Mall besar pasti memiliki fasilitas yang sangat memadai bukan. Nah, Alina dan juga Ibunya memanfaatkan kesempatan libur itu untuk menikmati waktu mereka berdua.
Setelah beberapa bulan tidak pernah keluar rumah bersama atau berbelanja.
"Al, mau manisan enggak," tanya Ibunya.
"Mau dong, Ma," jawab Alina girang.
"Nih buat anak kesayangan Mama yang paling imut sedunia."
Jika dilihat dari penampilannya, mereka terlihat seperti angka sepuluh. Alina nol dan Ibunya angka satu.
"Ma, Al gengsi tau jalan bareng sama Mama."
"Kenapa harus gengsi sayang!" dia memegang tangan Alina seperti anak bayi.
"Gimana gak gengsi coba. Mama cantik, awet muda dan langsing. Badan Mama seperti anak ABG. Sedangkan Al yang masih ABG aja kayak ibu-ibu. Hmp!" Alina mengerucutkan bibirnya.
"Udah jangan sedih sayang. Jika seseorang itu benar-benar menyukai Al, dia akan menerima Al dalam keadaan apa saja sayang." Dia memegang pundak anaknya.
"Tapi kalau dia minta kita berubah, gimana, Ma?"
"Hmp, berubah ya! Hmp, kalau itu untuk kebaikan, kenapa tidak sayang. Tapi jika dia meminta yang buruk, Al jangan pernah mau ya sayang!"
"Siap Mama cantik!" Alina memberikan hormat kepada Ibunya.
"Anak bayi Mama makin pintar saja ya!"
Saat mereka asik berbelanja, di saat itu jugalah manusia julid datang dan memotret kebersamaan mereka.
Kebahagiaan yang seharusnya berakhir dengan senang senantiasa itu harus rusak karena caption buruk.
"Eh eh, kalian lihat tuh!"
"Oh iya. Itu bukannya Alina si gendut jelek buruk rupa?"
"Itu siapa ya di sampingnya? Cantik banget!"
"Hus, dari pada kita kebingungan gitu. Mendingan kita upload di grub sekolah. Biar viral!" Ide salah seorang di antara mereka.
"Benar-benar."
Jepret. Lalu menyebarkan berita buruk di dalam grub sekolah. Sayangnya Alina tidak tergabung dalam grub WhatsApp sekolahnya.
Alasannya kalian pasti sudah tahu bukan. Nah, aku sendiri juga tak perlu untuk menjelaskannya.
******
Esok harinya, Alina berharap jika kebahagiaan dia dengan sang Ibu akan terus berjalan.
Dan dia juga berharap bahwa bisa bahagia di sekolah. Memiliki teman, walau hanya seorang saja.
Namun, Al harus menelan pahit di atas suka. Dia menjadi bahan tontonan seisi kelasnya.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah Alina dituduh melakukan prostitusi online. "Cewek jalang seperti dia enggak pantas buat berada di sekolah ini!"
"Iya, kita harus berikan foto ini kepada walas dan harus dikeluarkan dari sekolah ini?"
Alina heran. Namun dia terus sjaa berjalan ke kelasnya. Ketika sampai di kelas.
Alina dipanggil oleh guru ke depan kelas untuk menjelaskan tentang foto yang beredar.
"Alina, cepat maju ke depan!" pintanya.
"I-iya, Buk!" Gadis itu maju ke depan. Dia bertanya perihal apa yang membuatnya dipanggil.
"Iya, Buk. Ada apa saya dipanggil ke depan ini?" tanyanya dengan baik.
"Cepat kamu jelaskan ada apa dengan foto-foto ini?" Guru itu menunjukkan foto Alina bersama dengan Ibunya.
"Oh ini. Ini Ibu saya, Buk," jawabnya dengan suara pelan.
"Kamu jangan bercanda dengan saya? Cepat katakan dia siapa?"
"Benar, Buk. Ini Mama Al. Al gak bohong."
"Jangan percaya sama dia! Dia pembohong!" ketus Reva.
"Sekarang juga kamu pergi ke ruang BK dan buktikan kalau memang dia Ibu kamu!"
Alina mengangguk. Dia berjalan menuju ruang BK. Dia diminta untuk membuktikan jika hal itu adalah benar.
Dia menghubungi Ibunya. Semuanya kaget tak terkecuali si wali kelas masuk sok tahu dengan kebenaran yang ternyata adalah penipuan.
Dia merasa malu dan meminta maaf karena sudah merendahkan Alina. "Alina, Ibu minta maaf karena sudah menuduh kamu yang tidak-tidak ya."
"Iya, Buk. Al ngerti kok. Pasti ibu merasa marah kalau ternyata benar jika misalnya hal buruk itu terjadi."
"Kamu memang anak baik, Al!" Dan untuk pertama kalinya lagi. Kepala Alina dielus oleh guru.
Itu menambah kesan baik terhadap sekolah sejahtera. Di mana pada awalnya Alina mengira jika sekolah itu tak baik dan kini sudah sedikit membaik.
Musuh Alina bertambah. Dia adalah siswa di kelas sebelah. Dia mendatangi Alina dan melabrak gadis itu.
Mereka mengambil bekal makanan Alina dan membuangnya ke lantai. "Apa lo? Gak suka!" ucapnya kasar.
"Kenapa kamu membuang makanan Al?"
"Al Al kepala kau. Gue tuh enggak suka kalau ada orang lain yang berani cari masalah sama gue!"
"Maaf, tapi Al gak pernah membuat masalah sama kalian. Bahkan kepada teman-teman semuanya!"
"Bangsat! Siapa juga yang mau temanan sama lo gajah duduk!"
"Dih, amit-amit. Lebih baik gue temanan sama kambing. Masih ada untungnya."
"Kalian-"
Gubrak. Meja itu ditendang oleh Brayan. Anak laki-laki jahil seantero sekolah.
Lagi-lagi perut Alina terkena sudut meja. Dia mengerang kesakitan.
"Aah, aduh, sakit!" ucapnya.
"Jangan drama lagi deh. Awas saja kalo gue sampai tahu hal ini. Lo akan nyesal berhadapan sama gue," ancam Brayan.
"Iya, lo liat aja ya. Kalau sampai lo berani cari masalah lagi. Hidup lo enggak akan pernah tenang!"
Alina tidak bisa berada di sana. Dia berlari kencang ke kamar mandi. Gadis itu menangis di sana. Tak lupa menyalakan shower agar suara tangisnya tak ada yang mendengar.
"Hiks hiks hiks. Kenapa semuanya membenci Al? Apa salahnya Al? Selama ini Al selalu diam dan tak pernah mengganggu siapa-siapa. Mereka datang dan menghukum Al?"
Ternyata Alina salah. Dia tidak seorang diri di kamar mandi. Ada siswi lainnya yang mendengar suara hati Alina.
"Kalau lo mau dihargai sama mereka. Jangan lemah!"
"Hah? Si-siapa itu yang berbicara!" Alina pelan-pelan membuka pintu kamar mandi. Namun dia tidak menemukan siapa-siapa.
Seketika bulu kuduknya merinding. Alina berlari keluar kamar mandi. Brakk. Dia menabrak seseorang.
Alina membantu gadis itu bangkit, namun malah ditampar.
Plak. "Jalan pakek mata. Jangan pakek badan bengkak lo itu bangsat!" makinya.
"Maaf, Al enggak sengaja."
"Lo emang benar ya. Mau di-bully setaop hari. Sini lo!" Sinta menyeret Alina menuju basecamp.
Di mana ketiga temannya sudah ada di sana. "Sin, ngapain lo bawa si gempal jelek ke sini!"
"Iya, bikin nafsu makan gue hilang anjir!" Audia melemparkan burger ke baju seragam Alina.
"Ops, maaf! Gue enggak lihat kalau ada orang di sana."
"Ih Audia, lo jahat banget sih! Kan jadi kotor bajunya!" Revan mengambil sisa pop ice dengan tangannya dan membersihkan ke baju Alina.
"Haha. Sorry-sorry. Gue nggak lihat. Gue pikir lo patung gajah yang berdiri di dekat sini. Maaf ya!"
"Aduh, ya ampun!" Tika ikut-ikutan. Gadis itu menendang kaki Alina dan gadis gemuk itu terjatuh..
"Eh anjir! Dia manusia kali!" Sinta menyiram Alina dengan jus jeruk tepat di atas kepalanya.
"Iya lo benar. Tapi manusia jadi-jadian. Haha!" Keempat gadis itu bersorak dan mentertawakan Alina.
Alina yang malang. Semoga kamu bisa membungkam mulut jahat mereka ya dengan melakukan perubahan.