Chereads / indigo yang selama ini kututupi / Chapter 14 - lobang jalan

Chapter 14 - lobang jalan

aku dan dwi berangkat dari rumahku menuju tempat oleh oleh khas daerahku.

greeeenngggg (suara montor)

dengan dibonceng dwi naik motor jupiter memakai helm dan jaket kami melaju menyusuri jalan. Tanganku tak berani berpegang pada badanya hanya ku taruh di pundaknya kulihat dwi melirikku dari spien motornya dan tersenyum sambil bicara

"kenapa!"

"apanya?"

"pegangan aja gak papa"

"malu!"

"astaga sama aku juga masih malu dasar

biarin "

tiba lah kami di jalan yang paling banyak memakan korban jiwa di daerah itu.

"deg deg deg"

"kenapa kata dwi padaku "

"itu, kupegang erat pundak dwi dan menunduk"

"ga papa kata dwi padaku yang penting doa"

"kamu lihat lubang di jalan tadi gak"

"iya"

di jalan tadi banyak orang yang kelindas truk hanya gara gara menghindari lubang akhirnya jatuh dan uniknya selalu ada truk di belakang yang seolah olah siap melahap pengendara yang melintasi daerah itu. Itu adalah salah satu jalan menuju ke kota jalan nya bagus sebenarnya juga mulus tapi tepat di titi awal melewati alas mbetet, tempat yang paling rawan terjadi kecelakaan.

kamu tau kan setiap daerah pasti memiliki miaterinya sendiri ya salah satunya adalah alas mbetet. konon dulu sering terjadi pembantaian di sana banyak mayat mayat yang di buang di sana dan sampai sekarang tak tau mayat siapa ada banyak kepala tanpa badan dan juga yang pasti akan sering melihat sosok laki laki tinggai besar memekai pakaian serba hitam berdiri di depan jalan masuk alas dan tanpa kepala auranya merah saat kalian lalai dalam berkendara bisa jadi ada tangan tangan jahil dati mereka yang menciptakan ilusi dan memngganggu pengendara yang melintasi jalan tersebut.

bagiku memang bukan hal yang salah terkadang dapat melihat mereka dan bahkan seolah olah di beri tau batasan antara dunia mereka dan dunia manusia ada gerbang tinggi besar dan mewah disana kamu pernah melihat pagelaran wayang nah hampir seperyi itu menurutku. setiap menjelang lebaran dan setiap ada yang lalai dan tak fokus dalam berkendara membuat mereka yang jahil senang dan gembira pernah suatu kejadia di siang hari aku melewati jalan itu bersama salah satu kawanku pelan sih sebenarnya kami melaju sekitar di 40km /jam dan tak begitu kencang menuruy kamu. Padahal di depan kami jalannya mulus tak ada kerusakan dak ada gronjalan nabun tibi tiba temanku yang memboncengku kaget melihat ada lubang di tengah jalan dan shontak dia menghindarinya "sleot" motor yang kami kendarai setengah oleng hampir kamu terjatu kumarahi dia

"gimanasih"

"ada lobang na" ucapnya padaku

" jangan ngehindar biasa aja toh cuman lubang paling juga gronjalan aja" ucapku sedikit kesal

"dia diam" seolah paham maksudku tanpa sedikitpun membantah ucapanku.

belum sempat berhenti ucapanku sttttttttssss brrruuukkk. aku menoleh kebelakang saat itu dengan mata kepalaku sendiri aku melihat.

ada seorang gadis mengendarai sepeda motor sepertinya dia menghindari lobang yang tadi sempat kami hindari namun nahasnya dia tergatuh tepat di pertengahan dan tepat di belakangnya ada sebuah truk melaju dan tak sengaja craaassshhh, roda truk melindasnya sontak truk langsung berhenti dia memakai helm namu sepertinya tak ada pengaruhnya. aku dan temanku berhenti kulihat dari kejauhan darah segar mengalir membasahi aspal siang itu.

badanku lemas keringat dingin bercucuran

"astaga"

"kecelakaan na "

"iya aku bilang apa jangan di hindari pelan pelan aja"

dari jauh kulihat ada sosok hitam berdiri di samping jenazah itu lasian dia masih muda seumuran denganku seorang wanita yang masih dududk di banhku sma mengendarai motor seorang diri dari wajahnya saat terjatuh aku melihat pandangan matanya kosong seolah olang sudah di rencanakan raganya di sini dan kesadaranya entah di mana.

tempat paling banyak memakan korban jiwa tiap tahunya ya ini lah tempat antara dunia manusia dan perbatasan dunia lain.

"na na na" dwi memanggil namaku

aku tersadar dari lamunanku "iya"

"udah jangan ngelamun aja"

"tadi keinget masa lalu"

"jangan di inget inget uda pegangan aja"

"iya"

"kaya gini nih gang bikin kecelakaan " kata dwi padaku " pas lagi naik motor sambil ngelamun pikiran kemana mana gak fokus ama jalan giliran ada lobang kaget terus menghindar secara reflek gak ada keseimbangan buat nahan laju motor terpeleaet dan terjatuh pas juga di belakan ada kendaraan muatan besar nah ilang dah tu nyawa"

"iya dengerin ini, dasar cermah mulu"

"biarin diem mulu jug!"

"haha siap ndan"

aku batu sadar ternyata ada yang mengikuti kamu dari belakang ku goyang goyang tubuh dwi

"wi wi wi"

"apaan"

"itu kok ngikutin kita sih"

"mana, oh yang di belakang gak papa cuman ngawal kita sampe akhir perbatasan aja"

"kok bisa"

"inilahna salah satu manfaat kalo kita kemana mana baca doa dulu biar selamat sampai tujuan"

"iya sih, tapi mmmm aneh"

entah kenapa aku merasa nyaman dekat dia rasanya seperti terlindungi atau dilindungi ya kayak punya seseorang yang bisa di andalkan gitu.

"deg deg deg" ni jantung kenapa lagi bedetak kenceng banget ucapku saking kencengnya samapai sampai aku duduk terlalu mundur kebelakang takut dwi dengar.

"kenapa duduk mundur mundur"

"eh ga papa"

"awas jatoh, g sekalian aja loncat gitu hahah" goda dwi padaku

"apan sih dasar emang haha"

dari belakang aku melihat pundak dwi tak sengaja kugenggam bahunya dengan lembut

"udah jangan di liati terus"

"siapa yang liatin sih"

" nah itu kalo mau peluk peluk aja haha"

"eh dasar ya kamu emnag suka banget ngegoda gua"

"hahaha"

jjjjeeedddaakk suara montor abis nglewati jalan belobang karna kita keasikan ngobrol

tak sengaja ku peluh tubuh dwi dari belang saat tersadar kedua mataku berkedip dwi juga berkedip kulepas peganganku

"eh maaf wi gak sengaja tadi"

dwi melihat lewat spion kaca motornya dan tersenyum "gak papa"

suasananya jadi janggung agggjhhhhh

malu sekali rasanya aku. mau di taruh dimana mukaku ah pipiku memerah rasanya panas seperti tomat matang . "sumpah malu gua" berbisik pada diri sendiri.

"na" tanya dwi mencairkan suasana

"apa"

"gak papa lagi gara gara lobang juga tapi kalo mau peluk lagi juga boleh " ucap dwi menggodaku

"ah ga mau malu"

"dasar malu terus"

"biarin hehe"

"mau malu sampe kapan"

"hehe wek"

"pakek juluri lidah lagi dasar"

"eh maapin"

"kok minta maaf kan g salah"

"ihhhhhh"

"hahahhqlucu ya godain kamu"

" godain terus nanti alu duka beneran tau rasa kamu"

ups mulutku blak blakan rasanya kaya di hianati diri sendiri aduh mukaku merah lagi dan dui tersenyum dengan puas

"hahahhahaha"