Alfa masuk ke dalam kelas dengan perasaan yang tidak bisa ia jabarkan. Ia berjalan pelan menuju bangku belakang dengan perasaan yang semakin tidak karuan. Ia memang bukan siapa-siapa Amora dan hanya baru saling kenal. Tapi kenapa perasaan aneh mulai tumbuh dan buat ia jadi merasa bingung.
Alfa mengusap wajah dengan kasar. Ia menoleh pada bangkunya yang ada di barisan depan. Ia segera bangkit berdiri dan berjalan menuju air dingin yang merupakan miliknya. Ia raih air dingin itu dan meneguknya hingga setengah. Entahlah, perasaannya jadi semakin tidak karuan dan dilema. Ia jadi gundah dan bimbang seketika. Alfa kembali meletakkan aia ke atas meja dan duduk di sana.
Bunyi derap langkah kaki seseorang masuk ke dalam kelas tak membuat Alfa menoleh. Cowok itu terlalu fokus pada perasaan kacau yang ia rasakan. Perasaan itu muncul tiba-tiba dan membuatnya jadi gelisah.
"Are you okay, Bro?" tanya Deon saat sampai di dekat Alfa. Deon lah orang yang masuk ke dalam kelas itu. Ia ingin cari Alfa dan menemukan cowok itu di kelas.
"Hm." Alfa berdeham pelan dan mendongak menatap Deon yang ada di depannya. Seperti biasa, wajah Deon terlalu terlihat ceria, seperti tidak ada beban.
Alfa bergeser ke samping dan memberi Deon duduk di sebelahnya. Ia jadi teringat dengan permainan basket yang ia tinggalkan saat ia bawa Amora ke UKS. Jadilah ia berakhir duduk di kelas seperti ini.
"Siapa yang menang?" tanya Alfa penasaran.
"Siapa lagi kalo bukan tim kita. Lo ke mana tadi? Ngilang aja di lapangan. Gue pikir lo masih ada di sana," jawab Deon dan melihat wajah Alfa yang terlihat sedikit kusut.
"Gue tadi anter Amora ke UKS. Dia kena lempar bola saat mau masukin bola ke ring," jawab Alfa seadanya.
"Amora? Amora siapa?" tanya Deon dengan kening mengernyit. Ia tidak kenal dengan orang yang bernama Amora. Apakah cowok atau cewek?
"Amora anak IPA. Nanti lo juga bakal tau. Secara lo masih baru di sini," jawab Alfa dengan sebelah tangan meraba tas yang ada dalam laci.
Deon manggut-manggut pelan. Alfa memang benar. Ia anak baru yang tidak kenal banyak murid yang sekolah di SMA Cendrawasih.
"Yon, kantin yuk? Gue laper." Alfa bangkit berdiri. Ia geser bangku yang ada di belakang untuk lewat.
"Yok lah, gue juga laper." Deon bangkit berdiri. Ia susul Alfa yang berjalan di depannya.
Alfa melangkah cepat menuju kantin. Perutnya sudah terasa lapar dan berontak minta diisi. Deon juga begitu, menyamakan langkah kaki dengan Alfa.
Sesampai di kantin, Alfa dan Deon berjalan menuju tempat pemesanan makanan dan minuman. Kantin tidak terlalu ramai karena bel istirahat belum bunyi.
Deon membaca daftar menu yang tertulis di depan tempat pemesanan makanan dan minuman itu. Setelahnya, ia menoleh pada Alfa yang tengah baca menu.
"Lo mau makan apa? Gue siomay sama lemon tea aja," ujar Deon.
"Pesen, Yon, samain aja."
***
Alfi masih berada di UKS, menemani Amora sesuai permintaan Alfa tadi. Ia pijit pelan kening Amora dan tidak lupa ia kasih minyak sedikit.
"Masih pusing?" tanya Alfa seraya melirik wajah Amora yang tengah tiduran di brankar. Bibir gadis itu masih terlihat pucat.
"Udah mendingan," jawab Amora seraya mengulas senyum tipis.
Amora menoleh ke atas. Ia mendapati Alfi yang tengah menatapnya dengan lekat. Terlihat raut wajah Alfi tengah mengkhawatirkannya. Namun kalau boleh jujur, Amora lebih suka dan lebih nyaman diperhatikan oleh Alfa. Ia juga tidak tahu kenapa, tapi ia merasa nyaman jika ada Alfa di dekatnya, seperti tadi. Jantungnya juga terasa berdegup jika menatap bola mata Alfa. Apakah ada sesuatu dengan hatinya?
"Lo udah makan?" tanya Alfi memecah keheningan. Entah apa yang tengah dipikirkan oleh Amora. Mata gadis itu memang melihat kepadanya, namun pikiran gadis itu tertuju ke lain hal. Seperti tengah memikirkan seseorang.
Amora mengalihkan pandangan dan menggeleng pelan. Dari tatapan mata Alfi, ia bisa menilai jika cowok itu terlihat menaruh rasa kepadanya. Ia tahu sejak awal mereka bertemu di parkiran. Bukannya kepedean, tapi Amora bisa merasakan dan bisa mengetahui perasaan seseorang lewat tatapan mata.
"Ke kantin, yuk? Lo kuat jalan?" tanya Alfi lagi, buat Amora menoleh ke arahnya.
"Kuat kok, gue juga mau ke kantin," ujar Amora dengan anggukan kepala. Perut Amora terasa lapar, sedari tadi belum ia isi.
Ceklek!
Pintu terbuka dari luar. Liora dan seorang murid perempuan masuk ke sana dengan tangan membawa nampan, makanan untuk Amora yang dipesan oleh Alfa tadi.
"Mora? Lo mau ke mana? Makan dulu," ujar Liora seraya mendekat pada Amora yang tengah di bantu Alfi untuk duduk.
Amora menoleh ke Liora yang datang mendekat. Ia lirik bubur ayam yang ada dalam mangkok.
"Gue mau ke kantin. Lo bawain bubur buat gue? Lo kan tau kalo gue enggak suka bubur," jawab Amora dengan wajah memelas. Apalagi di saat demam seperti ini. Amora hanya ingin makanan yang rasa pedas.
Liora menatap Alfi sekilas. Setelahnya ia tatap Amora balik. "Ya udah. Ke kantin aja, bubur buat kamu aja ya, kasian kalo dibuang," ujar Liora pada seorang murid perempuan yang ada di sana.
"Iya, Kak, taroh aja di meja," jawabnya yang langsung diangguki oleh Liora. Ia letakkan nampan ke atas meja.
Alfi membantu Amora turun dari brankar. Ia bergeser ke samping, memberi Amora lewat dan berjalan ke arah pintu. Liora mengikuti langkah Amora yang membuka pintu UKS.
"Hati-hati, Amora."
***
Sesampai di kantin, Amora dan Alfi mengedarkan pandangan untuk mencari bangku yang kosong. Liora tidak ikut melainkan mampir ke kelas, katanya mengerjakan tugas yang belum selesai dikerjakan.
Amora melihat Alfa dan seorang cowok yang tidak ia kenal duduk bersama Alfa di dekat pojok kantin. Keduanya terlihat tengah menikmati makanan yang tengah mereka sendok.
"Fi, kita ke sana aja, yuk. Ada Alfa juga," ujar Amora seraya menunjuk ke arah bangku yang di duduki oleh Alfa.
"Oke." Alfi meraih pergelangan tangan Amora dengan pelan. Ia bawa mendekat pada tempat Alfa berada.
"Boleh kita gabung?" tanya Amora saat ia sudah sampai di dekat dua orang cowok itu.
Alfa dan Deon menoleh ke sumber suara. Tatapan Alfa jatuh pada pergelangan tangan Amora yang tengah di genggam Alfi. Saat itu juga, perasaan Alfa terasa terusik kembali. Ada apa dengan dirinya?
Alfa masih menatap tangan Amora yang digenggam oleh Alfi. Apakah di saat seperti ini ia harus senang atau sedih? Alfa benar-benar tidak tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya.
"Fa, malah bengong nih, anak. Duduk aja. Fi, duduk aja lo," ujar Deon sambil tersenyum kikuk. Ia sikut Alfa yang tengah melamun, menatap Alfi dan Amora.
Alfa jadi tersadar dan segera mengangguk cepat. Ia geser minuman miliknya ke depan dan menatap Alfi yang terlihat senang sejak kehadiran Amora.
"Hai, ketemu lagi," sapa Amora pada Alfa dengan ramah.
"Iya," jawab Alfa singkat.
Alfi mengedarkan pandangan ke penjuru kantin. Ia bisa menghela napas dengan lega. Kantin tidak begitu ramai. Hanya beberapa orang yang duduk di bangku dan masuk ke dalam kantin. Alfi harus memberanikan diri. Ia tidak boleh merasa takut lagi.
"Lo mau pesen apa? Biar gue yang pesen," ujar Alfi pada Amora yang tengah duduk di sampingnya.
"Gue pengen makan bakso yang pedes," jawab Amora dengan cepat. Sudah lama ia tidak makan makanan yang pedas.
"Gak boleh, gak baik buat lambung lo." Perkataan itu refleks keluar dan terucap dari mulut Alfa. Setelah menyadari itu, ia tutup mulut dengan sebelah tangan.
Amora menahan diri agar tidak tersenyum. Entah kenapa, mendapat secuil perhatian dari Alfa buat ia jadi salah tingkah. Andai saat ini ada Liora dan Ochi di kantin, Amora akan berteriak dan mengatakan demi apa? Alfa perhatian sama gue?! Sesenang itu.
"Bener yang dibilang Alfa. Lo lagi sakit enggak boleh makan yang pedes. Jangan yang pedes, ya. Gue pesen dulu." Alfi mengacak pelan rambut Amora, setelah itu pergi memesan makanan untuk Amora dan dirinya.
Alfa hanya bisa tersenyum tipis melihat apa yang dilakukan oleh Alfi barusan. Tapi, ia akui jika ada rasa sedikit tidak suka lihat itu. Ia merasa begitu dilema. Seperti, ia senang melihat ada kemajuan dalam diri Alfi, yang berarti sebentar lagi kembarannya itu akan sembuh. Alfi mulai membuka diri dan menerima orang yang mau dekat dengannya. Saat ini Alfi banyak perubahan. Saat berada di dekat Amora, Alfi begitu terlihat senang. Maka dari itu, Alfa tidak ingin merusak apa yang buat Alfi bahagia.
Alfa memang tipe orang yang selalu berkorban untuk Alfi. Ia lakukan semua hal agar Alfi bisa sembuh dan kembali seperti dulu kala. Tidak ada yang buat ia senang selain kesembuhan saudara kembarnya itu.
"Bakso datang," ujar Alfi dengan senang. Ia letakkan nampan yang ia bawa ke tengah meja dengan hati-hati, bakso masih panas.
Amora berseru senang. Ia ambil sendok dan garpu saat Alfi menaruh baksonya di depan meja. Setelahnya, ia aduk dengan pelan.
Alfi juga memesan bakso. Ia aduk dan ia tiup dengan pelan. Saat sudah dingin, ia sodorkan pada Amora.
"Aaaaa...," ujarnya sambil melebarkan mulut.
Amora menoleh pada Alfi yang ingin menyuapinya. Dengan cepat ia buka mulut dan melahapnya dengan segera.
"Enak?" tanya Alfi dengan perasaan senang. Ia suka dengan tingkah Amora dan melihat gadis itu mau ia suapi.
Alfa mengulas senyum tulus saat lihat binar mata Alfi yang begitu mengangumi Amora.
"Lo harus terbiasa sama sikap Alfi kalo lagi deket sama dia. Kembaran gue itu perhatian, baik dan... sedikit manja," ujar Alfa, setelahnya ia terkekeh, begitu juga dengan Deon yang jadi pendengar.
"Mulai," ujar Alfi dengan delikan mata pada Alfa yang membuka aibnya. Bisa-bisanya Alfa jadi begitu.
Amora tertawa melihat reaksi antara Alfa dan Alfi yang terbilang begitu lucu. Deon juga ikut tertawa melihat wajah Alfi yang memelas karena malu.
"Kok malah ngetawain gue?" tanya Alfi dan mendelik pada Deon. Ia tatap cowok itu dengan sinis. Lihat saja, saat siap mengantar Amora nanti, akan ia adakan perang ketiga dengan Deon, karena cowok itu sudah ikut-ikutan.
"Udah, jangan ketawain Alfi. Kasian dia. Kena mental," ujar Alfa dengan kekehan. Alfa menatap Amora yang tengah terkikik pelan sambil mengaduk bakso.
"Enggak, Alfi enggak manja. Sikap dia tadi cuma perhatian aja sama lo. Mana tau lo minat jadi pacar sodara gue. Gue pastiin lo gak bakal kekurangan kasih sayang," ujar Alfa spontan.
Tawa di wajah Amora kian meredup kala ia mendengar perkataan Alfa barusan. Hati Amora tidak lagi terasa senang. Alfa menyuruhnya berpacaran dengan Alfi? Amora sedikit merasa kecewa dengan usulan Alfa barusan.
"Kalian lanjutin aja makannya. Gue udah siap. Gue sama Deon mau balik ke kelas." Alfa segera bangkit berdiri dan beranjak dari sana. Ia yang mengucapkan kata itu, ia pula yang merasa tidak rela.
"Fa, tungguin. Heran, kenapa gue ditinggal mulu." Deon segera beranjak cepat mengejar Alfa yang sudah keluar dari kantin.
Alfi menatap kepergian Alfa dengan perasaan tidak enak. Kenapa Alfa jadi terlihat aneh hari ini? Apa cuma perasaannya saja?
"Lanjut makan, Mor."
See you next part.