Setelah kepergian Satria dari rumah sakit, Angga menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia tak menyangka akan terjebak disini berdua bersama Jessy. Ah bukan! Lebih tepatnya menjaga Jessy sendirian. Satria benar-benar tak bisa dibujuk untuk tetap tinggal disini menemaninya hanya semalam saja, setelah membawakan pancing Radit, Satria langsung pergi lagi dan berpamitan padanya, dan Angga tidak bisa memaksa Satria untuk menemaninya menjaga Jessy.
Angga menatap pintu ruangan tempat Jessy diperiksa, pintu itu masih tertutup rapat. Apakah keadaan Jessy sangat parah sehingga perawat dan Dokter tak kunjung keluar memberinya kabar? Sekarang Angga hanya berharap semua baik-baik saja. Ia berharap Jessy tak kenapa-kenapa.
Angga menyenderkan punggungnya di tembok luar ruangan Jessy sambil memejamkan matanya sejenak, rasanya hari ini sangat melelahkan, sungguh melelahkan. Ia berharap ada keajaiban bahwa Radit bisa datang malam ini, namun harapannya itu tidak mungkin terjadi, karena Radit memang tak mungkin akan datang. Lalu sekarang bagaimana? tanyanya pada diri sendiri. Angga merasa bahwa pikirannya sangat kacau, kacau kenapa? Ia tidak tahu? Apakah ia khawatir pada keadaan Jessy? Tidak tahu, sungguh ia tak tahu apa yang membuatnya sekacau ini.
10 menit kemudian…
Derap langkah seseorang membuatnya membuka matanya, dan ternyata seseorang itu adalah perawat yang tadi masuk memeriksa Jessy. Seketika ia merasa tubuhnya menegang. Angga langsung membuka mulutnya hendak bertanya pada perawat itu, namun belum sempat Angga berkata apapun, sudah di dahului oleh perawat itu, perawat itu mengatakan, "Nona Jessy akan segera di pindahkan ke ruangan VVIP karena permintaan dari keluarga pasien, tadi keluarga Nona Jessy sudah menelepon pihak rumah sakit ini dan mengurus semua biaya administrasinya. Hanya itu yang dapat saya sampaikan pada Tuan, terima kasih." ucap perawat itu tersenyum tipis pada Angga.
Angga hanya bisa meresponnya dengan anggukan kecil, setelahnya Angga membuka suara dan bertanya, "Lalu bagaimana keadaan pasien sekarang suster?" tanya Angga dengan raut wajah khawatirnya. Siapa yang tidak khawatir? Ia disuruh menjaga Jessy oleh Radit malam ini, tentu saja ia ingin tahu bagaimana keadaan Jessy sebenarnya, kenapa harus dipindahkan ke ruangan VVIP? Pertanyaan di kepalanya itu hanya terngiang di kepalanya, tak ada yang bisa menjawab pertanyaannya.
"Nona Jessy baik-baik saja hanya saja Nona Jessy masih pingsan belum sadarkan diri. Mungkin butuh waktu beberapa jam untuk pasien sadar, mohon Tuan bersabar. Sekarang ikuti saya ya Tuan, karena sekarang Nona Jessy akan dipindahkan ke ruangan VVIP." ucap perawat itu dengan nada ramah dan tersenyum tenang.
"Baiklah suster, terima kasih." ucap Angga sedikit lebih lega karena Jessy ternyata baik-baik saja. Yang ia takutkan ternyata tidak terjadi. Ia menghembuskan nafas leganya, dan berterima kasih pada Tuhan berkali-kali atas selamatnya Jessy dari tenggelam tadi. Usahanya tidak sia-sia menyelamatkan Jessy.
Angga mengikuti perawat itu yang mendorong brankar Jessy menuju ruangan VVIP. Hening tak ada yang membuka suara disaat mereka berjalan. Hingga tak terasa mereka sampai di depan ruangan VVIP, perawat itu membuka pintu ruangan dan kembali mendorong brankar Jessy. Ketika sampai ditempat, perawat itu berkata, "Tuan bisa tolong bantu saya mengangkat Nona Jessy dan menidurkannya di atas sini?" tanya perawat itu dengan nada yang sangat ramah dan menunjuk brankar yang lebih mewah yang memang ada di ruangan VVIP.
"Bisa suster, biar saya saja yang mengangkat Nona Jessy." ucap Angga sambil mengangguk dan langsung menggendong Jessy ala bridal style, Angga menidurkannya di brankar yang ditunjuk oleh perawat itu.
"Terima kasih Tuan atas bantuannya. Saya tinggal dulu." ucap perawat itu langsung berlalu dari hadapan Angga yang hanya menyisakan Angga dan Jessy di dalam ruangan itu.
Angga meneguk ludahnya dengan susah payah, sungguh mereka hanya berdua di ruangan ini, Angga masih tidak percaya ini. Dan malam ini, Angga akan menginap disini menjaga Jessy? Sungguh! Apakah tidak ada suatu hal yang lebih gila daripada ini? angga benar-benar terjebak dengan situasi saat ini. Tetapi tolong catat, ia mau melakukan ini hanya karena ia ingin membantu Radit. Karena Radit sudah sangat banyak membantunya, jadi ia tidak bisa menolak permintaan Radit kali ini.
***
Keesokan harinya…
Jessy mengerjap-ngerjapkan matanya dan melihat sekeliling, ia hanya melihat ruangan yang serba putih. Ia ada dimana? tanyanya dalam hati. Jessy memegangi kepalanya yang sedikit pening, dan seketika ia ingat bahwa kemarin ia tenggelam di pantai. Ia dapat menyimpulkan bahwa sekarang ia berada di rumah sakit. Tapi, siapa yang menyelamatkannya dan melarikannya ke rumah sakit?
Baru saja Jessy akan membenarkan posisi kakinya yang ditutupi selimut, ia merasakan ada yang mengganjal. Ia melihat ketempat kakinya, ternyata ada seseorang yang tertidur di kakinya, dari kelihatannya seseorang ini adalah laki-laki. Tapi siapa? Mungkin kah laki-laki ini yang menyelamatkan nyawanya dari tenggelam kemarin dan melarikannya ke rumah sakit ini? mungkin saja.
Ia memperjelas pandangannya lagi yang sedikit kabur karena baru saja sadar dari pingsannya. Ia dapat melihat wajah laki-laki yang tertidur pulas di samping kakinya dengan sedikit jelas karena laki-laki itu tertidur menghadap kearahnya, wajahnya seperti tidak asing baginya. Apakah ia pernah bertemu dengan laki-laki ini sebelumnya?
Seketika Jessy teringgat sesuatu, dan ia langsung terkejut, bukankah laki-laki ini adalah teman kostnya Radit? Kalau tidak salah ia pertama dan terakhir bertemu laki-laki ini beberapa bulan lalu saat menunggu Radit untuk mengantarkannya ke kota Denpasar, tidak salah lagi, laki-laki ini bernama Angga Wiguna. Laki-laki yang sangat ramah terhadapnya, namun selalu ia respon dengan sikap dinginnya.
Ternyata laki-laki ini sangat baik, mau menolongnya, mungkin jika bukan karena laki-laki ini ia sudah tidak bisa bernafas lagi sekarang. Mulai sekarang ia harus bisa bersikap baik pada laki-laki ini untuk menebus kesalahannya yang dulu. Mulai sekarang ia harus bisa tidak bersikap dingin lagi pada laki-laki penolongnya ini.
Jessy lagi memegangi kepalanya yang sedikit berdenyut. Kenapa sakit sekali rasanya kepalanya ini? Ada apa dengan kepalanya? Apakah kepalanya sempat terbentur sesuatu saat tenggelam kemarin? Ia mengaduh pelan, "Arghh sakit." ucapnya dengan sangat pelan, takut membuat laki-laki yang menjaganya ini terbangun. Jessy menoleh kearah jam dinding, jam masih menunjukkan pukul 04.00 WITA, masih terlalu pagi untuk ia membangunkan Angga.
Jessy memilih menahan rasa sakit di kepalanya dengan merapalkan doa agar kepalanya tidak semakin sakit, ia terus memegangi kepalanya sambil mengaduh pelan. Dan ternyata kali ini suaranya yang pelan itu telah membangunkan Angga dari tidur nyenyaknya. Angga terbangun dari tidurnya dengan raut wajah panik ketika melihat wajah pucat Jessy. Seingatnya ketika ia terakhir melihat wajah Jessy kemarin, wajah Jessy tidak sepucat ini. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba wajah Jessy sepucat itu? Ada apa dengan Jessy? Apa yang telah ia lewatkan selama ia tertidur semalaman?
"Kamu kenapa kak Jessy?" tanya Angga langsung terbangun dari duduknya dengan nada paniknya menatap Jessy. Saking paniknya dirinya hingga kursi yang ia duduki itu terjatuh dari posisinya dan menimbulkan bunyi berisik di pagi-pagi buta.