Chereads / indigo yang selama ini kututupi / Chapter 7 - ekspedisi

Chapter 7 - ekspedisi

"asalamualaiakum"

terdengar suara laki laki datang kerumahku siang itu.

"waalaikumsalam,ada apa ya pak "

"isnanya ada bu?"

" ada mari masuk, sebentar saya panggilkan ya"

plak plak plak langkah kaki ibuku terdengaf menuju kamarku siang itu. thok thok thok "nak bangun ada tamu" sebangyak dua kali ibu memanggilku. S3dangkan aku sedang menggeliat geliat mengumpulkan nyawa untuk kembali tersadar dari mimpiku siang itu

"iya bu sebentar". Akupun bangun dan membuka pintu kamarr

"di cari pak toni saman pak hamzah"

"loh ada apa bu?" ucapku

"ibu gak tau, coba sana temuai jangan lupa cuci muka dulu ibu mau buat teh"

"iya" aku menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku dan kemudian menemui mereka.

"eh pak toni" akupun menjabat dan mencium tanganya. " pak" aku juga menjabat tangan pak hamzah

"is ini sebenarnay saya mau ngomong sebentar"

"masalah apa pak"

"saya dengab pak hamzah mau minta tolong"

"tentang apa pak kalau saya bisa bantu insyaallah saya bantu"

"jadi nanti malam saya dengan rekan-rekan mau mencari preng pethok"

"sebentar pak, preng pethok itu apa ya?"

"preng pethok, atau sering di sebut pring bertuah yang memiliki fungsi menarik rezeki"

"mmmm... trus apa hubunganya sama saya ya pak"

"kami kemari mau meminta bantuan, untuk melihat posisi preng, tpi lokasinya sudah kami tentukan"

"haduh tapi saya gak bisa apa apa lo pak"

"gak papa nanti pokoknya adek ikut aja" kata pak hamzah

"pak hamzah udah ijin sama yang nunggu"

"iya udah pokok tenang aja, preng nya udah di kasih cuman kita belum pau posisinya yang pas"

"iya pak"

"ya sudah kami langsung pamit ya masih ada perlu yang harus di selesaikan"

"iya pak mari "

mereka pun pergi meninggalkan rumahku, jujur saja aku belum pernah sama sekali mencari benda benda pusaka atau bertuah lainya ini pertama kalinya merek mengajakku yang masih bau kencur.

tiba tiba saja ada yang datang menemuiku "asalamualaikum"

"waalaikumsalam" akupun menoleh kebelakang, sontak aku terkejut "astaga" ucapku lirih. "njenegan sinten" anda siapa

"aku seng rojo seng manggen nek preng kono" aku raja penunggu pohon bambu yang akan kamu datangi nanti malam"

"loh, kok njenengan mriki wonten nopo?"

loh kok kesini ada apa?

"aku arep ngomongi, preng kui gak iso dijipok lek ono anggotamu seng jipok kui serakah" aku mau bilang, pring itu tidak dapat di ambil jika ada anggota kelompok yang serakah.

"enggeh ngapunten lek wonten salah " iya maaf kalo ada salah.

"yowes aku pamet" yasudah aku pamit

sosok hitam besar itupun menghilang dari hadapanku. aku merasa heran bagai mana mungkin dia bisa datang menemuiku di rumahku, padahal aku pun tak pernah bermain sampai ke tempatnya.

Telfonku berdering ada sms yang masuk, is nanti jangan lupa jam 4 kumpuldirumah ku kata pak toni. iya mas jawabku. gak usah bawa apa apa saman ijin orang tua saja. enggeh mas ucapku membalas sms yang di kirim padaku.

tepat pukul 03.30 aku berangkat dari rumahku menuju rumah pak toni sore itu. sebenarnya ada perasaan was was dalam hatiku apakah yang kulakukan ini benar ataukah tudak, maklum ilmu agamaku masih sedikit aku hanya takut kalo kalo aku murtat atau menyalahi aturan agama.

"sudahlah aku niatkan untuk membantu orang saja" pikirku dalam hati. perjalananku dari rumah menuju rumah pak toni memang lumayan memakan waktulam sekitar 30 menit.

Akhirnya aku sampai didepan rumahnya kubentikan bunyi motorku "klek" kulepas helm silverku aku turun dari sepeda motor dan berjalan menuju pintu rumahnya. ternyata di sana sudah banyak orang yang menungguku sekitar ada 6 orang berbincang bincang sambil merokok. tiba tiba mataku klilipan seperti ada sesuatu yang mengganggu mataku dan berbisik "jangan".

"kenapa" ucapku dalam hati

ada yang punya niat lain "hati hati "

"iya insyaallah, allah yang ngelindungi"

"prengnya gak boleh di ambil"

" kenapa"

" ada yang niatnya gak baik"

"loh mbk isna kok bengong di depan pintu, ayo masuk" ucap istri pak toni padaku. "iya mbk" akupun masuk dan berasalaman.

"o ini anaknya" kata mas angel

aku pun hanya bengong dan diam sambil tersenyum.

setelah berbincang bincang cukup lama aku dan enam orang itu pergi menuju lokasi sekitar pukul 19.00 malam. malam ini sangat cerah bulan purnama nampak bersinar dengan terang. kamipun berhenti di penjual bunga untuk membeli keperluan pengambilan pusaka selanjutnya aku di suruh menunggu di depan penjual bunga untuk beberapa saat.

aku melihat ada dua orang dari kelompok kami mengambil bungkusan dan menuju pohon beringin tua untuk meminta ijin agar diperbolehkan mengambil pusaka itu. Dari kejauhan tampak mereka menyalakan dupa dan berdoa entah doa apa yang mereka lantunkan aku merasa aneh " kok menyeramkan ya " pikirku dalam hati

"tenang gak papa mereka cuma meminta ijin" ada suara yang menyahut ku.

mereka ahirnya selesai dan menuju ke arah kami "yok sudah ayo berangkat" . Disini aku bener bener ngerasa bimbang hati aku bingung gak jelas seolah olah apa yang aku lakuin bertentangan dengan hati nuraniku.

perjalanan masih panjang kamipun terus menuju tempat yang di tuju malam hari itu tak selang beberapa lama 2 motor yang ku ikuti berhenti di depan 2 pohon beringin besar.

kami di sambut oleh pengawal kerajaan bak tamu yang datang dari jauh. Akupun menghentikan motorku pak toni bicara padaku " mbk is tunggu sini ya"

" iya pak" sahutku

akupun menunggu d depan pohon beringin itu sambil seaekali merinding. kutengok kanan dan kiri sepertinya aman. Sampai ada yang memanggil namaku "is"

siapa pikirku aku menengok dan mencari arah auara itu "astaga, itu pocong" aku ingin bicara pada yang lain tapi tiba tiba seorang penjaga gaib menyingkirkanya dari hadapanku.

mataku tertuju pada 4 orang yang menaruh sesaji kemudian turun kebawah. aku lihat dari kejauhan di bawah ada sendang atau sumber air yang biasanya di pakai oleh orang orang mandi mencuci dan mencari air. mereka memutari sendang itu dan lurus menuju pohon-pohon bambu yang lebat. Dari sini terlihat dengan jelas cahaya korek yang dinyalakan dan juga dupa yang menyala redup redup.

dua orang naik dan menghampiriku

"ayo mbk sudah siap semua"

"iya" ucapku

akupun mengikuti mereka. Ternyata jalannya sulit aku harus menuruni anak tangga yang sedikir rusak karena tidak pernah terawat di samping samping sendang juga banyak daun daun kering yang berserakan. dari pada preng pethok aku malah merasa iba dengan sendang ini, sendang tak begitu memancarkan air lagi kotoran dimana mana dan tidak terawat. bibirku berucap "kasihan yang tinggal disini" yang ku maksud adalah bangsa lelembut yang mendiami tempat ini.

untuk menuju pohon bambu kami harus menyebrang kali kecil seorang turun dan membantuku jalanya lumayan ekstrim juga menurutku. sampai aku di pohon bambu itu tiba tiba aku melihat petruk atau dalam bahasa jawa adalah salah satu tokoh wayang kulit yang tergambar dari raga gendruwo sekujur tubuhnya hitam legam namun wajahnya putih bak pakai masker dengan hidung panjang dan pakaian ala ala jaman dulu badan kecil mata yang besar dan hidung yang besar.

Dia datang menghampiriku dan memegang tanganku "ojo'" jangan katanya padaku

"kenapa ucapku"

"dudu jatae" bukan jatahmu

aku di kagetkan oleh pak toni "monggo di sawang" "enggeh"

tapi aku tak berkata bahwa ada yang memperingat kanku untuk tidak mengambilnya. aku merasa tak enak hati akhirnya kuputukan untuk menggenggam dan mewujud kanya. sekali kali aku di hentikan oleh mereka yang tak kasat mata semua penglihatanku di tutup dan tanganku di genggam.

"maaf"ucapku pada mereka

"aku tak bisa"

"lo kebapa"

"mereka tak memperbolehkanku "ucapku

"aku sudah meminta ijin pada penunggu sini mereka memperbolehkanku.

"maaf pak tak sesuai dengan keinginan ucapku

"pak" saya pamit pulang sudah jam 01.00 malam.

"iya gak pa pa "

"saya akan tunggu disini sampai muncul"

aku pun memutuskan untuk pulang dari sana belum sempat lima langkah kakiku terjrembab kedalam lumpur sesosok wanita yang cantik keluar dari dalam yelaga itu. memakai pakaian berwarna hitam dengan dandanan serba mewah anggun sopan dan tentu saja kharosma yang kuat.

"ndok nyen kowe penge njipok preng kui kowe kudu ngresik e sendang iki "kalo mau mengambil barang yang kamu mau kamu harus membersihkan sumber mata air ini "bien neng kene rame wong wong podo moro podo golek banyu, adus lan parik an " dulu disini banyak orang orang yang datang mandi dan bersenda gurau " nanging sui sui di tinggal no podo ilang siji siji" tapi lama lama di tinggalkan " tulung omongono warga kene kon ngrumat enggon iki iki sumber urep" tolong bilang warga untuk menjaga sumber kehidupan. "enggeh" ucapku padanya.

malam itu trlah berlalu keesokan harinya ada whatapp masuk "ping"

kubuka pesan wa itu, ternyata pak toni dia bilang mau mengajakku kesana untuk mencari benda itu lagi. Akupun bicara dengan nya bahwa ada permintaan dari penunggu telaga itu akhirnya dia menyanggupiku dan memintaku datang kerumahnya jan 20.00 malam.

aku pun bergegas karna sudah pukul 18.00 sudah saatnya bersiap untuk berangkat. selang beberapa saat kaki ku tersa berat "aduh" ada yang memegangi kakiku, dia tak mau melepaskanya meski sudah kusuruh pergi.

"kenapa"

" jangan ikut ikut" ucapnya pada

"tapi aku sudah janji"

"aku ndak mau lepas"

susah payah aku berjalan rasanya sungguh berat. ingin menangis saja astaga ni anak ucapku dalam hati.

ku ambil montorku dan berangkat motor ku berat sekali tak bisa jalan lebih cepat rasanya seperti membonceng 5 orang. gas pun seperti tak mau maju, mau minta tolong siapa juga pikirku dalam hati. kupaksa terus menaiki motor hingga sampai didepan rumahnya dalam kondisi sendiri sekitar hampir tengah malam banyak hal ganjal yang menim paku.

ada sosok sosok tak kasat mata yang mengikutiku mulai kuntu tuyul siluman pocong gendruwo medon dan masih banyak lagi. seluruh badanku merinding perlahan, ada angin yang mulai menembus masuk kedalam badan Ahirnya "greeeng...greengg" mitorku tak bisa jalan.

sontak aku kaget setengah mati "ini gimana ini" didepan sma tua motorku mogo

"astaga gelap sekali"

" minta tolong sapa juaga?"

dari arang belakang datang none none belanda cantik sekali wajahnya dengan baju dan dandanan ala era kolonial. tapi sayang badanya penuh luka tembak. Aku masih berpura pura tak melihatnya. dia berbicara dalam bahasa belanda "u kunt worden vertrouwd"

"haduh mati aku"

"Ik zie je"

" kapreet, slur tulung slung" ku ambil hp ku. "ping" ternyata mereka meninggalkanku mencari preng petuh " hoalah tulungono rek" ucap ku

"hoalah sinyal ilang, mati aku"

" kuy jemput" kukirim sms pada lida

"tak ada jawaban antara kapok sama ketakutan tiba tiba ada tukang becak di utara jalan pak pak ada bengkel. bapak tua itu tengah asik tertidur pulas

"pak permisi"

ada sms masuk

" aku jemput balasan dari pak toni" tiba tiba

brak motorku bisa jalan lagi

"hiks alhamdulillah ya allah" ucapku

ini hari sialku

ku lihat di depan pak toni sudah menjemputku

"ada apa mbk?"

" itu pak di gangguin itu"

"astaga la ini satu kampung ngikut semua"

"saya juga g tau "

"tadi rekan rekan audah dapet pringnya, sudah di amankan.

"alhamdulillah tapi ini saya g berani pulang lo ini"

" tidur rumah saya saja"

kami pun pergi menuju rumah pak toni sampai disana teman2 yang lain sudah berkumpul dan memperbibcangkan pebgalaman mereka aedang aku si ketawakan karna nyangkut di jalan.

"kamu itu lucu"

"lucu kenapa pak"

" punya kemampuan tapi gak di pakek"

"caranya"

"astaga nak "

"hahahhahahahha"

malah mereka menertawakanku semalaman sunggu menjengkelkan.