Chereads / indigo yang selama ini kututupi / Chapter 13 - pemikat

Chapter 13 - pemikat

ting" suara chat masuk hape ku

pagi ini tepat pukul 06.00 pas lagi males malesnya bangun ini mah ucapku

"ting" suara hapeku

kukumpulkan nyawa dengan mengedip ngedipkan mata ya allah " sek ngantok" masih ngantuk ucapku.

"ting"

"ting"

"ting"

"hape di mana sih bunyi terus " aku bangung ku cari hapeku

"perasaan tadi malam aku pakek kok g ada" celometanku. astaga di mana sih

"ting" terus berbunyi

aku bangun dari kasur ku kibas kibas selimutku ternyata gak ada. ku cari di bawah tempat tidur gak ada juga. kucari ke almari ku obrak abrik isi almari gak ada juga.

"duh ni hape kemana sih" aku diam dan berfikir tiba tiba ada suara dari belakang

"dasar pikun hapi ditaruh di atas meja yang di obrak abrik almari"

"oiya hahahha lupa"

"makanya jangan mikirin dwi mulu"

"appan sih hehe"

sambil cengar cengir ku ambil hapeku ku buka what app eh bener dwi nge chat aku auto salting deh senyum senyum sensiri kaya orang gila wkwkkwkw.

"baru bangun kataku"

"dasar kebo"

"haha biarin "

"dicariin dari tadi juga"

"iya maapin"

"nanti aku mau ketemu"

"dimana!"

"di taman ya jam 09.00"

"iya" haduh jiwa jombloko meronta ronta mimpi apa aku semalam. udah aku ribet banget emang sampe jam 08.00 siang baru selesai mandi pula ahhhhhh "astaga mau pakek baju apa"

"gak ada baju bagus" padahal baju se almari di bilang gak ada baju dasar wanita.

"pakek ini aja ya, tapi terlalu jaim"

"apa ini ya , tapi terlalu simpel"

"ha warna merah tapi terlalu mencolok" gitu aja terus sampek jam 12 malem.

"ya udah ini aja"

"pakai maskara biar cetar"

"gincu jangan lupa"

"aduh deg degan gak sih "

dia terus ngomel sendiri sampai sampi mahluk halus pada heran. dasar cabe cabean kata embah. o iya aku menyebut lelaki yang berbaju putih dan selalu menemaniku adalah embah karna baik banget kaya sama cucu sendiri.

jam berapa ya ini 08.60 "astaga telat telat telat "

ting what app masuk

"udah berangkat belum jangan buru buru"

"ini mau berangkat"

"boong lagi dandan juga"

"biarin kok tau sih!"

"tau donk hehe"

aku menoleh kesamping kanan dan kiri benar saja lah itu dia disana pantes tau ternyata dia pakai mata batin buat ngeliat aku. ku julurkan lidah ku wek. dia tersenyum dan bilang cepet

"iya iya bawel"

10.00 alu samapai di taman dan dia senyum senyum di sana.

"dandanya lama banget"

"biarin kamu juga di sana aja"

"hahaha abis lama"

"badanya disini sukmanya disana dasar"

"udah kangen aku"

"iya"

"bentar bentar kok lo tau sih badan aku di sini aukma aku di deket kamu" dwi bertanya heran

"hehehe iya sih"

"jadi selama ini kamau tau aku pakek itu biar kamu suka sama aku"

"tau"

" ko diem aja"

"emang aku suka juga kok "

"dasar emang "

" hehe biarin wek"

"nanti kalo kangen kontak batin ya!" ucap dwi padaku

"loh kamu bisa emang"

"bisa lah, kita kan sama "

"hehehehe"

"kita udah temenan lama kok kamu gak pernah bilang sih sama aku"

"kamu gak pernah nanya juga , salah siapa hayo"

"dasar emang kamu tu "

mereka berdua terus mengobrol sampai terdengar adzan dhuhur

"ayok"

"kemana?"

"aku imamin"

"beneran " asik ucapku pelan dari hati

"eh aku denger"

"kan jangan di dengerin"

"hahaha"

merekapun pergi untuk sholat bersama. oiya aku lupa bilang kalau mereka memiliki kelebihan jadi orang orang yang memiliki kemampuan ini bisa berkontak secara batin istilah kerenya pakai hp tapi bedanya ini lebih ke sinyal yang tertangkap di telinga jadi gak perlu hape dan satu lagi mau jarak berapa milipun pasti kedengaran kok asalkan sama sama nyambung.

mereka yang memiliki kelebihan ini juga bisa mendengar suara hati seseorang anaeh gak sih ini juga yang kadang membuat orang disekitar mereka itu takut atau risih. alih alih saat mereka mengungkapkan apa yang mereka dengar mereka malah seperti di jauhi atau malah di musui jadi kadang anak anak lain enggan buat berteman sama mereka. tak jarang dari mereka ada yang sampai terpurut dan ingin mengahiri hidupnya. yah anggap saja mereka itu sama seperti kita hanya saja ada beberapa indra mereka yang lebih peka ketimbang manusia lainya itu sih menetur aku.

selesai aholat merekapun masih melanjutkan kencan kali ini sudah waktunya makan siang merekapun memutuskan untuk makan di warung bakso pojokan.

"makan disini yuk, ajak dwi"

"ayuk"

" katanya di sini murah juga enak , ini kali pertama sih"

"iya aku juga pernah denger ya udah ayok"

merekapun pergi untuk makan bakso disana"

"udah enak kan"

"iya enak tapi kok kerasa gak sih ada yang aneh sama baksonya"

"kamu juga berpikir kek gitu, aku juga cuman karna terlanjur di beli jadi di makan aja"

"ini dah aku mau coba beli baksonya di tusuk ya" ucapku yang masih penasaran.

"iya coba"

"buk aku mau bakso tapi mau nusuk sendiri boleh"

"boleh kok ucap ibu penjual"

isna membuka penutup bakso uap panas keluar dari dalam. shontak dia terkejut

"astaga, aku memandang dwi yang duduk disana" kami saling pandang dari jauh

mulailah berkomunikasi dengan batin

"ini ada kepala"

"hah beneran"

"iya sumpah mau muntah"

"pulang aja udah"

"ayok"

buk gak jadi buk ucapku pada penjual bakso

kenapa neng tanya ibu penjual bakso

gak papa buk tiba tiba udah kenyang.

aku memandang ke arah dwi dan dwi memandang kearahku mata kami saling bertemu dan saling pandang aku berkata dalam batin

"ada kepala di dalam kepala itu kepala"

"ha..." seolah paham dengan apa yang aku katakan dia berdiri lalu menghampiriku

"ayo cepet pulang" ucapnya padaku

kamipun meninggalkan tempat ibu bergegas pergi dan menyalakan sepeda motor "gggggrrrrrrr" suara sepeda motor

"aku mampir rumah sekalian ya" ucap dwi

"iya"

kami sampai di depan rumahku

"asalamualaikum buuukkkkk"

" waaalaikum salam, loh sama siapa nak?" ucap ibu bertanya

"dwi buk temen waktu sma dulu "

"mari masuk nak"

inu .empersilahkan dwi masuk dan bertanya dengan kekepoanya maklum anaknya udah g pernah yang namanya bawa laki laki pulang main dirumah hah dasar ibuk ku hahaha mungkin ibuk sudah pengen nimang cucu upppsss.

"nak dwi rumahnya mana?"

"lodogong bu!"

"lo deket sini kok g pernah main kesini"

"heheh iya bu baru pulang dari merantau"

"loh sudah berapa lama merantaunya?"

"sejak tamat sma bu"

"pantes g pernah kesini ya ya udah ibu tinggal dulu kalian ngobrol ngobrol berdua"

"haha iya buk"

aku uang sedari tadi senyum senyum melihat tingkah kocak ibuk yang semangat banget buat mengorek ingormasi pribadi dwi.

"husss" ucap dwi padaku

"apaan" sambil menahan senyum

"ketawa mulu"

"abis ibuk kepo banget hahaha"

"tadi kenapa!"

"sumpah pas tadi buka tutup manci baksonya kan uapnya pada keluarkan itu, nah uapnyakan naik pas uapnya udah abis aku peggang tusukan buat nusuk si bakso yang bulet semok membahana eh yang nongol bukan bakso anjirrrrr itu kepala ada rambut juga lehernya bedarah baksonya di kunyah kunya jadi air liurnya kemana mana astaga sumpah enek gua"

"lah kan pantes tadi waktu mau masuk udah g enak"

" lo juga ngrasa"

"pas tadi mau masuk itu aku liat ada badan tampa kepala di pojokan sambil tanganya kaya manggul gitu"

"kan trus kenapa masih makan disana sih kita"

" kan gak ngerti kalo itu milik pemilik warung kalo ngertimah g jadi"

"dwi dasar"

"lah kenapa aku yang salah sih"

"kenapa g ngomong gua"

"gua pikir lo liat is"

" ah sumpak mulea gua, bentarya"

sepertinya perut isna bermasalah karna membayangkan sesosok kepala yang berada di dalam panci bakso tadi. tepatnya kepala seorang lelaki dengan rambut pendek mata

sedikir merah seperti kecekek dan gayanya yang menampilkan wajah sangat suka makan dengan liur yang menetes terua di dalam panci. ih jijik sekali.

"udah kelar, ucap dwi pada isna"

"udah, ah lemes gua"

"besok jangan kesana lagi udah kapok gua"

"hahah iya iya gua juga badan kaya di gebukin rasanya"

"iya sakit banget sumpah"

"besok anterin aku ya"

"kemana!"

"cari oleh oleh bulan depan udah mau balik soalnya"

"yah ceper bangetsih"

"iya kamu ga papa kan?"

"ga papa kenapa"

"aku tinggal"

"gap papa lah"

"tungguin aku ya, tahun depan aku keaini lagi"

"iya, eh bentar bentar maksudnya"

"keaini bareng orang tua"

"eh seriusan"

"iya aku serius"

"kamu gak lagi sakit kan wi"

"enggak kok"

dwi pun ahirnya pamit pulang dengan isna dan ibunya. malam hari pukul 00.00 isna terbangun dari tidurnya "ahhhh" sepertinya dia baru saja mengalami mimpi buruk keringat dingin keluar dari tubuhnya dengan nafas terengah engah dan pandangan kosong.

kucari hp dan ku chat dwi malam itu "ping"

"kenapa, kok belom tidur"

"aku mimpi buruk"

"mimpi apa"

" entah ada nenek nenek menghampiriku, dia datang mendekatiku dan bicara dengan bahasa jawa"

"bicara gimana!"

"oalah bucah iki to bocah ayu iki yowes tak gowone iki"

" what lo ga ngigau kan"

"enggak tau di pegangi janggut aku"

"kok bisa entah wi entah "

"udah kamu tenang atur nafas"

dwi mengalihkan pembicaraan agar isna tenang dapat tidur dengan nyenyak. sampai akhirnya isna ketiduran.

"hhaaaahhh, loh aku ketiduran"

buru buru si cari hpnya dan menengok chat semalam dengan antusias dia membalas.

"maaf aku ketiduran"

tiga puluh menit ta ada balasan

"hei" kemali menchat dwi

satu jam kemudian baru di balas oleh dwi

"maaf baru bangun"

"iya"

"udah enakan"

"udah"

"nanti keluarya, aku jemput"

"iya pamit ibuk dulu"

"iya"

hari ini mau pergi belanja oleh oleh buat di bawa merantau. ah seperti tak ingin berpisah secepat itu tapi gimana lagi sih namanya juga kerja maklum kerjanya luar pulau pulang pergi deh