Setelah menunggu lama di ruang tunggu , baru lah Dokter Umum menghampiri keluarga pasien.
" keluarga dari pasien nona Bora?".
" iya saya ayah kandung dari Bora , apakah anak saya sudah sadar Dok ?" tanya ayah Bambang.
" Nona Bora belum sadar di karenakan masih terpengaruh obat bius ,mungkin sebentar lagi akan sadar" ucap Dokter.
" Dok adek saya terkena apa?" tanya Alex kakak kedua.
" Nona Bora terkena infeksi pencernaan kalau tidak di tangani bisa jadi lebih parah yaitu dehidrasi" ucap Dokter.
" Apakah perlu rawat inap Dok? " tanya Dion kakak pertama.
" kita lihat kondisi nya kalau belum ada kemajuan terpaksa pihak rumah sakit mengajukan surat rawat inap" ucap Dokter.
" Terimakasih Dok atas bantuannya " ucap ayah Bambang sambil berjabat tangan dengan Dokter.
" Terimakasih kembali , saya mohon undur diri permisi" Dokter pun kembali ke ruangannya.
" Syukurlah yah Bora enggak kenapa-kenapa. bunda jadi lega" bunda Sari mengusap dadanya.
" ayok Bun , yah , kak kita masuk ke dalam lihat ke adaan Bora" ajak Alex.
Mereka berempat melangkahkan kaki menuju tempat Bora di rawat.
Sampai di dalam perasaan mereka lega setelah melihat wajah Bora yang tidak pucat lagi.
Tak lama kemudian Bora tersadar dari pingsannya , pertama kali membuka mata Bora melihat sekeliling ruang rumah sakit baru melihat bunda nya yang sedang terlelap tidur di sisi brankar dengan kedua lengannya menjadi tumpuan.
Tangan Bora perlahan mengusap kepala bundanya. bunda Sari merasa ada yang menyentuh kepalanya , ia mendongak kan wajah nya ke arah anaknya.
" Alhamdulillah Bora kamu udah sadar nak , ada yang sakit apa enggak? bentar ya bunda mau panggil perawat dulu "
Bunda Sari berjalan keluar dari ruang tersebut dan ternyata suami nya dan kedua anaknya masih di depan ruang UGD. bunda Sari melangkahkan kaki nya menuju suaminya dengan senyum bahagia.
" Yah Bora udah sadar " ucap bunda Sari.
"Alhamdulillah" ucap mereka serempak.
" Ayah , Alex , Dion tolong jaga Bora sebentar bunda mau panggil perawat" ucap bunda Sari.
Tanpa menjawab ucapan bunda nya mereka bertiga langsung memasuki ruangan UGD.
Selang beberapa menit datang lah Dokter berserta Suster dan tak lupa bunda Sari yang berada di belakang.
Dokter pun memeriksa tubuh Bora yang baru saja sadar.
" bagaimana dok dengan kondisi anak saya?" tanya bunda Sari.
" Alhamdulillah kondisi nona Bora sudah membaik tapi jangan melakukan aktivitas yang berat , istirahat yang cukup" nasehat dari Dokter.
" Apakah anak saya boleh pulang sekarang?" tanya bunda Sari.
" Boleh nyonya tapi cairan infus harus habis dulu baru boleh pulang"
" Dan jangan lupa obat nya di minum yang rajin"
ujar Dokter.
" baik Dok terimakasih " ucap Bora.
Dokter berserta suster meninggalkan ruang tersebut.
Dirasa suasana aman baru lah ayah Bambang menyuarakan suara.
" Bora! kan ayah sudah bilang jangan jajan sembarangan, ini akibatnya tidak mendengarkan omongan orang tua" ucap ayah Bambang.
" Tapi kan yah , Bora kan udah lama enggak jajan dekat SMA ku biasanya aku jajan perut ku enggak kenapa-kenapa"
" mungkin faktor kecapean yah. yang penting Bora masih sehat" ucap Bora.
" tapi waktu itu kesana nya sama bunda kok yah. Bunda aja fine-fine aja malahan beli cilok sambel nya 5 sendok" ucap Bora tanpa rasa bersalah.
Sang Bunda hanya bisa menampilkan cengirnya sambil menatap suaminya.
" Waktu itu bunda pengen cilok pedes jadi bunda ngajak Bora keliling cari Abang tukang cilok. kebetulan ada Abang tukang cilok di dekat SMA Bora" sang bunda memeluk pinggang suami nya agar tak marah kepadanya.
" terus mampir kemana lagi Bun?" tanya Dion.
" hmmm....habis beli cilok kita jalan-jalan lagi beli seblak , baso Aci sama beli cireng bumbu rujak" jawab bunda.
Prok.....prok.....prok.....
Alex tepuk tangan sendiri setelah mendengar pengakuan dari bunda nya " Wow amazing Bun terus kan bakat terpendam mu" tak habis habisnya Alex mengapresiasi bakat terpendam bunda nya. Sudah tau anak perempuan nya tidak kuat makanan yang terlalu pedas masih aja di ajak.
" Dek bukannya kamu bisa melihat masa depan? " tanya Dion.
" Terus?" ucap Bora sambil memicingkan alis nya.
" Kan bisa tau kedepannya keadaan kamu sehabis makan jajan yang terlalu pedas , jadi bisa mengurangi jumlah porsi makan kamu" ucap Dion.
Semua sekeluarga tau kelebihan Bora yang dia miliki sejak umur 17 tahun. Dan sampai detik ini kemampuan kian bertambah seiring bertambah usia.
"Ck .... ya enggak gitu juga konsepnya maymunah , setiap orang yang mempunyai kelebihan pasti tidak bisa melihat dirinya sendiri di masa depan. Kalau pun bisa harus orang lain yang mempunyai kelebihan yang serupa dengan diri kita. contoh nya mata kita kemasukan debu apa bisa diri kita bersihkan sendiri pasti perlu bantuan orang lain kan " ujar Bora.
" Oooo....gitu toh dek kirain orang yang di berikan hadiah dari tuhan bisa melihat masa depan nya sendiri tanpa bantuan dari orang lain" ucap Alex.
"hmmm..." Bora hanya menanggapi dengan anggukan kepala.
" Bun Bora lupa kasih tau ke temen aku" rengek Bora ke bunda nya.
" Kayak nya bunda bawa hp mu , bentar bunda cari di tas dulu" , selang beberapa detik.
" Nih hp mu cepat hubungi teman mu biar nanti bisa di beri tau pihak kampus bahwa kamu sakit masih di rawat di rumah sakit" bunda Sari menyerahkan hp anak nya ke Bora.
Bora langsung menerima hp nya dan ia mulai mengetik pesan ke temanya.
" fur gue izin enggak masuk tolong sampaikan ke kakak pembina, gue sakit ". pesan tersebut langsung ia kirim.
Ting....pesan masuk.
Fury :" ok Ra cepat sembuh ya".
" gimana udah di bales pesannya? " tanya ayah Bambang.
" beres " ucap Bora.
Bora melihat kedua kakaknya yang masih stay di tempat. " kak Alex sama kak Dion enggak pada kerja sama kuliah" .
" enggak " ucap mereka serempak tanpa mengalihkan pandangan dari gadget.
Tanpa sengaja Bora melihat cairan infus yang sudah habis yang tanda nya sudah boleh pulang sesuai instruksi dari Dokter.
Bora memberitahu bundanya bahwa cairan infusnya sudah habis. Bunda Sari pun mengecek ulang dan benar saja sudah habis tak tersisa , dan ia bergegas menemui perawat.
Perawat pun tiba sambil membawa tempat infus dan kain kasa. Perawat tersebut menarik jarum infus nya secara perlahan setelah itu di tutupi dengan kain kasa berbentuk mini.
Bora langsung beranjak dari brankar dan berjalan menuju arah pintu keluar. Sebelum pulang ayah nya terlebih dahulu melunasi administrasi rumah sakit dan membayar tebusan obat.
" ayok kita pulang sekarang " ayah Bambang merangkul pundak anak perempuan menggiring masuk ke mobil .
Sampai di rumah Bora langsung istirahat di kamarnya sampai tenaganya benar-benar pulih.
bersambung.....