"Benarkah Jessy baik-baik saja?" tanya Radit memastikan sekali lagi dengan menanyakannya pada Angga. Mungkn ia bisa mengampuni dirinya jika benar Jessy baik-baik saja. Setidaknya ia akan memaafkan dirinya sendiri atas kesalahan dan penyesalan itu.
"Benar Radit. Tetapi…" ucap Angga menggatungkan kalimatnya, sedikit ragu mengatakannya. Haruskah ia mengatakan ini? Tapi Radit juga berhak tahu bagaimana keadaan Jessy yang sebenarnya.
"Tetapi apa Angga? Jangan buat aku khawatir dan gugup seperti ini." ucap Radit dengan nada yang sangat pasrah. Apakah Angga belum sepenuhnya jujur padanya? Apakah masih ada yang Angga sembunyikan darinya?
"Jessy mengeluh kalau kepalanya sakit tadi pagi, mungkin kemarin waktu tenggelam kepalanya terbentur sesuatu." ucap Angga memberitahu Radit tentang kebenaran itu, tentang apa yang Jessy rasakan tadi pagi. Itu juga yang membuatnya merasa panik. Namun Jessy sangatlah keras kepala, tidak mau diperiksa oleh Dokter.
"Apa? Lalu sekarang bagaimana keadaan Jessy? Apa kata Dokter?' tanya Radit dengan raut wajah yang seketika memancarkan kepanikannya. Bagaimana bisa ia tidak panik? Bukan kah itu bahaya untuk kesehatan Jessy?
"Disanalah masalahnya Radit." ucap Angga menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak habis pikir kenapa Jessy sekeras kepala itu? Apakah sebegitu takutnya Jessy diperiksa oleh Dokter? Hanya karena takut jarum suntik, ia jadi tidak mau diperiksa.
"Maksudmu bagaimana?" tanya Radit tidak paham dengan jawaban Angga. Ia masih menampilkan raut wajah khawatirnya, khawatir karena memikirkan keadaan Jessy. Tadi kata Angga, Jessy baik-baik saja, namun sekarang dikatakan kepala Jessy sakit karena terbentur sesuatu kemarin saat tenggelam, siapa yang tidak merasa panik mendengar itu?
"Jessy tidak mau diperiksa Dokter. Jessy keukeuh bilang bahwa dirinya baik-baik saja dan kepalanya sudah tidak sakit lagi, katanya dia takut banget sama jarum suntik ya?" tanya Angga pada Radit. Tidak mungkin Radit tidak tahu bahwa Jessy takut dengan jarum suntik kan?
"Astaga! Jessy memang begitu, sangat keras kepala. Iya, Jessy memang sangat takut dengan jarum suntik. Sangat sulit membujuknya untuk datang ke rumah sakit jika dia sakit, alasannya hanya satu, takut di suntik. Aneh bukan?" ucap Radit menjelaskan pada Angga apa yang ia tahu tentang Jessy selama ini dengan raut wajah khawatirnya, ia tak akan bisa menghilangkan rasa khawatirnya jika tidak melihat Jessy secara langsung.
"Oh begitu, pantas saja, tadi dia juga beralasan begitu pada kakaknya maka dari itu kakaknya tidak memaksa memanggilkan Dokter untuk memeriksa kepala Jessy. Menurutku tidak aneh sih, mungkin Jessy punya trauma tersendiri terhadap jarum suntik, sehingga ia sangat takut di suntik, mungkin saja ya…" ucap Angga berargumen. Ia hanya berpikir bahwa Jessy memiliki trauma dengan jarum suntik sehingga takut sekali disuntik.
"Oh mungkin saja sih Angga, apa yang kamu katakan itu benar. Aku juga tidak tahu kenapa Jessy sangat takut dengan jarum suntik sehingga ia sangat takut disuntik. Kamu perlu tahu, bahwa tidak semuanya aku tahu tentang Jessy." ucap Radit dengan wajah tertunduk lesu. Ia juga tidak tahu kenapa Jessy setakut itu dengan jarum suntik, apa alasannya ia tidak tahu.
"Iya Radit, mungkin ada beberapa hal yang kamu tidak tahu tentang Jessy, tapi mungkin hanya sedikit saja. Ada hubungan apa sebenarnya kamu dengan Jessy? Kenapa kamu terlihat sangat khawatir dan merasa sangat bersalah hingga kamu menyalahkan dirimu sendiri seperti itu?" tanya Angga tidak bisa menutupi rasa penasarannya lagi kali ini, ia ingin tahu sebenarnya apa status antara Jessy dan Radit sebenarnya. Apakah mereka punya hubungan saudara, atau mereka berpacaran diam diam, atau hanya sebatas sahabat atau hanya teman biasa? tanya Angga menerka-nerka dalam pikirannya.
"Jangan tanyakan itu Angga, aku tidak mau menjawabnya. Tentu saja aku khawatir pada Jessy dan merasa sangat bersalah, Jessy hampir kehilangan nyawanya karena kebodohanku. Lebih baik aku ke Rumah Sakit sekarang, aku ingin melihat langsung keadaan Jessy, tapi apakah pantas aku menjenguk Jessy? Apakah Jessy mau bertemu denganku? Aku takut Jessy membenciku karena aku yang membuatnya tenggelam kemarin." ucap Radit dengan sorot mata yang penuh dengan kesedihan. Ingin sekali ia meneteskan air matanya karena ia benar-benar merasa bersalah pada Jessy, namun ia laki-laki ia tidak mau di ejek oleh Angga karena menangis. Mau ditaruh dimana mukanya jika ia sampai menangis di depan Angga?
"Kamu ini… Sudah berapa kali aku katakan bahwa Jessy tenggelam itu bukan salahmu. Itu karena kecelakaan, mungkin memang Jessy harus tenggelam kemarin, dan aku memang harus memancing kemarin sehingga bisa menyelamatkan Jessy, ini juga sebagai pelajaran untukmu bahwa kamu harus menjaga Jessy dengan tidak membiarkannya pergi sendirian lagi agar kejadian ini tidak terulang untuk kedua kalinya. Berhenti menyesali sesuatu yang memang bukan salahmu, berhenti menyalahkan dirimu sendiri Radit." ucap Angga dengan kesabaran yang hampir habis berbicara pada Radit. Kenapa Jessy dan Radit ini sama-sama keras kepala? Sampai kapan Radit akan menyesali kesalahan yang tidak ia perbuat? Bahkan Jessy tidak ada membahas itu tadi, Angga yakin jika Jessy tidak ada rasa marah pada Radit apalagi sampai membenci Radit.
"Baiklah… Aku akan memberanikan diri datang ke Rumah Sakit sekarang untuk menjenguk Jessy. Seperti yang kamu katakan, aku harus bisa yakinin diriku bahwa ini bukan salahku, aku tidak boleh menyesali apa yang tidak aku perbuat… Baiklah, terima kasih Angga karena kamu tidak menyalahkanku." ucap Radit dengan senyum yang dipaksakan.
Radit bisa saja berkata begitu pada Angga, namun di lubuk hati terdalamnya, rasa bersalah dan penyesalan itu tetap ada, tetap ia simpan, tetap ia ingat. Ia terbayang bagaimana raut wajah Jessy yang memohon padanya kemarin untuk diantarkan ke pantai, namun dengan bekunya ia malah menolak permintaan Jessy dengan alasan ia harus lembur. Sungguh ia ingin mentertawakan dirinya sendiri karena kebodohannya, Radit yang membuat Jessy hampir kehilangan nyawanya. Apakah masih pantas ia menampakkan wajahnya di hadapan Jessy?
"Kenapa aku harus menyalahkanmu? Kamu tidak bersalah. Tidak ada yang bisa disalahkan disini, belajarlah berpikir bahwa ini kehendak Tuhan, kejadian tenggelamnya Jessy memang harus terjadi. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalani takdir, tak ada yang bisa melawan takdir Radit, tolong ingat itu. Berhenti berpikir bahwa ini salahmu. Ingat Jessy masih butuh kamu Radit, aku yakin di Rumah Sakit pasti Jessy sedang menunggumu datang. Jadi saranku, kamu datang ke Rumah Sakit sekarang, jangan buat Jessy menunggumu lebih lama." ucap Angga memberikan sedikit nasehat untuk Radit dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Radit yang sekarang di depannya ini adalah sosok diri Radit yang sangat asing bagi Angga. Radit yang ia kenal tidak seperti ini, ini seperti sisi lain Radit yang baru ia lihat. Radit yang ia kenal biasanya selalu ceria dan humoris dan selalu menjadi Dewa Penolongnya, namun yang ia lihat sekarang Radit yang sangat lemah dan tidak berdaya karena rasa bersalahnya yang begitu besar.