Chereads / Triangle Of Love / Chapter 2 - 1.Pemotretan

Chapter 2 - 1.Pemotretan

Seorang cowok tengah bersiap memakai baju kaos yang berlengan panjang serta jaket berwarna hitam, dengan sepatu yang bermerk Fila, brand ternama yang selalu ia kenakan setiap saat.

Dia adalah Alfa Kevza Franklin. Hari ini adalah jadwal pemotretan. Seperti biasa, ia selalu bersiap dan datang tepat waktu ke sebuah studio mewah nan luas yang merupakan milik Kevin Franklin, Papanya.

Alfa mematut diri di sebuah cermin yang ada di depannya. Ia rapikan rambut serta jaket yang tengah ia kenakan. Dari kecil, ia selalu di tuntut rapi dan bersih. Begitu juga dengan saudara kembarnya, Alfi Kevza Franklin.

Alfa menoleh pada kasur, di sana ada seorang cowok yang masih bergelung di bawah selimut. Ya, dia adalah Alfi, saudara kembarnya itu.

"Fi, bangun." Alfa berjalan mendekat pada cowok itu. Ia sedikit membungkukkan badan, menarik selimut yang masih membungkus tubuh Alfi dari dalam sana.

Alfa melempar selimut ke samping kasur. Ia berdecak malas ketika mendapati Alfi tidak terbangun juga. Anak itu memang susah untuk di bangunkan, apalagi di hari libur seperti ini.

"Alfi! Bangun lo." Alfa menggoyang lengan Alfi dengan kencang. Saat Alfi menggeliat pelan, ia segera menegakkan badan.

Alfi merasa terusik karena ada yang terus menggoyang lengannya. Ia meraba selimut dengan mata yang masih terpejam. Tidak ia temukan selimut di sana. Dengan terpaksa, ia buka mata dengan pelan.

Yang pertama Alfi temukan saat membuka mata adalah Alfa yang sudah bersedekap dada di depannya. Ia menggeser badan ke tengah dan memeluk guling dengan erat. Ia masih enggan untuk bangun.

"Bangun, Fi! Nanti kita telat!" Alfa berdecak malas. Cowok itu memang suka membuang-buang waktu. Padahal sesi pemotretan sebentar lagi akan di mulai.

Alfa menjauh dari sana. Ia membereskan tas yang akan ia bawa ke studio nanti. Ia bolak balik karena masih ada yang harus ia bawa ke sana.

Alfi mengucek mata dan mendudukkan diri dengan malas. Ia lihat Alfa sudah rapi saja, padahal dirinya sendiri baru bangun saja. Alfa memang patut diacungi jempol.

"Udah jam berapa?" tanya Alfi dengan suara serak khas bangun tidur. Ia bergeser ke tepi kasur dengan pelan. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya.

Alfa menoleh ke arah Alfi yang sudah duduk. Ia geleng kepala pelan melihat saudara kembarnya itu. "Udah jam delapan," jawabnya.

Alfi lagi-lagi menguap dengan sebelah tangan mengucek mata. Ia masih mengantuk. Kenapa waktu secepat itu berjalan? Padahal ia rasa, ia baru tidur sebentar saja. Apa karena efek terlalu capek dalam sesi pemotretan kemaren?

"Gue mandi dulu." Alfi berjalan menuju lemari. Ia ambil handuk yang tersangkut di sana. Segera ia melangkah menuju ke kamar mandi.

Alfa mendudukkan diri ke kasur. Ia tunggu Alfi untuk siap mandi dan bersiap. Ia keluarkan ponsel, membaca pesan yang ada di grup. Terlihat di sana, besok adalah hari masuk ke sekolah.

Tok tok!

Alfa menoleh ke arah pintu yang terdengar di ketuk dari luar. Alfa meletakkan ponsel pada kasur. Ia berjalan ke sana dan meraih gagang pintu.

Alfa mengukir senyum saat melihat perempuan muda berdiri di dekat pintu. Perempuan itu adalah Bundanya yang bernama Zalfa.

"Boleh Bunda masuk?" tanya Zalfa sambil mengulas senyum. Di sebelah tangannya terdapat jaket hitam serta baju kaos yang berwarna putih.

Alfa mengangguk cepat dan segera membukakan pintu dengan lebar. Ia persilakan Zalfa masuk. "Masuk aja, Bunda."

Zalfa masuk ke kamar. Ia celingukan kanan kiri mencari keberadaan putranya yang satu lagi. Ia letakkan jaket dan baju kaos yang ia bawa ke atas kasur.

"Alfi ke mana? Belum siap?" tanya Zalfa. Ia duduk ke kasur dan menatap Alfa dengan senyum tipis. Putranya ternyata sudah besar saja.

"Iya, Bun. Lagi mandi dia." Alfa mengangguk sambil duduk di atas kasur, di dekat Zalfa.

Zalfa manggut-manggut. Ternyata putranya itu tidak pernah berubah sedari dulu. Selalu Alfa yang menunggu jika anak itu tengah ada acara atau ingin pergi kemana pun.

"Adek kamu itu memang tidak pernah berubah. Dari dulu sampe sekarang suka bangun telat. Tidurnya kebo banget." Zalfa terkekeh pelan, teringat dengan sikap Alfi dari kecil sampai sekarang.

Alfa mengangguk membenarkan. "Bener banget, Bun. Untung Alfa orangnya sabar. Kalo enggak, udah Alfa tinggalin dari tadi."

Zalfa dan Alfa tergelak. Setelah itu, Zalfa bangkit berdiri. Hampir saja ia kelupaan sesuatu. Ia berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruangan. Ia menyimpan sesuatu di sana, kiriman dari suaminya.

Alfa mengamati Zalfa yang mengambil sesuatu dari dalam lemari. Ia menyipitkan mata, terlihat sebuah paket yang ada dalam kardus yang terbungkus dengan plastik putih.

"Itu apa, Bun? Setelan buat pemotretan nanti?" tanya Alfa seraya berjalan mendekat, menghampiri Zalfa.

Zalfa mengangguk mengiyakan. Ia letakkan kardus itu ke atas meja belajar yang ada di sana. Ia ambil gunting dan mengeluarkan semua isi yang ada dalam kardus.

Mata Alfa berbinar melihat setelan yang diperlihatkan Zalfa padanya. Ia jadi tidak sabar untuk mengenakan setelan itu di pemotretan nanti.

"Coba Alfa cobain ini. Ayah kirim kemaren, tapi Bunda lupa bilang ke kalian." Zalfa memberikan setelan itu ke tangan Alfa.

"Oke, Bun." Alfa menerima setelan itu dengan perasaan senang. Nampaknya itu brand terbaru.

Alfa mulai mematut diri di depan cermin dengan setelan yang ia peragakan di depan cermin itu. Zalfa merapikan setelan yang akan dikenakan oleh Alfi nantinya waktu di studio.

Ceklek!

Alfi keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah segar. Ia menoleh pada Zalfa yang ada di sana. Ia sapa perempuan itu.

"Ehh, ada Bunda."

Zalfa memberikan satu setelan yang sudah ia rapikan ke tangan Alfi. Ia mengulas senyum saat mendapati kehadiran putranya itu yang sudah selesai mandi.

"Di kasur udah Bunda siapin baju buat Alfi ke studio. Yang ini, buat Alfi pakai nanti di sana," ujar Zalfa yang langsung diangguki oleh Alfi.

"Bunda keluar dulu. Kamu cepat bersiap. Nanti telat." Zalfa berjalan menuju pintu.

Alfi masuk ke kamar ganti. Ia segera bersiap dengan memakai baju kaos serta jaket yang sudah Zalfa siapkan untuknya. Setelah selesai, ia mendekat pada Alfa yang tengah mematut diri di depan cermin.

"Buru siap, kasian mereka pada nunggu."

***

Alfa dan Alfi sudah berada di sebuah hotel, tempat pemotretan kali ini. Di dalam hotel itu terdapat studio yang sangat mewah. Studio itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas ternama.

Ini sudah setengah jam mereka berada di sana. Sebentar lagi akan dilanjutkan dengan pemotretan kedua. Fotografer sudah standby dengan kameranya yang ada di depan.

Semua teman si kembar sudah selesai melakukan pemotretan. Jadilah hanya mereka berdua yang ada di sana. Sebelum melakukan pemotretan kedua, keduanya sudah berganti setelan dengan brand yang sudah di tentukan. Tentunya ternama.

Saat pemotretan berlangsung, Alfa dan Alfi memperagakan dan bertukar gaya agar terlihat lebih keren di depan kamera dan tentunya memiliki hasil terbaik. Hasil juga akan lebih memuaskan.

"Untuk pemotretan sekarang cukup hari ini. Hasilnya sangat bagus," ucap fotografer sambil mengacungkan jempol ke arah Alfa dan Alfi.

Setelah selesai. Alfa dan Alfi beristirahat sebentar, sebelum pulang. Sesi pemotretan lumayan menguras tenaga, apalagi harus berganti setelan setiap sesinya.

"Fi, besok lo jangan sampe telat bangun. Kita harus datang ke sekolah lebih awal karena besok penentuan kelas." Alfa yang duduk di sebelah Alfi mulai berbicara dan mengingatkan tentang hal itu.

"Iya, nanti gue usahain bangun cepat," jawab Alfi sambil menikmati camilan yang tersedia di sana.

Alfa mengangguk pelan. Ia segera bangkit berdiri dan melangkah ke arah meja yang ada di dekat pintu, mengambil tasnya yang terletak di sana.

"Pulang, yuk. Istirahat di rumah aja." Alfa berdiri di belakang Alfi yang masih duduk sambil mengunyah camilan.

"Yok lah."

See you next part.