu di mana? kakak udah di sini "
" Kak Dion Bora di belakang batu besar " seketika Dion langsung mencari adek nya.
" Astaghfirullah Bora!! kamu enggak apa kan " Dion memeluk adek nya sambil mengecek tubuh Bora ada yang terluka atau tidak. Kondisi Bora saat ini baju nya terkena darah Akara serta kedua tangannya.
" Bora enggak apa kak , cepat kak bantuin anak orang yang sedang sekarat " perintah Bora agar kakaknya cepat cepat membawa ke rumah sakit.
Bersambung…