"Kenapa tidak usah nak Angga? Tolong jangan menolak tawaran tante ya? Tante hanya ingin nak Angga ikut makan malam bersama keluarga kami. Tidak ada tujuan lain kok nak Angga." ucap Ibu Jessy dengan nada pelan dan masih menampilkan senyum ramahnya pada Angga.
Belum sempat Angga menjawab perkataan Ibu Jessy, tiba-tiba muncul lah Jessy dari balik pintu kamarnya dengan cengiran kudanya tanpa rasa bersalah sama sekali. Apakah Jessy tak sadar bahwa sejak tadi Angga menunggunya datang?
"Lagi bahas apa sih? Sepertinya seru banget!" ucap Jessy langsung duduk di sofa, tepat di samping Angga duduk. Ia menoleh kearah Anggadan tersenyum manis, berharap dengan itu bisa membuat Angga tidak kesal padanya karena ia lama keluar dari kamarnya. Ia tahu Angga merasa tak nyaman jika berada di situasi ini. Tetapi mau bagaimana lagi? Ia sedang minum obat di dapur, dan harus mengembalikan sisa obat ke kamarnya.
"Tidak ada Jessy, kami hanya mengucapkan terima kasih pada Angga karena sudah menyelamatkanmu sehingga kamu masih ada di hadapan kami sekarang, itu semua berkat Angga." kini giliran kakak sulung Jessy yang membuka suara dan tersenyum menatap adik bungsunya.
"Oh begitu, kalau begitu Jessy ajak Angga ke halaman belakang ya? Jesssy mau mengobrol sama Angga. Banyak yang Jessy ingin ceritakan pada Angga." ucap Jessy pada keluarganya dan menatapnya satu persatu meminta persetujuan, dan keluarga Jessy hanya menjawabnya dengan anggukan sekilas.
Setelahnya Jessy mengajak Angga ke halaman belakang rumahnya, "Yuk Angga kita ngobrol di halaman belakang aja." ucap Jessy langsung berdiri dari duduknya, Angga mengangguk sekilas dan ikut berdiri, lalu Angga membuntuti Jessy dari belakang. Angga masih terkagum-kagum melihat rumah Jessy yang megahnya sejagat raya. Ia baru pertama kali masuk ke rumah se-megah ini, bagaimana ia tidak terbengong-bengong?
Sesampainya di halaman belakang, Angga kembali ternganga dengan mulut setengah terbuka. Bagaimana tidak? Ia melihat halaman belakang rumah Jessy yang sangat indah dipenuhi dengan tanaman hias yang tertata rapi dan bunga-bunga yang indah ditambah lagi ada sebuah kolam berenang berukuran besar dan lengkap dengan Lazy Chair yang sangat cocok untuk bersantai. Sungguh halaman belakang rumah Jessy sangatlah mewah.
Jessy mengajak Angga duduk di Lazy Chair tersebut, Angga hanya mengekorinya dari belakang. Setelah mereka duduk, Jessy bertanya pada Angga, "Angga mau minum apa?" tanya Jessy dengan nada sopan.
"Es jeruk ada?" tanya Angga langsung ingin minum Es, ia merasa tenggorokannya sangat kering.
"Ada dong. Tunggu sebentar biar Bi Ani bawakan pesanannya." ucap Jessy tersenyum kecil. Jessy langsung mengangkat gagang telepon yang ada disampingnya yang sudah terhubung ke dapur. "Halo Bi Ani, bisa tolong bawakan Pizza, Es Jeruk dan Jus Alpukat ke halaman belakang rumah?" tanya Jessy pada Bi Ani yang sedang berada di dapur. "Baik, terima kasih Bi Ani, ditunggu pesanannya datang ya Bi." Ucap Jessy setelah mendengar jawaban Bi Ani dari seberang telepon.
Angga memperhatikan Jessy dan kembali ternganga dengan mulut setengah terbuka. Jadi beginilah gaya orang kaya? Tidak perlu repot-repot ke dapur, hanya tinggal menelepon saja sudah langsung tersampaikan pesannya, dan tinggal santai menunggu pesanan datang. Seperti di Hotel bintang lima saja rasanya. Bahkan Angga tak pernah memasuki Hotel bintang lima sebelumnya, itu ia tahu lewat film-film yang ia tonton.
Angga hanya mengangguk kaku karena masih terkejut dengan suasana di sekitarnya.
Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 30 menitt saja, Bi Ani datang membawakan makanan dan minuman, langsung menaruhnya di meja antara kedua Lazy Chair itu. Dengan senyum yang manis, Bi Ani berbalik arah menuju dapur. Namun belum beberapa langkah berjalan, Bi Ani kembali di panggil oleh Jessy, "Bi tolong sekalian bawakan asbak ya?"
Namun belum sempat Bi Ani menjawab, Angga sudah memotong pembicaraan terlebih dahulu, "Maaf aku tidak merokok dan tidak minum, aku hanyalah anak kampung."
Jessy terkejut mendengar penuturan Angga, dalam hatinya ia berpikir.. Wah ini baru anak yang baik, ternyata Angga tak seperti yang aku bayangkan, pikirnya di dalam hatinya.
"Oh kalau begitu tidak jadi Bi Ani, Bi Ani silahkan kembali ke dapur." ucap Jessy tersenyum pada Bi Ani, setelah akhirnya bisa menetralkan rasa terkejutnya karena apa yang Angga katakan tadi mampu membuatnya merasa terkejut.
Angga hanya tersenyum sekilas menatap Bi Ani dan Jessy secara bergantian. Setelahnya Angga melihat Bi Ani yang pergi dari hadapannya, yang menyisakan mereka berdua saja.
"Oh iya Angga, maaf ya kalau aku meneleponmu tadi, aku dapat nomor teleponmu dari Radit. Ini ponsel dan nomor kakakku, ponselku hilang karena tenggelam kemarin. Radit tadi datang ke Rumah Sakit untuk meminta maaf dan akhirnya ikut mengantarku ke rumah ini, dia tahu semua rumah keluargaku, termasuk rumahku." ucap Jessy menjelaskan pada Angga bahwa ia mendapat nomor Angga dari Radit.
"Rumahmu? Jadi ini bukan rumahmu?" tanya Angga yang sekarang giliran terkejut.
"Bukan, ini bukan rumahku, melainkan ini rumah kakakku. Aku tinggal sementara disini karena aku masih sakit dan tidak mungkin tinggal sendirian di rumahku." ucap Jessy menjelaskan pada Angga. Apakah sejak tadi Angga mengira ini adalah rumahnya sehingga ia merasa terkejut seperti itu?
"Oh… Aku kira ini rumahmu. Lalu sekarang dimana Radit?" tanya Angga celingukan mencari sosok Radit yang sejak tadi tidak terlihat batang hidungnya.
"Radit setelah ikut mengantarku kesini, dia langsung pulang karena di telepon oleh pacarnya, mungkin dia sedang ada urusan." ucap Jessy tersenyum tipis. Radit memang begitu, jika usudah pacarnya menelepon pasti Radit akan langsung pergi tanpa menunggu apapun lagi.
"Pacarnya?" tanya Angga membeo. Apa maksud Jessy? Bukannya Jessy adalah pacar Radit?
"Iya pacarnya, Radit di telepon oleh pacarnya. Kenapa? Apakah ada yang aneh?" tanya Jessy merasa salah berbicara, padahal nyatanya ia tidak salah bicara. Namun kenapa respon Angga seperti terkejut begitu? Apa yang sedang ada di pikiran Angga?
"Loh? Bukannya kamu adalah pacar Radit?" tanya Angga akhirnya bisa mengeluarkan apa yang mengganjal hatinya barusan.
"Aku? Pacar Radit? Hahahahaha! Tentu saja bukan!" ucap Jessy langsung tertawa terbahak-bahak. Lucu sekali Angga ini, kenapa Angga bisa mengira ia ini adalah pacar Radit? Apakah dirinya dan Radit terlihat seperti orang yang sedang berpacaran?
"Bukan?" tanya Angga lagi merasa menjadi orang bodoh saat ini. Apa sih? Bagaimana maksudnya ini?
"Iya bukan. Kenapa kamu berpikir bahwa aku adalah pacar Radit? Apakah aku dan Radit terlihat seperti orang yang sedang berpacaran?" tanya Jessy masih dengan suara terbahak-bahak. Ia belum bisa menghentikan tawanya. Bagaimana mungkin ia memiliki pacar seperti Radit yang sangat playboy disana-sini.
"Ya… Kalian seperti orang yang sedang berpacaran karena kalian terlihat sangat dekat." ucap Angga jujur mengatakan apa yang ia lihat selama ini. Bagaimana tidak seperti orang yang sedang berpacaran? Kemana-mana Jessy selalu meminta tolong pada Radit kan? Jadi wajar saja Angga berpikir bahwa mereka berpacaran kan?