Chereads / indigo yang selama ini kututupi / Chapter 9 - kuyang 2

Chapter 9 - kuyang 2

tok tok tok" suara pintu kamarku di ketuk

" tangi ndok" bangun nak terdwngar samar samar suara ibuku membangunkanku "enggeh" iya ucapku.

Tak terasa hari sudah pagi sayup sayup kubuka mataku sambil mengumpulkan nyawa yang melayang saat tidur.

"kuyang" aku teringat kejadian semalam kutengok fentilasi tak ada untunglah batinku.

kubuka jendela kamarku "brak" sambil ku julurkan kepalaku menengok keluar melihat kiri dan kanan "hah sudah pergi"

"opo to ndok" apa apa nak terdengar auara ibu dari samping rumah yang heran melihatku .

"ora popp buk" tidak apa apa buk sahutku

aku terdiam sejenak dan berfikir, apa semalam aku bermimpi tapi kalau mimpi kenapa begitu jelas tidak mungkin itu bukan mimpi tapi kenapa ada kuyang melayang astaga disini tak ada orang hamil muda kenapa!. pertanyaan pertanyaan terus mengganggu fikiranku.

"bukankah kuyang itu manusia yang sedang mencari timbal, tapi kenapa bisa ke mari dan siapa sosok wanita itu aku yaki itu kuyang wanita bukan laki laki" terdiam dalam lamunanku. Aku berlari keluar rumaha untuk mengecek apakah aku sedang bermimpi atau memang kenyataan sesampainya di depan rumah aku langkahku terhenti.

"pak iki geteh opo?" pak ini darah apa bertanya pada bapak yang kebetulan sedang memainkan ayam nya.

"opo to nduk" apa nak!

"iki lo ono getih" ini ada darah

"getih opo" darah apa sambil berjalan menghampiriku.

kutunjuk jejak darah yang menetes di sekitar rumah kami "ini lo pak"

"loh kok getih, getih opo iki " loh kok darah, darah apa ini

"gak ngerti pak, iku saman deleng teko kono sampek kono ono getih e" itu pak lihat dari sisi sebalah sana sampai sana ada darah yang menetes

"aneh opo kucing mangan tikus" aneh apa munhkin kucing sedang memangsa tikus

"udu to pak, moso kucing mangan tikus sampek di unyerne omah getihe" sambil menengok kesisi lain.

" o iyo pak mambengi aku antara ngipi kambi ora aku weruh ono kuyang pak ndas karo brodot mibur dek cedek kamarku pak" o iya pak semalam antara sadar dan tidak aku melihat ada kuyang melayang dengan kepala dan isi perut de samping rumah.

"loh moso" loh iya

"bener pak gak ngapusi aku" benerpak aku gak bohong sejenak bapak terdiam seperti memikirkan sesuatu lalu

" bdok ngati ngati ojo dolan adoh adoh " kamu hati hati jangan main jauh jauh

"enggeh pak nyapo lo pak" iya pak ada apa lo pak

"wes manuto bapakmu" ikuti kata orang tua

"enggeh"

kemudian bapak pergi meninggalkanku dengab rasa penasaranku. kepana pikirku ada apa? aneh sekali kenapa bisa ada kuyang bukankah kuyang hanya ada di daerah daerah yang masih desa sekali tapi disini sudah ramai penduduk. Ini era moderen manamungkin tapi semalam aku melihat dengan maya kepalaku sendiri astaga pikiranku melayang seperti bercampur aduk anyara percaya dan tidak.

"aaaahhhggggg" bisa gila aki lama lama sudah lupakan saja. aku pun pergi tapi sebelem berhenti memikirkan aku ikuti kemana arah darah itu akan berujung terus kkuikuti sampai belakang rumah kami dan akhirnya jejeknya menghilang.

"Aneh " terus saja pertanyaan demi pwrtanyaan muncul dari dalam benakku ya tuhan pertanda apa iki fikirku. Aku terus mencari kalau kalau ada bangakai binatang atau sesuatu yang mungkin di bawa oleh kucing dan disembunyikan di sekitar rumahku sampai kemudian

"ndok muleh nyapo dek kono, ayo sarapan" nak pulang ngapain di situ ayao sarapan

" enggeh buk" iya buk akupun berjalan menuju rumah dan sejenak melupakan masalah itu.

sekarang telah malam tepatnya pukul 21.00 malam tergolong belum terlalu malam sih. isna sedang berada di kamar dan memainkan hp nya sedang rumah rumah yang lain juga masih terlihat aktifitas manusia.

" ngos ngoa ngos ngos"

"ngos ngos ngos" terdebgar suara menthok de samping jendela kamar.

"ngos ngos ngos" berlanjut sampai jam 22.00 malam

saat itu orang tua isna tengah tertidur dan hanya isna yang masih terjaga

"Ah apa sih berisik banget sumpah tu menthok gak punya sopan santun" sambil ngedumel dalam hati. Kesabaranku telah habis aku keluar lewat pintu sampung untuk menguair mentjok itu dan saat aku membawa sapu korek sontak aku terkejut

"wwwoooooooyyyyyy" dengan suara ngegas

"wuuusssas" bukan mentok yang kulihat melainkan bayangan hitam yang bergerak cepat seperti bola tapi terbang tapi punya ekor

"fiks ini gak lucu" aku langsung lari menuju rumah dan mengunci pintu aku berdiri sambil mengatur nafas jandungku berdetak kencang

"dugdugdugdugfug" keringat mulai keluar dari keningku sekujur tubuhku merindinga mwnjadi dingin dan kamu "ya allah apa itu" ucapku.

aku mengambi pisau dapur dan menuju kamar dengan perasaan khawatir dan was was. kucoba berbaring di kamar mengatur nafas "huh... sssttttt huuuuhhhh oke satu dua tiga huuuuuuuhhh" nafaslu sudah kembali normal. Namin tidak dengan rasa shok ku itu kepala aku yakin "hiks itu kepala terbang"

malam ini aku g mau tidur pikir ku sambil memegabgi pisau dan berselimut aku seperti anak ayam yang di tinggal induknya hendak di mangsa musang.

ku tengok kamar kedua orang tua ku mereka masih tidur "ah jangan di ganggu kasian" lalu kemudian pukul 24.00

"pok pok pok " suara apa itu aneh pikirku

angin malam seperti menembus dinding dinding rumahku .

"ada yang tak beres dengan angin ini" ucapku

aku memakai dua selimut tebal namun rasa dingin menusuk hingga ketulang

" bibirku terus mengucap doa tanpa henti"

"hihihiiiiiiihhh hhhhiiiiihhh" seperti suara wanita merintih kesakitan di luar

"gila jam berapa ini masih ada wanita merintih" rintihan terus saja terdengar namun aku tak mau keluar rumah suaranya semakinlama semakin aneh. Kadang terdengar seperti didepan pintu rumah kadang di samping kadang di belakang seolah olah dia sedang mengelilingi rumah menunggu kepala kura kura keluar dari cangkangnya.

aku keluar dari kamar pindah ke depan telefisi

"hiks bapak, hiks" sontak bapak keluar dari kamar

"enek opo" ada apa

" kuyang pak kuyang"

"dek kene ae aku metu" dirumah saja aku keluar

"wallah pak" ucapku pada bapak

kulihat bapak menuju kearah pintu depan perlahan membuka pintu dan menutupnya kembali.

pikiranku tak karuan bagaimana nanti dengan bapak namun aku tak berani beranjak dari tempat ku.

suara itu perlahan lahan pergi rasa dingin yang menusuk perlahan lahan hilang. rasa takutpun berubah menjadi rasa kantuk sayu sayu matakaku aku menahan rasa kantuk. aku bangun beranjak dan menuju dapur untuk mengambil garam entah apa yang ku fikirkan. saat ini aku menggelar tikar di depan telefisi garam ku ambil dan ku sebar melingkari tikar bantal dan selimut kusiapka tak lupa pisau dapur selalu ku sanding aku ingin tudur ucapku . isnapun sudah tak sadarkan diri dan mulai tertidur lelap beberapa saat kemudian bapaknya pulang dan mengunci pintu rumah. bapak melihat isna dari kejauhan dan berbicara liroh dari dalam hati "sabar ndok" sabar ya nak " iki pacoboning urip" ini ujianmu

kututup buku yang lu baca sambil memikirkan akan kebenaran kebenaran yang nampak.

"brak " suara buku jatuh

aku menoleh ke arah kiri dan kanan hanya ada beberapa penjaga yang main konputer dan tak ada orang lain disana selain aku

"brak...."

aku tak salah dengar fikirku itu dari arah pintu menuju ruang koleksi buku buku perpustakaan di sana nampak seorang lelaki dengan pakaian seperti plokamator memegang buku fan menaruhnya di atas meja

"apa aku saja yang bisa melihat atau orang lain melihat" ah sudahlah kupalingkan wajagku dan kututupi dengan buku

ruangan ber ac tapi kenapa bulu kudikku berdiri ah waktunya pulang kuturunkan buku yang menutupi wajahku

" aaaaaahhhhhhh" wajah nya menempel tepat di depanku shontak aku terkejut

ada apa suara petugas menegurku

eh gak papa pak maaf maaf. Aku pun memutuskan untuk pergi dari sana dengan sedikit berlari kecil menuju patkiran motor.

"Ada ada saja" ucapku lirih

17.00 aku sampai dirumahku.

"Nak dari mana saja makan sana"

"iya buk"

"ibu gorengin telur sama sambal terasi kesukaan"

" lalapan g ada buk sayur gitu"

" dasar sukanya sayur terus "

" heheh enak lo buk seger"

"itu di kulkas"

aku pun makan dengan lahap setelah makan aku pergi mandi dan beberes.

18.00 angin dingin mulai tersa saad adzan berkumandang dari dalam rumah kulihat senja nampak begitu indah dengan mega merah yang manis di pergantian hari. samar samar aku mencium bau bau busuk, bau yang sangat busuk seperti bangkai tikus

"buk bau apa ini?"

"iya kok bau banget" aku menyusuri bau itu untuk melihat dari mana bau itu berasal

"ih buk kok depan kamarku bau sih"

"sssss iya bau bangke ini coba cari jangan jangan tikus mati"

kubuka kucari "ndak ada buk "

"cari yang teliti"

"ndak ada buk"

"yasudah di cari besok saja"

Aku terdiam dalam pemikiran bau busuk apa ini. 19.00 bau itu hilang " loh buk baunya kok ilang"

"ssss... iya g ada ndok"

" kok aneh sih buk"

" alah wis biarin saja"

ibu berkata seperti tak mau mengunkit ngungkit dan mencoba menenangkanku.

20.00 hari ini tepat malam jumat, dirumah hanya ada aku dan ibu saja pintu sudah ku tutup karna tak ada laki laki di rumah. tiba tiba terdengar suara wanita menangis terisak isan "hhiiikk hhiiiik hiiikkkkks"

" buk siapa yang nangis tengah malem ya "

" wis cuekin aja"

"hiiikkkk hiikkkks hhiiikks"

" mmmmmm hiiiiikkks hiikks hiikks"

"hiiikkks hiikkks hikkks"

suaranya terdengar sampai jam 21.00 dan tak berhenti. aku mulai risoh dan sedikit kasihan

"buk siapa nangis dari tadi g diem2"

" g tau nak jajan jajan linda anak tentangga di kunciin pintunya, ya udah suruh masuk aja"

"hei sapa?" ucapku keras "jangan nangis tenga malam" kenapa nangis, hei?" suaranya pindah di sebelah selatan rumahku aku pun keluatr rumah dan menghampiri suara itu

"hei jangan nangis di situ sudah malam" baru setengah jalan aku ingin meng hampiri suranya berpindah di depan rumahku aku pun menuju depan rumah "hei audah malam masuklah jangan menangis di sana?" suaranya semakin kencang tapi aku tak menemukan seorangpun di sana

"sapa nak?" ibuku keluar menemuiku

"entah tak panggil panggil g mau jawab malah berlarian pindah pindah nangisnya sebentar buk ta coba kesana kali aja dia di belakang pohon itu"

"sudah biarkan, jangan kesana"

" loh tapi buk"

"wis biarkan saja"

ibu menarik tanganku kedalam rumah dan mengunci pintu rumah kami

" tho thok thok" suara pintu kami di kethuk

"siapa" ucap ibuku tapi tak ada sahutan

"siapa ya?" masih tetap tak ada jawaban

akupun meng hampiri pintu ubtuk membuka namun di halangi oleh ibu. "jangan biar ibu lihat dari jendela" kami pun mengintip dari balik jendela namun tak ada siapa siap di sana "sudah biarkan bapak tadi audah bawa kunci serep gak akan kwtok keyok pintu" ucap ibuku. kami bergegas menuju kamar dan tidur hari ini ibu ingin tidur bersamaku, jelas saja dengan semua keanehan ini membuatku merasa penasaran.

12.00 malam suara kambing ribut tak karuan. aku bangun dan kulihat bapakku telah pulang

sedang menutup pintu

"gung turu ndok" belum tidur

"dereng pak , pak weduse gupuh "

"mbeeekkk mbeeekk mbeekk"

"iya e , bapak tengok sebentar"

" ikut pak"

Bapak memegang senter dan aku berdiri di depan pintu melihat beliau. kulihat bapak sedang mengecek manakala kambing kami sedang kejepit atau butuh bantuan. tiba tiba

ssssstttt kulihat bayangan bulat di atas genteng tetanggaku yang memang bersebelahan sedang terbang dengan cepat .

"eeeeeeee pak pak pak "sontak aku berteriak

"opo ndok " ada apa ?

" enek sirah mibur endas endas pak endas"

ada kepala terbang pak kepala kepala

bapak lari menuju aku.

"endi ndok" mana

"neng kono" itu sambil menunjuk

"kuyang kui"

kata bapakku wes ge turu weduse d jarne ae. kambing kami memang sedang hamil tua seminggu lagi akan melahirkan. Tapi beberapa hari ini selalu teriak2 tak jelas memang.

sudah seminggu kejadian demi kejadian aneh kami alami akhirnya pagi harinya kami menemui kambing kami mati mengenaskan dengan darah segar yang mengalir

"masaallah"

"ono opo pak" ada apa pak

"weduse mati ndok"

" ihh pak getie kok drosos mili, dek kandang ono bekase tapi nang lemah kok g ono pak"

ihh darahnya abeh ada bekas mengalir tapi tidak ada tetesan di lantai bawah

"wis jipuk en pacul tak pendem e"sudah ambil pacul biar tak kubur. aneh sekali pikirku aku rasa ini bukan kebetulan.