Sesampai di rumah, dengan cepat Alfa dan Alfi bersiap. Waktu terus berjalan, jadwal pemotretan tinggal setengah jam lagi. Jadilah mereka memakai kekuatan super kilat untuk bersiap.
Alfa sudah mengabari Alan, Aska dan Kenzi jika hari ini ada pemotretan. Sedangkan Alfi sudah mengabari Deon dan Arvin dan mengirim alamat kantornya.
Zalfa sedari tadi mengamati kedua putranya yang terlihat terburu-buru, berjalan ke sana kemari guna mengambil jaket dan menyisir rambut dan mematut diri di depan cermin.
"Gak perlu terburu-buru. Setengah jam lagi itu masih lama loh, Nak," ujar Zalfa sambil terkekeh pelan. Kedua putranya terlihat sangat semangat.
"Nanti kita telat, Bun. Bunda ada liat jaket Alfa? Di sini enggak ada, punya Alfi yang ada," ujar Alfa seraya mengacak lemari bajunya.
"Semua persiapan buat sesi pemotretan sudah Bunda siapkan dan udah Bunda antar ke kantor. Mungkin jaket Alfi yang ketinggalan. Pake itu aja," jawab Zalfa membuat Alfi mengangguk pelan.
"Punya Alfi juga Bunda anter?" tanya Alfi dan berjalan mendekat. Ia duduk di sebelah Zalfa, bundanya.
Zalfa mengangguk dan mengusap puncak kepala Alfi dengan sayang. "Punya Alfi juga udah Bunda anter," jawabnya.
Alfa telah selesai. Begitu juga dengan Alfi. Alfa meraih ransel hitam yang ada di atas meja dan mengambil kunci mobil.
"Bun, Alfa sama Alfi berangkat dulu." Alfa berpamitan ada Zalfa begitu juga saudara kembarnya itu.
"Iya, hati-hati. Jangan ngebut bawa mobil."
***
Alfa melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Ia lirik jam yang ada di pergelangan tangan. Waktu masih tersisa, sampai di kantor ia tidak akan terlambat.
Alfi menurunkan kaca mobil. Ia melihat ke arah jalan. Banyak kendaraan yang berlalu lalang. Satu tempat yang paling ramai di kunjungi. Yaitu mall, terdapat banyak pengunjung ke sana.
Alfi menghela napas pelan. Kembali ia naikkan kaca mobil dan memandang ke depan. Ia merasa iri dan sedih. Andai ia berani dan tidak takut seperti orang-orang, tentu ia akan terus mengunjungi tempat yang ramai itu.
Alfa melirik sekilas wajah saudara kembarnya jadi terlihat murung. Ia mengulas senyum tipis dan menepuk pelan pundak Alfi. Ia mengerti keresahan cowok itu. Ia juga mengerti keinginan Alfi untuk bergaul sesama banyak orang. Namun karena trauma itu, semua jadi seperti ini.
"Sabar. Coba pelan-pelan. Gue yakin lo pasti sembuh."
"Iya, Fa. Gue sedang berusaha lawan rasa takut gue. Thanks udah selalu ada buat gue sejak dulu sampe sekarang," jawab Alfi dengan tatapan hangat. Ia mengulas senyum.
"Sama-sama. Udah kewajiban gue buat jaga lo, karena lo adik gue." Alfa menambah laju kecepatan mobil.
Bangunan besar sudah terlihat. Alfa menambah kecepatan dan memasukkan mobil ke halaman bangunan mewah itu. Ia parkirkan mobil di sana.
Alfa dan Alfi segera turun. Keduanya berjalan cepat masuk ke dalam. Pasti Alan, Aska dan Kenzi sudah lama menunggu sedari tadi. Tiga cowok itu selalu datang lebih awal.
Alfa membuka pintu studio yang sering dijadikan tempat pemotretan. Saat pintu terbuka, ia lihat ternyata benar. Tiga cowok itu sudah ada di dalam sana. Tengah duduk anteng di atas kursi.
Alfi masuk setelah Alfa berjalan ke dalam. Ia mendekat pada Aska yang duduk di kursi panjang.
Alan, Aska dan Kenzi mengumbar senyum kala mendapat kehadiran si kembar yang sudah ada di dalam. Ia bangkit berdiri dan mendekat pada Alfa yang tengah meletakkan ransel ke meja besar.
"Heyo, Bro. Gimana? Sehat?" tanya Kenzi dan bertos ria dengan Alfa, diikuti oleh Aska dan Alan.
"Gue sehat, lo bertiga gimana?" tanya Alfa balik sambil berjalan mendekat pada kursi Alfi. Ia duduk di sana.
Tentang Alfi, ia tidak suka disambut seperti itu. Ia datang dan duduk dengan cepat. Terkadang, ia memilih berganti pakaian di kamar ganti.
"Kita semua sehat. Gimana? Udah ada tambahan buat anggota kita? Bokap lo kemaren nanyain soal anggota. Tapi gue belum bisa dapet," ujar Kenzi langsung ke inti pembicaraan.
Alfa mengangguk cepat. "Udah. Mungkin sebentar lagi mereka datang. Tadi Alfi udah kirim alamat ke mereka," jawab Alfa.
"Serius? Udah ada yang mau gabung? Anak sekolah mana?" tanya Alan dan duduk di tengah-tengah.
"Yoi, anak sekolah kita," jawab Alfa seraya menunjuk Alfi yang tengah membaca satu katalog, barang yang telah mereka kenakan dan terjual.
"Kalo udah ada yang gabung, keren lah." Aska mengacungkan jempol ke depan.
"Yoi. Kita tunggu mereka."
***
Deon dan Arvin sudah sampai di tempat tujuan. Mereka berangkat bareng, lebih tepatnya Arvin yang menjemput Deon.
Bangunan besar dan megah ada di depan mereka. Keduanya celingukan kanan kiri mencari keberadaan Alfa dan Alfi.
"Yon? Beneran yang ini? Atau kita nyadar?" tanya Arvin. Ia sedikit merasa cemas. Belum pernah ia datang ke tempat seperti itu, kecuali ke mall.
"Maybe. Alfi tadi ngirim alamatnya ke sini. Berarti kita enggak nyasar," jawab Deon dan ia perlihatkan alamat yang di kirim Alfi beberapa menit yang lalu.
Deon mengedarkan pandangan. Satu mobil yang ia tahu Alfa pemiliknya ada di sana. Terparkir di sebelah tiga motor sport. Berarti bangunan mewah itu benar tempat tujuan mereka.
"Itu mobil Alfa. Berarti bener ini tempatnya. Ayo masuk." ujar Deon yang diangguki oleh Arvin dengan cepat.
"Yok lah. Daripada kita kek orang bego celingukan di sini. Ntar di sangka maling," jawab Arvin.
Arvin dan Deon sampai di dalam. Ia edarkan pandangan. Satu ruangan yang menarik perhatiannya. Di atas pintu ruangan itu tertulis tulisan A.A, Arvin jadi berfikir jika itu artinya ruangan Alfa dan Alfi, diambil dari nama singkatan mereka.
"Yon, kita coba masuk ke dalam, siapa tau itu emang ruangan si kembar." Arvin menarik tangan Deon melangkah ke sana.
Arvin memutar handle pintu dengan pelan. Deon yang ada di belakang jadi dag dig dug tidak karuan. Takut mereka salah ruangan dan berakhir diseret keluar dari sana.
Ceklek
Arvin membuka pintu ruangan dengan pelan. Perlahan ia lebarkan pintu yang kebetulan tidak di kunci dari dalam.
Arvin menghembuskan napas lega. Itu memang benar ruangan dari si kembar. Ia lihat ada Alfa duduk di kursi bersama Alfi. Deon yang berada di belakang Arvin, menyembulkan kepala.
"Bener," ujarnya pelan dan diangguki oleh Arvin.
Alfa dan yang lain menoleh ketika ada yang membuka pintu. Senyum Alfa jadi melebar mendapati Arvin dan Deon berdiri di ambang pintu.
Alfi yang lihat dua orang itu tidak kunjung masuk jadi berdiri. Ia susul ke sana dan menarik lengan Arvin ke dalam. "Masuk," ajaknya.
Arvin dan Deon mengangguk dan melempar senyum ramah pada tiga cowok yang tidak ia kenali. Mungkin anggota si kembar juga, itulah pikir mereka.
"Vin, Yon, gabung sini." Alfa menepuk pelan kursi yang tengah ia duduki.
Alfi berjalan diikuti oleh Deon dan Arvin. Mereka duduk dan berkumpul di sana.
Alan mencuri pandang ke arah dua cowok itu yang terlihat hanya diam. Mungkin karena belum terbiasa dan tidak saling kenal.
"Kenalin. Gue Azlan Arthur, biasa dipanggil Alan," ujar Alan mengulurkan tangan ke depan Deon.
Deon langsung balas menjawab tangan Alan. "Gue Deon dan ini temen gue, Arvin," jawab Deon setelahnya melepaskan jabatan tangan.
"Gue Kenzi Virgo, biasa dipanggil Kenzi. Ini temen gue. Namanya Aska," ujar Kenzi seraya menunduk Aska.
Arvin dan Deon manggut-manggut. "Oke, salam kenal semua."
"Sebelumnya kita mau ngucapin terimakasih sama lo berdua karena udah mau gabung bareng sama kita. Semoga kita bisa selalu kompak dan jadi teman baik," ujar Aska angkat bicara, mewakili beberapa anggota.
Deon dan Arvin mengangguk. "Senang bisa gabung sama kalian. Semoga aja kita bisa berteman dekat, seperi yang lo mau.
Alfa menatap semua anggota yang ada di sana. "Untuk nama grup kita pikir lain kali. Sekarang kita bersiap untuk pemotretan," ujarnya.
"Asiapp!"
"Yon, Vin, setelan lo udah ada di kamar ganti. Udah pake kertas nama masing-masing. Untuk hari ini kita dapat endorse dan bekerjasama dengan brand ternama yaitu Fila," ujar Alfa sambil menunjuk ke arah kamar ganti yang ada di pojok ruangan.
Deon dan Arvin mengangguk. Mereka menurut saja dengan apa yang diucapkan oleh Alfa karena mereka belum mengerti sama sekali. Segera Deon dan Arvin menuju kamar ganti.
"Wow, jaketnya keren!"
***
Tidak terasa sudah dua jam saja melakukan pemotretan kali ini. Sesi pemotretan sudah berakhir, semua model yang ada di sana beristirahat, melepas penat.
Alfa dan yang lain duduk di dekat fotografer dan melihat hasil potretan. Berbeda dengan Alfi yang berjalan menuju kulkas pendingin. Ia ambil minuman dingin di sana sebanyak delapan botol dan ia bawa ke meja.
"Vin, Yon, buat lo." Alfi menyodorkan minuman dingin ke depan dua cowok itu.
"Thanks, Fi." Arvin dan Deon menerima minuman itu. Gantian mereka geser minuman yang ada di meja mendekat pada Alfa dan yang lain.
"Keren banget." Aska yang duduk di dekat kamera itu jadi berdecak kagum. Hasilnya sangat maksimal.
"Yoi. Keren banget kita. Produk Fila emang the best." Alan mengacungkan kedua jempol ke depan.
"Lo berdua mau liat?" tanya Aska. Ia putar kamera dan ia perlihatkan pada Deon dan Arvin yang ada di sebelah Alfi.
"Iya, yah. Keren bener," jawab Arvin setelah melihat hasil potretan itu, yang diangguki oleh Deon.
Setelah melihat hasil potretan. Mereka duduk berkumpul di meja dan akan merundingkan nama yang cocok untuk grup mereka.
"Udah ada yang kepikiran dengan nama grup kita?" tanya Aska memulai pembicaraan.
"Belum, lagi mikir gue," jawab Alfi yang diangguki oleh yang lain.
"Gimana kalo The Boys? Gue rasa itu cocok buat kita yang anggotanya semua pada cowok," ujar Alfa memberikan ide.
"The Boys? Boleh juga. Keren lagi," timpal Kenzi yang menyetujui ide Alfa.
"Yang lain gimana? Setuju enggak kalo nama grup kita The Boys?" tanya Alfa, melirik anggota satu persatu.
"Setuju," jawab mereka kompak.
"Berarti The Boys, deal?"
"Deal!"
See you next part.