"Iya. Kamu ingin bicara apa? Katakan saja. Cepat! Aku sedang sibuk saat ini, aku lembur. Lagi banyak kerjaan ini." ucap Radit dari seberang sana, ingin cepat-cepat mematikan telepon. Ia takut ketahuan oleh bosnya karena menerima telepon. Sebenarnya bukannya tidak boleh, tapi jika itu bukanlah telepon penting yang menyangkut pekerjaannya maka ia akan ditegur. Radit tipe orang yang disiplin dan tidak ingin kinerjanya jelek di mata bosnya.
"Kamu bisa ke rumah sakit sekarang tidak Radit?" tanya Angga langsung ke pembicaraan inti.
"Mengapa aku harus ke rumah sakit sekarang? Siapa yang sakit?" tanya Radit tidak paham maksud Angga menyuruhnya ke rumah sakit.
"Kalau bisa datang ke rumah sakit Citra Medika sekarang, temanmu yang sakit." ucap Angga dengan nada memohon. Ia tak enak jika nanti hanya berdua di ruangan hanya bersama Jessy. Karena Satria sudah bilang bahwa ia akan pulang sebentar lagi. Ia takut jika ada yang mengiranya melakukan yang tidak-tidak terhadap Jessy, karena Jessy belum juga sadar. Perawat dan Dokter belum juga keluar sejak tadi memeriksa Jessy. Apakah Jessy keadaannya sangat parah?
"Temanku? Siapa temanku?" tanya Radit bingung. Ia mengingat-ngingat nama temannya, kali saja ada yang sakit dan dirawat di rumah sakit yang Angga sebutkan tadi. Tapi ia tak kunjung mengingatnya, setahunya temannya tak ada yang dirawat di rumah sakit. Lalu siapa yang Angga maksud itu? Lagipula darimana Angga tahu siapa saja temannya? Bukankah ia tak pernah mengenalkannya pada Angga?
"Jessy Stephanie." ucap Angga dengan suara yang sangat pelan. Takut mengejutkan Radit dengan kabar buruk ini, terlebih lagi Jessy belum sadar sejak tadi, Dokter saja belum keluar dari ruangan. Ia jadi takut di salahkan oleh Radit.
"Apa? Jessy? Kenapa Jessy?" tanya Radit langsung memunculkan nada paniknya.
"Jessy tenggelam, aku menemukannya di pantai disaat aku memancing tadi sore, aku yang menyelamatkannya dan langsung membawanya ke rumah sakit dibantu dengan Satria." ucap Angga menjelaskan pada Radit dengan perlahan agar Radit tidak terlalu terkejut dengan berita ini. Jujur saja ia takut disalahkan jika Jessy kenapa-kenapa. Karena ini bukan salahnya, dan ia sudah berusaha menyelamatkan Jessy secepat mungkin.
"Apa? Sekarang bagaimana keadaan Jessy?" tanya Radit semakin khawatir setelah mendengar penjelasan Angga barusan. Ia ingin datang ke rumah sakit, namun tidak bisa karena ia masih lembur. Lalu bagaimana sekarang?
"Aku tidak tahu Radit, Dokter dan perawatnya belum keluar dari ruangan sejak tadi masuk memeriksa Jessy. Doakan saja yang terbaik untuk Jessy. Oh ya, apakah kamu bisa menelepon keluarga Jessy untuk datang ke rumah sakit sekarang?" tanya Angga mengutarakan tujuan utamanya menelepon Radit. Ia tidak mau hanya berdua di ruangan nantinya, itu saja.
"Bisa-bisa. Sekarang aku yang menghubungi keluarganya. Aku tidak bisa kesana ya Angga, kamu tolong jaga Jessy, tidak usah bekerja dulu, rawat saja Jessy dengan baik." ucap Radit dengan nada memerintah, menyuruh Angga untuk tidak bekerja dulu.
"Hah? Tidak. Aku akan tetap bekerja, aku takut dipecat jika aku bolos bekerja." ucap Angga menolak suruhan Radit. Ia tidak setuju jika harus bolos bekerja demi menjaga Jessy. Jessy kan punya keluarga, kenapa harus mengorbankannya?
"Tidak akan dipecat, aku yang tanggung jawab jika kamu dipecat, dan percayalah, kamu tidak akan dipecat. Kamu cukup fokus kuliah saja dan menjaga Jessy hingga keluarganya datang." ucap Radit menekankan setiap kata dalam kalimatnya. Ia percaya pada Angga, bahwa Angga dapat menjaga Jessy sebaik mungkin, selama dirinya tak ada.
"Memangnya kemana keluarga Jessy?" tanya Angga dengan nada khawatir, perasaannya mulai tidak enak sekarang. Ia pikir ia akan bermalam disini menjaga Jessy dan berdua saja. Dan ia tidak dapat menolak apa yang Radit katakana, karena Radit sudah banyak membantunya dari sejak awal.
"Keluarga Jessy lagi di luar kota ada acara keluarga. Sebentar aku telepon keluarganya, agar keluarganya menelepon ke rumah sakit dan bertanggung jawab atas semuanya agar Jessy bisa ditindaklanjuti." ucap Radit memberitahu Angga tentang rencananya. Ia hanya ingin yang terbaik untuk sahabatnya, hanya itu tujuannya.
"Baiklah. Jadi aku harus menjaga Jessy sampai keluarganya datang? Itu artinya aku harus bermalam disini? Hanya berdua dengan Jessy? Apakah kamu memang benar-benar tidak bisa datang kesini Radit? Tolonglah aku kali ini saja." ucap Angga dengan nada pasrah dan setengah memohon. Ia takut terjadi apa-apa dengan Jessy, dan ia takut jika ia yang disalahkan nantinya. Ia tidak ingin itu terjadi.
"Iya betul sekali, kamu harus menjaga Jessy sampai keluarga Jessy datang. Iya kamu bermalam di rumah sakit, hanya berdua dengan Jessy. Memangnya kenapa? Aku tidak bisa datang kesana Angga, aku sibuk. Maaf aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu kali ini." ucap Radit dengan nada menyesal, ia benar-benar tidak bisa melakukan itu. Lagipula waktunya tidak tepat, kenapa ia harus lembur disaat Jessy membutuhkannya?
"Baiklah jika begitu." ucap Angga dengan nada yang sangat pasrah dan raut wajah sedihnya. Sudah tidak ada yang bisa ia harapkan lagi dari Radit sekarang. Ia harus pasrah jika ia memang harus tidur disini malam ini. Dan Satria juga akan pergi sebentar lagi menyisakan dirinya dan Jessy hanya berdua. Lagipula Satria tak mungkin mau bermalam disini bersamanya, Satria hanya menolongnya sampai disini saja. Mungkin kah ia akan bertemu Satria lagi?
"Terima kasih Angga sudah mau membantuku menjaga Jessy. Kalau begitu aku matikan ya teleponnya, aku mau lanjut bekerja dulu. Aku akan segera menghubungi keluarga Jessy agar pulang dari luar kota langsung datang ke rumah sakit." ucap Radit memberikan Angga kepastian agar Angga tidak merasa khawatir jika berdiam diri lama di rumah sakit menjaga Jessy.
"Iya Radit terima kasih kembali." ucap Angga dengan nada lemas karena ia merasa sangat pasrah sekarang. Ia sudah memasrahkan semuanya. Mungkin ia akan meminta tolong Satria untuk datang lagi besok ketika ia ada jadwal kuliah.
TUT! Telepon diputuskan oleh Radit secara sepihak. Angga langsung memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. Dan menoleh menatap Satria. Satria yang ditatap begitu hanya bisa menampilkan raut wajah bertanyanya seakan-akan bertanya, "Ada apa?"
Angga langsung paham maksud tatapan Satria dan langsung membuka suara, "Besok kamu bisa tidak kesini lagi? Besok aku ada jadwal kuliah siang, jadi tidak ada yang bisa menjaga Jessy. Keluarganya masih di luar kota, Radit tidak bisa kesini." ucap Angga menjelaskan pada Satria berharap Satria bisa meluangkan waktunya untuk datang kesini lagi.
Satria terdiam sejenak, dan terlihat sedang berpikir, lalu ia mengangguk singkat dan berkata, "Iya bisa. Besok aku yang akan menggantikanmu menjaga Jessy. Catat nomor Whatsapp ku ya?" ucap Satria tersenyum tipis. Tak ada salahnya membantu orang yang sedang kesusahan kan? Toh juga ia akan mendapatkan amal baik dari apa yang ia lakukan.
"Iya berapa nomormu?" tanya Angga mengeluarkan ponselnya lagi dan bersiap-siap mencatat nomor ponsel Satria. Baru saja ia akan memintanya tapi Satria sudah memberikannya terlebih dahulu.
Satria lalu menyebutkan nomor ponselnya dengan benar, Angga mengetikkannya di ponselnya dan meng-savenya, dan ia menunjukkan kontak Whatsapp itu pada Satria, bertanya bahwa benar atau tidak. Satria yang merasa sudah benar bahwa itu kontaknya hanya mengangguk sekilas dan tersenyum. Setelahnya Satria pamit pulang dan tak lupa kembali datang untuk membawakan pancing milik Radit yang diberikan ke Angga.