Namun tiba-tiba ketika di tengah perjalanan menuju Rumah Sakit, ponselnya berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk. Angga menepikan motornya ke pinggir jalan, merogoh ponselnya yang ia taruh di saku celana dan melihat sebuah nomor tak dikenal sebagai panggilan masuk. Angga mengerutkan alisnya sekilas dengan raut bertanya-tanya, siapa yang meneleponnya? Awalnya ia mengira panggilan itu adalah dari teman kampusnya, tapi rupanya bukan, karena ia telah men-save semua nomor teman-teman sekelasnya, lalu siapa penelepon ini? Apakah ini nomor penipu yang akan meminta dikirimi uang dan menghipnotisnya? Seperti yang ada di film-film itu?
Tidak, ia tidak boleh berprasangka buruk dulu, siapa tahu saja panggilan ini adalah panggilan dari orang penting yang sedang membutuhkan bantuannya kan?
Tanpa pikir panjang Angga mengangkat telepon dari nomor tak dikenal itu, ia menempelkan ponselnya di telinganya yang sebelumnya sudah ia buka helmnya terlebih dahulu,
"Halo?" ucap Angga mengawali pembicaraan dengan sapaan ramahnya,
"Halo." ucap sebuah suara dari seberang telepon, didengar dari suaranya sih lembut sekali, suara perempuan. Suaranya seperti tidak asing bagi Angga. Ia seperti pernah mendengar suara ini sebelumnya, tetapi dimana ya? Angga mendadak lupa ingatan.
"Iya, ini siapa ya?" tanya Angga langsung to the point.
"Halo Angga, ini Jessy Stephanie. Apakah kamu mengingatku?" tanya Jessy dengan nada bercanda dan sedikit tertawa dari seberang telepon. Ia hanya bercanda bertanya begitu, ia tahu Angga pasti mengingatnya, tidak mungkin tidak kan?
"Oh Jessy. Iya aku sangat ingat, ada apa meneleponku?" tanya Angga ramah dan tersenyum kecil, walaupun senyum itu Jessy tak dapat melihatnya.
"Maaf sebelumnya kalau aku lancang karena telah meminta nomormu dari Radit lalu meneleponmu tanpa se-izin mu, aku hanya kepikiran dengan apa yang dikatakan Radit barusan, katanya kamu hendak menjengukku lagi ke Rumah Sakit ya? Jangan datang ke Rumah Sakit Angga, karena aku sudah di rumah, aku sudah diperbolehkan pulang tadi siang, Radit ikut juga mengantarku ke rumahku." ucap Jessy dengan panjang lebar, banyak yang ingin Jessy katakan, itu belum semuanya. Akan ia katakan sedikit demi sedikit.
"Oh ya? Bagus dong. Sehat-sehat Jessy." ucap Angga bingung mau menanggapi pernyataan panjang Jessy dengan apa, hanya itu kata-kata yang terlintas di kepala Angga, maka dengan polosnya ia hanya mengatakan itu pada Jessy.
"Terima kasih Angga. Kamu bisa datang ke rumahku tidak jika kamu tidak sibuk? Kapan saja kamu sempat." ucap Jessy penuh harap, ia tidak tahu kenapa ia ingin Angga datang ke rumahnya. Apa mungkn karena Angga orangnya sama asyiknya seperti Radit? Jadi ia ingin bercerita banyak dengan Angga sama seperti ia selalu berceloteh panjang lebar ke Radit?
"Oh tentu saja bisa, hari ini aku tidak kuliah, aku punya waktu sampai malam. Kalau sekarang aku kesana boleh tidak Jessy?" Tanya Angga dengan sangat antusias. Ia tak menyangka jika Jessy ingin Angga datang ke rumahnya, ia tak menyangka jika ia diundang oleh Jessy untuk datang ke rumahnya. Apakah disana juga akan ada Radit? Tentu saja ada kan? Kan Radit yang antarkan Jessy pulang ke rumahnya.
"Tentu saja boleh, dengan senang hati aku menunggumu datang ke rumahku. Kalau begitu aku kirim lokasi rumahku ke Whatsappmu sekarang ya?" tanya Jessy dengan mata berbinar-binar karena kegirangan. Ia tidak tahu apa yang membuatnya merasa sesenang ini. Apakah karena Angga yang akan datang ke rumahnya atau karena ia sudah bisa pulang dari rumah sakit?
"Iya Jessy, kalau begitu teleponnya aku tutup ya?" tanya Angga pada Jessy terlebih dahulu agar Jessy tidak salah paham jika ia langsung mematikan telepon tanpa persetujuan dari Jessy.
"Iya Angga,matikan saja sambungan teleponnya, hati-hati Angga, aku tunggu di rumah kedatanganmu." ucap Jessy dengan nada yang sangat bersemangat. Ia merasa bahwa dirinya baik-baik saja, tidak seperti baru sembuh dari sakit. Ada apa dengan Jessy? Bahkan ia sendiri tidak mengerti ada apa dengan dirinya?
BEEP!
Angga tidak menjawab lagi perkataan Jessy, ia hanya tersenyum kecil setelah sambungan ia putuskan secara sepihak. Ia menatap ponselnya yang sudah menampilkan layar hitam keseluruhan dengan tersenyum manis, ia lalu menrauh ponselnya di saku celananya, di tempat ia menaruhnya tadi sebelum menerima telepon dari Jessy. Tak lupa sebelumnya Angga sudah melihat maps yang langsung dikirimkan oleh Jessy sesudah sambungan telepon dimatika, yang akan membawanya ke rumah Jessy, Angga sudah memperhatikannya sekilas dan dirasa ia bisa berjalan tanpa harus bolak-balik melihat maps.
Angga lalu mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, entah kenapa kata-kata Jessy yang berpesan padanya menyuruhnya untuk hati-hati terus terngiang di kepalannya. Maka dari itu Angga tumben kali ini tidak memacu gasnya dengan kecepatan tinggi ke lokasi rumah Jessy, ia tak ingin dirinya kenapa-kenapa dan ia tidak ingin membuat Jessy khawatir, hanya itu.
Setelah melewati perjalanan yang terasa panjang bagi Angga, Angga sampai di tempat tujuan, yaitu rumah Jessy.
Sampai di alamat yang dituju, Angga celingukan menoleh ke kanan dan ke kiri, pasalnya yang ia lihat hanyalah bangunan megah nan mewah yang berdiri di depannya, ia melihat ponselnya sekali lagi bahwa ia tidak salah arah dan nyasar, "Benar kok ini jalannya, berarti ini dong rumahnya Jessy?" gumamnya pada diri sendiri sambil menunjuk rumah di depan hadapannya, bahkan hanya dirinya yang mendengar karena saking kecilnya suaranya.
Angga kebingungan berdiri seperti orang bodoh di depan bangunan megah nan mewah itu yang ia perkirakan adalah rumah Jessy. Ia memutar otaknya berpikir keras bagaimana caranya ia tahu bahwa ini benar rumah Jessy? Kalau menekan bel bisa saja, namun ia takut salah rumah, malu dong? Pikirnya dalam hati.
Ah iya! Kenapa tidak menelepon Jessy saja? Tercetuslah ide itu begitu saja di otaknya. Ia langsung mencari kontak Jessy Stephanie dan menekan tombol panggil yang berwarna hijau, baru satu sambungan, langsung diangkat oleh Jessy.
"Halo." terdengar suara Jessy dari seberang sana,
"Halo Jessy, sepertinya aku sudah di depan rumahmu. Aku tidak tahu apakah rumah di depanku ini adalah benar rumahmu atau tidak." ucap Angga dengan nada sedikit ragu karena rumah di depannya ini benar-benar megah nan mewah seperti rumah artis Hollywood di film-film. Ia ragu, apakah rumah seperti itu benar-benar ada di kehidupan nyata? Namun kenyataannya rumah seperti itu benar-benar ada di hadapannya sekarang. Oh tidak! Apakah Angga sedang bermimpi?
"Oh begitu, kalau begitu coba kamu foto rumah yang ada di depanmu." ucap Jessy akhirnya. Jessy sedang berada di dapur, karena ia baru saja akan meminum obatnya. Untung saja ia membawa ponsel, jika tidak, pasti ia akan melewatkan panggilan dari Angga, dan pasti Angga akan tambah bingung.
Angga langsung mengarahkan kamera ponselnya kearah rumah di depannya dan megambil gambar, lalu dengan gerakan sigap ia menekan tombol kirim gambar di kontak Jessy.
Ting!
Ponsel Jessy berbunyi sekali menandakan sebuah pesan Whatsapp masuk,
Di pop-up chat tertera tulisan, "Angga send a picture."
Jessy langsung membuka layar kunci dan membuka pesan dari Angga dan memperhatikan foto rumah yang Angga kirimkan padanya,