Semua anggota sudah berkumpul di kantor. Si kembar, Arvin, Deon, Aska, Alan dan Kenzi sudah duduk di kursi masing-masing. Mereka terlihat sanga keren dengan setelan yang mereka kenakan saat ini. Siapa yang tidak terlihat keren setelah pakai dari merek ternama, yang bernama Puma. Produk yang sangat laris manis terjual dan banyak peminat.
Sebentar lagi The Boys akan mengadakan pemotretan lagi, sesuai perkataan Kevin Franklin. Semua anggota The Boys sudah lengkap dengan setelan dari merek Puma. Mulai dari jaket, sepatu, ransel dan baju kaos yang berlengan panjang dan ada yang berlengan pendek.
Alfi, Aska dan Alan memakai kaos lengan panjang yang bermerek Puma di depan baju kaos itu, dan berwarna putih. Sedangkan Alfa, Deon, Arvin dan Kenzi memakai baju kaos lengan panjang, tentu ada merek Puma juga di depannya, dan yang berwarna hitam.
Seorang fotografer yang bernama Robert masuk ke dalam ruangan yang sudah di dekorasi sebagus dan sekeren mungkin. Ia mengamati anggota The Boys yang sudah duduk di meja, penampilan mereka terlihat sangat keren. Robert berdecak kagum.
"Pada pinter cari anggota. Pada handsome semua. Setelan yang kalian kenakan juga sangat bagus. Menambah pesona dan karisma kalian. Semoga produk ini laris terjual," ujar Robert dengan jujur.
Semua anggota The Boys mengangguk membenarkan. Mereka semua merasa nyaman pakai barang yang bermerek Puma itu. Sangat cocok untuk mereka.
"Thanks atas pujiannya. Selain bagus dan keren, brand dari Puma ini bahannya sangat bagus. Tidak panas ataupun buat kita gerah. Intinya kita semua sangat nyaman dan suka memakai setelan ini," jawab Alfa dengan jujur. Anggota The Boys mengangguk setuju.
"Puma is the best!" Robert mengacungkan kedua jempol ke depan. Kamera sudah tergantung di lehernya dengan merek ternama.
Robert berjalan mendekat pada background dinding yang sudah di dekorasi. Ia perhatikan sudut yang sedikit terlihat. Ia tarik kain berwarna putih itu dan menggeser ke dinding yang sedikit terlihat. Ia sudah lama jadi fotografer, hasilnya selalu maksimal. Maka dari itu, Kevin Franklin memilihnya jadi pemotret anggota The Boys. Robert terkenal sangat teliti dengan pekerjaannya itu.
Semua anggota The Boys bangkit berdiri. Berjalan menuju background yang sudah di atur sebagus mungkin. Semua anggota mengambil tempat di sana. Jadwal pemotretan akan dilakukan.
"Sudah bisa di mulai pemotretan hari ini?" tanya Robert dengan semangat. Ia berjalan ke depan dan merapikan peralatan yang digunakan saat pemotretan berlangsung.
Staff yang membantu Robert ada di sana. Dua orang itu mengatur hal yang diperlukan Robert nanti. Seperti menggeser alat yang seperti payung itu atau mengenakan lampu sorotan agar terlihat semakin keren hasil potretan nanti.
"Siap," jawab anggota The Boys tak kalah semangat. Mereka sangat siap sekarang.
"Bersiap semuanya," ujar Robert dan mulai mencari posisi dan pencahayaan yang bagus untuk memotret. Staff mulai memantau apa yang diperlukan nanti.
Semua anggota The Boys mulai bergaya dengan kamera menyorot fokus setelan yang mereka kenakan. Mereka semua berdiri dengan sedikit mengangkat ke depan jaket dan baju kaos yang mereka kenakan.
Cekrek!
"So cool," seru Robert dengan mengacungkan jempol ke depan. Ia suruh semua anggota The Boys untuk berganti gaya dan formasi. Ada yang sedikit berjongkok dan berdiri.
Cekrek!
Cekrek!
Anggota The Boys berganti formasi dan berpindah tempat dan juga berganti setelan yang mereka gunakan. Mereka kembali melakukan pemotretan sendiri-sendiri dengan mengenakan semua Setelan yang berasal dari brand Puma.
Alfa mengenakan ransel. Ia bergeser ke salah satu background yang berwarna sedikit ke abu-abuan. Beberapa anggota The Boys yang lain duduk, menunggu giliran mereka masing-masing.
"So cool," ujar Robert dengan bangga. Hasil jepretan Alfa yang ada dalam kamera sangat bagus. Begitu jernih dan pencahayaan begitu bagus.
"Selanjutnya."
***
Seperti biasa, setelah sesi pemotretan berakhir, semua anggota The Boys memilih beristirahat dulu dengan minum dan makan camilan. Meski pekerjaan yang mereka jalankan tidak begitu berat, namun rasa penat sering menyerang. Berdiri dan bergaya juga memerlukan tenaga. Mereka harus tampil dengan sangat semangat dan hasilnya harus bagus. Jika tidak bagus, maka pemotretan akan dilakukan lagi.
Alfi duduk di dekat meja. Di sana ada satu kamera yang hasil potretan mereka sudah di pindahkan ke sana. Anggota The Boys bisa leluasa melihat hasil jepretan yang di ambil oleh Robert. Aska dan Alan juga ada di dekat Alfi, mengamati hasil potretan itu.
"Keren parah," decak Alfi dengan rasa bangga. Semua anggota The Boys terlihat sangat keren di kamera. Apalagi brand yang tengah mereka kenakan. Ia sangat takjub.
"Mana? Coba liat." Arvin yang duduk di sofa, mendekat pada Alfi. Ia lihat hasil jepretan itu. Benar kata Alfi, hasilnya terlihat sangat keren. Setelan yang Arvin kenakan menambah ketampanannya.
"Ya cakep lah, kan anggota The Boys," jawab Aska dan terkekeh pelan. Ia ikut mengamati hasil jepretan di kamera itu.
Kenzi dan Alfa serta Deon juga mendekat. Mereka merasa penasaran dengan hasil tadi. Saat melihat hasilnya, mereka jadi takjub sendiri. Benar-benar keren. Hasil kamera Robert tidak bisa diragukan lagi. Pantas saja laki-laki itu dibayar dengan mahal. Memang sangat pro.
"Iya ya. Gak kalah keren dari hasil kemaren," jawab Deon yang diangguki oleh beberapa anggota The Boys yang fokus pada kamera.
Alfa bergeser pelan ke samping. Ia merasa sakit dibagian dada. Lama-lama, sakitnya makin terasa. Alfa mencengkram tepi meja dengan ringisan tertahan.
"Aakkhh..." ringis Alfa berusaha menahan sakit. Ia berpegangan pada meja agar tidak limbung ke lantai. Entah kenapa, sakit itu menyerangnya dengan tiba-tiba.
"Lo kenapa, Fa?" Ada yang sakit?" tanya Deon menoleh pada Alfa. Jarak Alfa dengan dirinya sangat dekat sehingga ia dengar jeritan Alfa barusan. Ia tatap wajah Alfa yang terlihat menahan sakit.
"Kenapa, Fa?" tanya Alfi. Ia jauhkan kamera dan memberikan pada Aska yang ada di sampingnya. Ia merasa khawatir terjadi sesuatu pada kembarannya itu.
Alfa berusaha menahan rasa sakit dan buat wajah jadi sesantai mungkin. Ia melempar cengiran dan menggeleng cepat. Ia tidak ingin ada yang curiga kepadanya. Terlebih itu Alfi. Ia yakinkan diri, ia baik-baik saja.
"Enggak. Kaki gue kepentok meja. Sakit banget tadi," jawab Alfa seraya mengetuk meja dengan pelan. Pura-pura marah pada meja itu.
Alfi mengamati wajah Alfa dan mulai merasa lega. Ternyata Alfa meringis sakit karena kaki cowok itu kepentok meja. Ia kira kenapa.
"Jauh-jauh lo dari meja. Ntar kepentok lagi," ujar Alfi seraya mengambil kamera yang diberikan Aska kembali kepadanya.
Alfa menuruti perkataan Alfi. Ia beranjak dari sana dan memilih menuju ke sofa panjang. Ia tidurkan diri di sana. Mungkin sakit itu menyerang karena ia merasa sedikit capek.
Semua anggota The Boys kembali fokus dengan kamera yang ada di tangan Alfi. Cowok itu menggeser layar kamera, melihat semua hasil jepretan yang diambil oleh Robert.
Deon bergeming di tempat. Ia masih setia menatap Alfa yang tengah tiduran di sofa. Ia merasa ada sesuatu yang tengah di sembunyikan oleh Alfa dari mereka.
Kejadian di mana Alfa minta di temani pulang kembali teringat. Ia merasa benar-benar yakin jika Alfa tengah menyembunyikan sesuatu. Tapi apa? Deon tidak tahu.
Deon menurunkan pandangan pada tempat Alfa berdiri tadi. Tidak ada kaki meja di sana. Ia ukur jarak tempat Alfa berdiri dengan kaki meja yang ada di dekat mereka, sangat jauh. Itu berarti Alfa berbohong. Kaki cowok itu tidak mungkin kepentok meja dan sebagainya.
"Gue jadi tambah yakin kalo ada yang lo sembunyiin dari kita semua, Fa."
See you next part.