Chereads / indigo yang selama ini kututupi / Chapter 3 - 6 tahun lalu

Chapter 3 - 6 tahun lalu

aku masih ingat cerita masa kecilku saat usiaku 6 tahun.

sore itu cahaya terbenamnya matahari begitu menghangatkan aku tengah asik membersihkan kandang ayam di belakang rumahku. Ada seorang kakek tua datang menghampiriku dia berkata

"nak apa kau tau aku punya sesuatu untukmu!"

"apa itu kek"

"itu" dia menunjuk pada batang bambu yang tergeletak di sampung gubuk tua milikku

tak lama kemudian kakek tua itupun pergi menghilang. Aku memanggil bapak dan mas ku "pak ada kakek-kakek disan tadi"

"kakeknya mana!"

"tadi ada"

"alah kau bohong " kata kakak ku

terus saja bohong bohong dan bohong apa hanya ada kata-kata bohong dari mulut mereka aku merasa kesal sekali.

ke esokan harinya aku melihat ada dua anak kembar datang kerumahku laki-laki dan perempuan mereka sangat rupawan kulitnya bersih atau lebih tepatnya pucat namun memiliki bulu mata yang lentik sangat cantik bibir mereka mungil lucu berwarna merah jambu mereka selalu akur tidak pernah bertengkat. aku bertanya pada mereka "kalian siapa "ucapku.

"aku temanmu , bukankah kamu gak punya teman ayo kami temani bermain".

kamipun sering bermain bersama dari mulai bernyanyi menari dan juga menggambar. aku senang sekali memiliki teman seperti mereka saat dengan mereka aku kembali menjadi anak kecil karna tak ada satu temanpun yang mau terlalu dekat denganku sejak dulu.

kadang mereka nakal suka menipuku mengajak petak umpet namun malah aku di tinggalkan sendirian. aku menangis sejadi jadinya. Lalu mereka akan muncul lagi dan bicara "ayo na ikut kami"

"kemana " ucapku

"ayo" si wanita menggandeng tanganku dan menunjuk atas lemari

"ada apa di sana!" tanyaku pada mereka

"ambilah" akupun mengambilnya itu adalah batu sepasang yang seperti memilii magnet satu sama lain

"ayo main ini" kata si laki-laki

"wah bagus ya "

"kita bisa main seharian asalkan kamu bawa batu ini saat bermain "

"benarkah "

"iya" aku senang sekali bisa bermain deng mereka disaat semua menganggapku sebagai pembohong.

bapak datang menghampiriku

"opo kui ndok?" apa itu nak

"dudu opo opo" bulan apa-apa

"kene ta delok e dilut" sini tak lihat sebentar

"ojo"jangan

tapi kelihatanya bapakku merasa penasaran malam hari saat tertidur kedua batu yang aku sembunyikan di ambil oleh bapakku. akupun terbangun dan bertanya

"pak watuku ndek endi?" pak batuku kok gak ada

" gak eruh" gak aku ..

namun akhirnya tetap saja aku berhasil mendapatkan kembali batu itu. orang lain menyebutnya kol buntet tapi aku menyebutnya si kembar. anehnya pakaian si kembar tidak pernah berubah yang di pakai selalu itu. saat aku ingin memberikan salah satu bajuku padanya dia menolak padahal bajuku bagus. si kembar akan bersembunyi dari teman temanku mereka tidak mau menampakkan diri saat aku bersama teman temanku.

"na ayo main "

"gak ah"

"hahahaha"

"kamu jaga ya , nanti kamu nyariin aku"

"stttt ibuk jangan bilang kalo aku ngumpet disini ya"

"lagi main sama siapa?" kata ibu ku

"sama si kembar"

"iya "

mungkin awalnya ibu mengira aku punya teman imajinasi namun saat ibu memarahiku karena terlalu berisik si kembar marah dan menyenggol gelas di depan meja..

"pyaaar" gelas itipun pecah

sontak ibuku kaget. AKu melihat ibuku wajahnya gugup dan pucat iya langsung menggendongku dan meraihku untuk segera keluar dari rumah. aku bilang "gak papa buk iti si kembar"

"sudah jangan main lagi " dengan wajah cemas dan dengan nada tinggi.

bapakku datang menghampiriku di bilang "ndok gak pareng nakal pundi watune bapak singgahne geh" nak jangan nakal sini biar bapak simpan batunya.

"enggeh" iya pak ucapku pada bapak.

"iki gak oleh di gae dolanan" ini tidak boleh di pakai untuk mainan

"la tapi koncoku dek kunu pak " la tetapi temenku di situ pak

"ojo yo ndok " jangan ya nak

"enggeh" iya pak

sejak saat itu aku tak pernah lagi bermain fengan si kembar. samapai saat ini aku kadang masih kangen dengan si kembar, si kembar yang baik sekali saat semua orang men jauhiku.

nenekku bilang aku punya trah. apa itu trah aku juga tak tahu yang aku tau aku bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain. kata nenekku " ngati ngati , bocah telon " hati hati anak telon.

sebenarnya aku juag tudak tau anak telon itu apa. kenapa mereka menyebutku anak telon. akupun bertanya padanya.

" mbok bocah telonki opo?" nek anak telon itu apa

"bocah telon ki bocah seng due 3 toh " anak telo adalah anak yang memiliki 3 tanda lahir

"awakmu due toh bedo reno 3 ndok" kamu punya toh 3 yang berbeda warna

"lek bedo nyapo mbok" kalo berbeda memangnya kenapa

"gak popo wes agi gek maem" tidak apa apa sana cepat makan .

apa yang salah deng bocah telon fikirku saat itu. setelah itu tidak pernah ada yang membahas mengenai bocah telon lagi dalam keluargaku. selain itu aku juga bisa merasakan firasat mengenai mereka yang akam pergi jauh meninggalkanku bisa lewat mimpi raut wajah atau apapun itu.

liburan sekolahku kala itu di tahun 2007 tengah berlangsung, akupun sering bermain bersama teman satu kelasku ya meski kadang mereka menjengkelkan sering mengusiliku dan menertawakanku aku juga ingun punya teman manusia. jam menunjukkan pukul 08.00 pagi aku pergi kerumah destu untuk bermain denganya.

Dia mengajakku bermain di sawah dan kali untuk memancing dan menangkap belut. belut adalah salah satu makanan faforitku radanya gurih dan enak. kami bertiga aku, kakakku dan destu mempersiapkan umpan cacing di belakang rumah oh ya tak lupa ceremende juga. Tugasku menangkap ceremende dan membeli mata pancing sedang yang lain mencari cacing dan membuat alat pancing maklum aku yang paling kecil di antara yang lainya.

"WES AYO BUDAL" sudah siap ayo berangkat

"ayo, ojo lali kresek" jangan lupa kresek kata destu padaky

"wes oke" sudah semua

semua alat dan upan telah siap kamu bertiga pergi memancing di sawah dekat rumah. Lama kami memancing tak satupun belut atau ikan yang kami tangkap ahirnya kami memutuskan untuk mencari lebih ke tengah. Tanpa kami sadari kamu pergi terlalu jauh dan melewati rerimhunan pohon bambu, menyeramkan memang di sana ada wanita tua dengan payudara terurai tidak memakai bra wajahnya cukup cantik tapi saat di marah wajahnya berubah jadi meyeramkan. Kami bertiga lari ketakukan sampai di kepun ketela kakek kami bersembunyi.

"sttttstttt pie aman" stttttssttt bagaimana aman ucap anam pada destu

"wes oke aman" slamet slamet" oke kita aman, untung selamat

Ada satu anak laki- laki yang menghampiriku dan menepuk bahuku

"koe nyapo" kamu sedang apa

"stttt ojo banter banter enek medi mau dek kono" sttt jangan keras - keras bicaranya tadi di sana ada hantu

"alah moso to" alah masa

"domongi aku ae ngampi pisah karo masku karo destu" iya benar alu sampai terpisah dengan kakakku dan destu

"gek balek ae wes sore" cepat pulang sudah sore

"iyo lo la awakmu sopo omahmu endi" iya kamu siapa rumahmu dimana?

"omahku kene " rumahku sini

"yowes aku bali sek " ya sudah aku pulang dulu

isna pulang tanpa berpikir panjang. dia berhenti sejenak dan berfikir "tadi siapa ya kok g pernah lihat apa tetangga baru?, tapi di desaku kayak nya dia g ada yang mirip dia, udahlah pulang saja"

sampai di rumah aku di marahi oleh ibuku dan kakakku diam saja.

"masmu wes muleh kad mau, nandiae yahene tas ko omah?" kakakmu sedah pulang dari tadi sodah sore ko baru sampai rumah

"aku di tinggal muleh oe" aku di tinggal pulang

"la awakmu omong2an dewe oe ta celuk i gak krungu " kamu berbicara sendiri di panggil tidak dengar.

aku dia dan berfikir "bagaimana mungkun aku berbicara sendiri, aku tadi kan bicara sama anak cowok itu". setelah dimarahi habis-habisan aku pun mandi dan membersihkan diri.

aku tertegun dalam lamunanku sendiri tentang anak laki-laki yang mengajakku berbicara tadi sore. "masa hantu" fikirku tapi dia memakai baju yang sama seperti manusia atasan kotak-kotar celana pendek dan tentisaja tak memakai alas kaki. Apa hantu sekarang bisa pakai baju seperti baju manusia ya kok bisa. Fikiranku seperti menolak dan enggan menerima kalau anak laki-laki itu hantu ahirnya keespkan harinya aku memutuskan untuk mencari anak laki-laki itu.

pagi hari aku makan dan bergegas untuk bermain. kali ini aku sendirian berangkat kekebun ketela kakek dan benar saja di sana ada anak laki-laki itu lagi. aku berniat menghampirinya karan jalanan yang kecil dan sempit kakiku terkena kitoran atau endut kata orang jawa maklum jalannan di ladang penuh lumpur juga ada rumput-rumput liar di sana.

"hei aku datang lagi" ucapku dengan keras

"hei" tapi dia tidak mendengarku .

tak lama kemudia omku datang dan memarahiku "kamu ngapain disini siang siang bukanya tidur "

"lagi main om"

"sana cuci kaki tidur dirumah mbah kong"

" iya om" akhirnya tanpa bergemu denganya aku kerumah mbahkung untuk tidur siang setelah tidur aku di antar pulang oleh om ku.

ladang kakek memang terletak di utara pohon bambu lumayan jauh tepat disebelah rumah kakekku. kakekku sangat sayang padaku yiap kali aku bermain dengan sesuatu yang tak bisa mereka lihat kakeklu aken bilang padaku, "kalo main sama dia gak papa tapi kalo main sama yang di sana gak boleh"

"iya kek" baik banget padaku aku tau kakek juga melihat apa yang aku lihat. Rasanya seneng bisa di anggap normal oleh orang yang sama dengan kita.

aku memang bandel sedari kecil. "karna kemarin aku tak bisa ketemu dengan dia, hari ini aku harus ketemi di" aku datang lagi kekebun ketela milik kakek ku. tapi disini sepi tidak ada siapa-siap aku berteriak teriak

"hei , hei" kok tak ada suara ya

sampai jam 1 aku di san bermain sendirian tapi tak ada yang dayang akhirnya aku memutuskan untuk pulang tiba tiba dia datang

"hei, kamu kesini lagi!"

"hei, kenapa kamu menghilang begitu saja?"

"aku g menghilang kok, aku disini "

tiba tiba aku di kageykan lagi oleh om

" na ngapain, sama siapa?"

sama temen ku ini, lagi main" sambil menunjuk ke arahnya.

"temen yang mana"

"ini lo om dia" aku menoleh tapi kemudian dia menghilang " loh temenku tadi kemana cepet banget ilangnya"

"dari tadi kamu ngomong sendiri lo "

" hehehe iya"

ahirnya aku malah di ajak om untuk mencabut ketela . setelah sore baru om bilang sesuatu

"tunggu sini tak ambil karung" om ku pun pergi mengambil karung dan aku menunggu dengan bermain pohon ketela yang telah di cabut. tiba tiaba anak laki-laki itu datamg lagi

"pinjem" tanganya mengadah meminta kayu yang kumain kan.

"gak mau ambil aja sendiri" sambil jongkok dan cemberut.

"kamu marah ya?., rumahku di sini de depanmu itu rumahku

aku pun mengorek-ngorek tanah di depanku hungga mincul batu nisan yang terbuat dari bata. aku melohat ke arah temanku tapj dia sudah menghilang kemudian aku berlari dengan kemcang pulang kerumah kakek.

"kakek hantu ...aaaaaaaaa makam hantu aaaaaaaa"

sampai di rumah kakek aku bercerita kalau aku bertemu dengan hantu. kakek tersenyum dan berkata "iya disana memang ada hantu ada makam itu makam kakekmu, dia masih saudara karna meninggal saat muda makanya di makamkan disana" "ooooool" kataku. setelah itu aku tak pernah bertemu denganya lagia sampai saat ini. kakekpun ahirnya mengantarku pulang ke rumahku dan membilikanku makanan ringan kata kakek "jangan nakal jangan main sembarangan ke kebon bambu kalo kebon pisang gak papa" tapi aku penasaran ada apa di kebon bambu dekat rumah kakek "apa yang di maksut kakek tante rambut gondrong ya " fikirku saat itu ....