Chereads / indigo yang selama ini kututupi / Chapter 4 - fist time marah

Chapter 4 - fist time marah

"isna" terdengar suara seorang laki-laki memanggilku.

"ssstttt is is "

akupun terbangun dari tidurku dengan wajah malas rambut acak-ackan dan mata sayu

"ya bentar" ucapku sambil menguap tak karuan "sapa sih pagi pagi "

akupun berjalan menuju pintu depan dan membuka pintu "iya"

kreeeek suara pintu yang kubuka. Ternyata itu teman se angkatanku

"ya allah tas tangi" ya allah baru bangun tidur ucap hyung "mala mana"

" ada di kamar "

"panggilin donk" maklum kedua teman ku ini sedang pendekatan.

"cuci muka sana" kata david padaku

"cuciin donk cin " imbuhku sembari tertawa. Oh iya davit itu temen rasa pacar, karna memang dari awal kita gak pernah bilang suka cuman aku sama david orangnya terlalu santay kalo di bilang mah.

"manja, manja"

" manjanya sama kamu doang, tapi boong "

"ta, ta"

"iya cin"

"kok panggil cin" kata hyung

"iya kan kalo di gabung jadi cinta pas kan hehe"

akupun pergi memanggil mala untuk memanggil mala

"mal dicariin hyung"

dan ternyata si mala udah uci muka dan siap buat jalan jalan pagi

"loh mau kemana!"

" jalan-jalan sama hyung, ayo mbk is ikut"

"bentar aku cuci muka dulu"

kamipun ber4 pergi jalan-janaln lurus menuju taman kanak-kanak karena pagi itu sangat sepi akhirnya davit kembali ke kos putra. kos putra dan putri sangat dekat tinggal menyeberang jalan saja.

"yah jadi nyamuk dah gua" pikirku dalam hati

setelah sampai aku melihat lihat tepian kali, taman kanak kanak yang kami tuju ternyata dekat denga kali bengawan atau kali besar yang terbentuk akibat lahar erupsi gunung. aku baru pertama kali kesana melihat ada hutan jati yang rimbun. Di tepi sungai terdapat rerimbunan pohon bambu sedikit menyeramkan memang tak ku sanga aku melihat ada wanita berdiri di sela sela bambu membelakangiku. Aku terdiam sesaat sebelum di kagetkan oleh suara mala memanggilku "hayo ngapain"

"menikmati pemandangan " imbuhku

"yuk pulang" ayok" kami beryika kembali ke kos bersama. karena aku yang paling gemuk di banding yabg lain aku pun tertinggal di belakang dengan nafat ter engah-engah.

"huh , kan udah jadi nyamuk musti jadi tong glinding juga gua " aku ngedumel

tapi ahirnya mereka datang mendekatiku

hyung bhilang "g kuat tak dorong dari belakangnya biar glungdung atau menggelinding katanya"

"puas kan lo "

"hahah hyung jahat banget"

" biarin biar gendut tetap heppy " ucapku

"hahahah" kamipun sampai dan istirahat sejenak di sana tak beberapa lama ocan datang "abis ngapain?" tanyanya

"jalan jalan" ucap hyung

" lah kok gua gak di ajak"

" la kan tadi lo tidur gua bangun-bangunin kagak bisa"

"eh iya juga sih " dasarlu"

tapi ocan terus saja menatapku tanpa berkedi seperti melihatku yapi bukan aku yabg di lihat entah apa yang ada di dalam fikiranya saat itu." ngapa sih lu liati gua kek gitu"

" oh gak papa"

" udah yuk kak is beli sayur" mala mengajakku menjauh dan pergi

" kok aku ngerasa rada aneh sama ocan ya"

" iya aku juga "

"kayaknya perlu jaga jarak deh"

"udah kak is pura pura gak tau aja"

"sumpah wajahnya itu loh nganyel ke " dalam bahasa jawa nganyelke bearati menjengkelkan.

aku pun bersama mala masak dan bersantai maklum hari itu tak ada jadwal perkuliahan. seudah menjelang siang aku malan ocan davit hyung alif berkumpul sembari minum kopi dan bersantai. Di sela-sela percakapan ocan mengajakku berbicara 4 mata , entah apa yang di fikirkanya saat itu saat tengah asyik berbicara tiba-tiba dia menarik tangan ku dan memutar badanku membaca seauatu yang tak tak ku mengerti sembari tangannya menunjuh membuat garis lurus di punggungku sobtak aku kaget dan marah

"apa maksudmu"

"apa aku tak melakukan apa pun"

wajahku menjadi merah legam seperti sangat marah ingin rasanya ku koyak koyak wajah ocan. Dengan sombongnya dia berkata "apa kamu mau apa aku gak takut"

"anak gak punya sopan santun" lalu aku pergi dari tempat itu di temani alif semua heran karena itu pertam kalinya aku marah-marah dengan ocan.

Aliif besamaku menenangkanku tapi aku semakin menjadi jadi. Seperti ada hawa dingin yang masuk melalui sela sela tulang punggungku. Rasanya di dalam tubuh ku ada kipas angin yang membuat tubuh semakin lama semakin menjadi dingin namung di dada terasa pabas semakin lama semakin panas tiba tiba saja barang yang ku sentul terpental jauh aku kaget alifpun juga.

"loh kok bisa"ucap alif padaku

"aku g tau"

"ini minum dulu" akupun meminum air yang di berikan alif meski agak sedikir reda tapi rasanya seperti ada yang ingin marah ingin keluar dari tubuh ku dan memakai mulutku untuk bicara dengan ocan. seperti tidak tetima dengan perlakuannya padaku saat itu. akhirnya dengan gaya sombongnya dia malah datang menantangku dan menemui ku. dengan panas yang ada didadaku aku pun mengiyakan.

"ayo kita keluar kalo kamu berani"

"ayo"

bak dua orang yang akan berkelahi ocan duduk di atas kurainya dan aku duduk du atas kursiku saling bertatapan dia sepeti melakukan gerakan dan menantangku aku pun bicara "punya salah apa aku sama kamu"

"g ada "

"trus kenapa kamu seperti ini padaku. awas jangan macam macam"

" tiba tiba saja mata ocan melotot seperti orang kesurupan berteriak2 dan menantangku" tanpa kusadari tanganku menegang kakiku dan kesadaranku di ambil alih olehnya auaraku berganti menjadi laki-laki ci bicara pada ocan

" sopo koe le kok wani-wanine dusik i gusti alloh pengeran sing gae jagat lan isine, sopo koe?, opo seng tok endelne neng kene, kok wani wanine disik e kersane pengeran. ilmu rasepiro adigang adigung koe reneo tak entek ne tak ajurne ilmumu saiki, koe ojo wani wanine pisan-pisan ndisik i kersane gusti ngati ngati le. "siapa kau apa hakmu mendahului gusti allah, apa kau sudah merasa paling hebat paling pintar. seberapa besar ilmumu aku bisa menghilangkan semu ilmumu dari tubuhmu jangan sombong ilmu tak seberapa sudah berani mwndahului kehendak yang kuasa" tiba-tiba ocan terdiam dan menunduk.

tiba tiba dari belakang datang eko mendekati kami dia bicara " nypo enek opo?" sabar sabar?. melihat kondisi ocan yang audah lemah lunglai barulaha eko mengucapkan sesuatu lalu menyentuh keningku seketika aku tersadar lalu pergi untuk mengambil air wudhu.

anak anak mengerubungi ocan dan sepertinya ocan tidak sanggub berjalan kepalanya terus tertunduk diam dia membisu menglin dia merasa apa yang di perbuatnya adalah sebuah kesalahan. aku merasa kasihan padanya tapi sesuatu di dalam dadaku masih membara dan panas dia tidak terima aku di perlakukan semena-mena olehnya.