Chereads / Penderitaan Cinta Jessy / Chapter 29 - 29. BAB 28 : Mimpi Terbesar Angga

Chapter 29 - 29. BAB 28 : Mimpi Terbesar Angga

"Baiklah, aku akan ke Rumah Sakit sekarang, terima kasih sarannya Angga. Terima kasih karena sudah memberikanku semangat, aku berangkat ya…." ucap Radit pelan, berpamitan pada Angga. Langsung saja setelah mengatakan itu Radit berdiri dari duduknya dan tersenyum kecil menatap Angga yang juga ikut  berdiri.

"Iya sama-sama, Hati-hati Radit." ucap Angga membalas senyum Radit. Ia sedikit lega sekarang karena Radit sudah bisa tersenyum, tidak sesedih tadi. Rasanya ia berhasil menjadi super hero untuk kedua kalinya. Apakah ini terlalu berlebihan? Tidak, Angga hanya ingin mengapresiasi dirinya sendiri.

Setelahnya, Radit langsung pergi dari hadapan Angga tanpa menoleh ke belakang lagi. Radit langsung menuju parkiran kost untuk mengambil motornya lalu mengendarainya, ia menuju ke Rumah Sakit dengan berbagai perasaan berkecamuk di dadanya. Radit belum sepenuhnya percaya diri untuk menemui Jessy. Ia hanya takut ketakutannya benar-benar terjadi. Namun ia meyakinkan dirinya untuk tetap berangkat, dan konsisten mengendarai motornya ke Rumah Sakit agar tidak berbalik arah mencari tujuan lain selain ke Rumah Sakit.

Sedangkan di kost, Angga langsung masuk ke dalam kamarnya dan Angga langsung mengambil handuk biru kesayangannya, ia lalu menuju kamar mandi yang berada di pojok kamarnya. Tak butuh waktu lama untuk Angga membersihkan dirinya, hanya 10 menit, Angga sudah selesai mandi.

Angga lalu memutuskan untuk tidur sejenak melepaskan kepenatannya sejak kemarin malam kelelahan menjaga Jessy di Rumah Sakit, ia memang tidur nyenyak semalaman di Rumah Sakit, namun beda rasanya ketika tidur dengan posisi duduk dengan tidur dengan posisi tidur sesungguhnya, seperti yang ia lakukan sekarang. Angga merebahkan dirinya di kasur King Size empuknya dengan posisi telentang.

Angga memejamkan matanya sejenak,

Satu detik…

Dua detik…

Tiga detik…

Empat detik…

Lima detik…

Tidak  bisa, Angga tidak bisa tidur, banyak yang ia pikirkan, namun tak tahu itu apa. Angga merasakan kepalanya penuh dengan berbagai pikiran yang seharusnya tak ia pikirkan.

Angga membuka matanya dan  menatap langit-langit kamarnya, sambil melamun Angga menerawang…

Namun tiba-tiba suara nyaring membuatnya terkaget-kaget, Ia menoleh kesamping, diatas bantal tidurnya ke tempat dimana ia menaruh ponselnya. Ternyata ponselnya menyala-nyala, tanda ada panggilan masuk, Angga langsung meraih ponselnya dan menekan tombol hijau,

"Halo Angga." ucap suara dari seberang telepon,

"Iya Halo Adi, ada apa?" tanya Angga pada lawan bicaranya. Ternyata yang meneleponnya adalah Adi teman sekelasnya di kampus.

"Begini Angga, aku ingin memberitahu bahwa kuliah sore ini dibatalkan oleh Dosen yang bersangkutan. Dosen tidak bisa menghadiri perkuliahan dan memberikan materi karena ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, jadi sore ini kita libur Ga." ucap Adi menjelaskan panjang lebar pada Angga.

Maklum Adi adalah wakil korti, jadi terkadang ia harus menghubungi satu-persatu anggota kelas yang tidak aktif Whatsappnya, dan kebetulan Angga tidak merespon di grup kelasnya, maka dari itu ia memutuskan untuk menelepon Angga agar Angga tahu juga informasi ini. Kan kasihan kalau Angga datang ke kampus namun perkuliahan tidak berlangsung, apalagi  datang sendirian, karena teman-teman di kelasnya sudah semua merespon di grup kelas, jadi ia menyimpulkan semua sudah membaca informasi, kecuali Angga  yang Whatsappnya tidak aktif.

"Oh begitu, baiklah,  terima kasih informasinya Adi, untung saja kamu meneleponku, kuotaku habis jadi Whatsappku tidak aktif. Aku belum sempat keluar untuk membeli kuota. Sekali lagi terima kasih informasinya wakil kortiku yang baik hati." ucap Angga dengan nada yang sangat bersemangat.

Entah kenapa ia langsung mengucap beribu syukur karena tidak kuliah sore ini, ia tidak tahu kenapa ia sesenang sekarang. Padahal Dosen yang harusnya mengajar nanti sore biasa saja, bukan termasuk Dosen killer. Apa yang membuatnya sesenang ini? Angga tidak tahu, yang jelas rasanya sangat bahagia karena hari ini ia terbebas dari perkuliahannya di kampus. Ia berpikir bahwa setelah ini ia akan bisa tidur siang dengan nyenyak.

"Iya sama-sama Angga, aku tutup ya teleponnya, pulsaku habis nih. Bye!" ucap Adi langsung memutuskan sambungan tanpa menunggu persetujuan dari Angga.

BEEP!

Telepon benar-benar diputuskan secara sepihak oleh Adi, Angga hanya bisa menatap pasrah ponselnya dan tersenyum sekilas karena bersyukur memiliki teman sebaik teman-teman kampus di kelasnya. Mereka semua sangatlah setia kawan, tidak ada pertikaian di kelas, selalu akur, Angga bersyukur ada di tengah-tengah lingkungan yang sanggat baik dan selalu mendukungnya. Bukankah memiliki banyak teman dan disayangi oleh keluarga juga merupakan anugerah yang tidak ternilai?

Angga meletakkan ponselnya di tempat tadi ia mengambilnya. Kini pikiran Angga jauh lebih tenang, tidak sekacau tadi. Angga memutuskan untuk memjamkan matanya kemabli, berharap kali ini ia bisa tidur siang dengan nyenyak, karena semua badannya pegal setelah semalaman tidur dengan posisi terduduk di Rumah Sakit saat menjaga Jessy. Ia ingin memulihkan badannya agar tidak sepegal ini.

Dan benar saja, Angga mampu tertidur pulas dan menjelajah di alam mimpi selama kurang lebih 2 jam.

2 jam kemudian… Alunan suara Alan Walker menggema di kamar tidur Angga. Ya! Itu adalah suara alarmnya, sebelumnya ia sudah menyetel alarm agar ia tidak bangun kesorean. Dan ternyata dengan sekali alunan suara saja ia sudah terbangun. Angga selalu menyetel lagu kesukaannya dijadikan alarm, itu ia lakukan seakan-akan artis yang ia sukai sedang membangunkannya, dan ia kembali bersemangat setelah bangun tidur. Ia selalu merasa di bangunkan oleh Alan Walker, dan dengan itu saja ia sudah merasa sangat bahagia.

Semoga saja suatu saat nanti ia diberikan kesempatan untuk bertemu dengan idolanya, karena itu adalah mimpi terbesarnya. Siapa tahu ada rezeki kan ia bisa terbang ke Northampton, Inggris, Britania Raya tempat dimana Alan Walker dilahirkan, atau setidaknya ia bisa pergi ke Bergen, Norwegia tempat dimana Alan Walker tinggal. Setahu Angga berkat ia searching di google Alan Walker adalah produser rekaman dan DJ berkebangsaan Norwegia-Inggris, dan Angga sangat suka dengan semua lagu-lagu yang dikeluarkan oleh Alan Walker.

Angga mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak, lalu merubah posisinya dari tidur menjadi terduduk. Ia mengusap wajahnya sedikit kasar agar rasa kantuknya lenyap, dan ternyata itu tidak berhasil. Angga lalu masuk ke kamar mandi dan mencuci mukanya, berharap cara kedua ini ampuh untuk menghilangkan rasa kantuknya, dan ternyata berhasil.

Angga keluar dari kamar mandi dan mengelap wajahnya menggunakan handuk biru kesayangannya yang tertengger diatas kursi belajarnya.

Angga  bingung mau melakukan apa sekarang, kuliah tidak jadi. Ah iya! Lebih baik ia datang ke Rumah Sakit saja menjenguk Jessy sekaligus menemui Radit. Ia lupa bahwa tadi ia sudah berjanji pada Radit akan menyusul Radit ke Rumah Sakit setelah ia bangun tidur, ia hampir melupakan hal penting itu.

Angga lalu bersiap-siap untuk datang ke Rumah Sakit, menjenguk Jessy. Ia  membawa semua perlengkapan yang diperlukan karena ia berniat akan pulang malam nanti dari Rumah Sakit, ia berniat menghabiskan waktunya di Rumah Sakit dengan mengobrol bersama Jessy maupun Radit. Angga keluar dari kamarnya dan mengunci pintu kamarnya, lalu ia berjalan menuju parkiran kostnya dan mengambil motornya, mengendarainya dengan kecepatan sedang menuju Rumah Sakit,

Namun tiba-tiba …